Cinta kepada Alloh ini adalah hal yang
paling tinggi sekali dan itulah tujuan kita yang terakhir. Kita telah
berbicara berkenaan bahaya kerohanian yang akan menghalangi cinta kepada
Alloh dalam hati manusia, dan kita telah berbicara berkenaan berbagai
sifat-sifat yang baik sebagai keperluan asas menuju Cinta Alloh itu.
Kesempurnaan manusia itu terletak dalam Cinta kepada Alloh ini. Cinta kepada Alloh ini hendaklah menakluki dan menguasai hati manusia itu seluruhnya. Kalau pun tidak dapat seluruhnya, maka sekurang-kurangnya hati itu hendaklah cinta kepada Alloh melebihi cinta kepada yang lain.
Sebenarnya mengetahui Cinta Ilahi ini bukanlah satu hal yang senang sehingga ada satu golongan orang bijak pandai agama yang langsung menafikan cinta kepada Alloh atau Cinta Ilahi itu. Mereka tidak percaya manusia boleh mencintai Alloh Subhanahuwa Taala karena Alloh itu bukanlah sejenis dengan manusia. Kata mereka; maksud Cinta Ilahi itu adalah semata-mata tunduk dan patuh kepada Alloh saja.
Sebenarnya mereka yang berpendapat demikian itu adalah orang yang tidak tahu apakah hakikatnya agama itu.
Semua orang Islam setuju bahwa cinta kepada Alloh (cinta Alloh) itu adalah satu tugas. Alloh ada berfirman berkenaan dengan orang-orang mukmin;
Kesempurnaan manusia itu terletak dalam Cinta kepada Alloh ini. Cinta kepada Alloh ini hendaklah menakluki dan menguasai hati manusia itu seluruhnya. Kalau pun tidak dapat seluruhnya, maka sekurang-kurangnya hati itu hendaklah cinta kepada Alloh melebihi cinta kepada yang lain.
Sebenarnya mengetahui Cinta Ilahi ini bukanlah satu hal yang senang sehingga ada satu golongan orang bijak pandai agama yang langsung menafikan cinta kepada Alloh atau Cinta Ilahi itu. Mereka tidak percaya manusia boleh mencintai Alloh Subhanahuwa Taala karena Alloh itu bukanlah sejenis dengan manusia. Kata mereka; maksud Cinta Ilahi itu adalah semata-mata tunduk dan patuh kepada Alloh saja.
Sebenarnya mereka yang berpendapat demikian itu adalah orang yang tidak tahu apakah hakikatnya agama itu.
Semua orang Islam setuju bahwa cinta kepada Alloh (cinta Alloh) itu adalah satu tugas. Alloh ada berfirman berkenaan dengan orang-orang mukmin;
” Hai orang-orang yang beriman, barang
siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin,
yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan
Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. “. (Al
Maidah:54)
Nabi pernah bersabda;
“Belum sempurna iman seseorang itu hingga ia Mencintai Alloh dan Rasulnya lebih daripada yang lain”.
Apabila malaikat maut datang hendak mengambil nyawa Nabi Ibrahim,
Nabi Ibrahim berkata,
“Pernahkah engkau melihat sahabat mengambil nyawa sahabat?”
Alloh berfirman,
“Pernahkah engkau melihat sahabat tidak mau melihat sahabatnya?”
Kemudian Nabi Ibrahim berkata, “Wahai Izrail! Ambillah nyawaku!”
Doa ini diajar oleh Nabi kepada sahabatnya;
“Ya Alloh, kurniakanlah kepada ku Cinta terhadap Mu dan Cinta kepada mereka yang Mencintai mu, dan apa saja yang membawa aku hampir kepada CintaMu, dan jadikanlah CintaMu itu lebih berharga kepadaku dari air sejuk kepada orang yang dahaga.”
Hasan Basri berkata;
“Orang yang kenal Alloh akan Mencintai Alloh, dan orang yang mengenal dunia akan benci kepada dunia itu”.
Sekarang marilah kita membicarkan pula berkenaan dengan keadaan cinta itu. Bolehlah ditafsirkan bahwa cinta itu adalah kecenderungan kepada sesuatu yang indah atau nyaman. Ini nyata sekali pada dari yang lima (pancaindera) yaiitu tiap-tiap satunya mencintai apa yang memberi keindahan atau kepuasan kepadanya. Mata cinta kepada bentuk-bentuk yang indah. Telinga cinta kepada bunyi-bunyinya yang merdu, dan sebagainya. Inilah jenis cinta yang kita miliki dan binatang pun memilikinya.
Tetapi ada dari yang keenam atau keupayaan pandangan yang terletak dalam hati, dan ini tidak ada pada binatang. Dengan melalui inilah kita mengenal keindahan dan keagungan keruhanian. Oleh karena itu, mereka yang terpengaruh dengan kehendak-kehendak jasmaniah dan kedunian saja tidak dapat mengerti apa yang dimaksudkan oleh Nabi apabila baginda berkata bahwa baginda cinta kepada sembahyang melebihi dari cintanya kepada perempuan dan bau harum wangi, meskipun perempuan dan wangi-wanginya itu disukai juga oleh baginda. Tetapi siapa yang mata batinnya terbuka untuk melihat keindahan dan kesempurnaan Ilahi akan memandang rendah kepada semua hal-hal yang zhohir walau bagaimanapun cantiknya sekalipun.
Orang yang memandang zhohir saja akan berkata bahwa kecantikan itu terletak pada warna kulit yang putih dan merah, kaki dan tangan yang eloknya dan sebagainya lagi, tetapi orang ini buta kepada kecantikan akhlak, seperti apa yang dikatakan orang bahwa seseorang itu mempunyai sifat-sifat akhlak yang “indah”. Tetapi bagi mereka yang mempunyai pandangan batin dapat mencintai orang-orang besar yang telah kembali kealam baka, seperti Khalifah Umar dan Abu Bakar misalnya, karena kedua-dua orang besar ini mempunyai sifat-sifat yang agung dan mulia, meskipun tubuh mereka telah hancur menjadi tanah. Cinta seperti ini bukan memandang kepada sifat-sifat zhohir saja, tetapi memandang kepada sifat-sifat batin. Bahkan apabila kita hendak menimbulkan cinta dalam hati kanak-kanak terhadap seseorang, maka kita tidak memperihalkan keindahan bentuk zhohirnya, dan lain-lain, tetapi kita perihalkan keindahan-keindahan batinnya.
Apabila kita gunakan prinsip ini terhadap cinta kepada Alloh, maka kita akan dapati bahwa Dia sajalah sepatutnya kita Cinta. Mereka yang tidak mencintai Alloh itu ialah karena mereka tidak mengenal Alloh itu. Apa saja yang kita cinta kepada seseorang itu, kita cintai karena itu adalah bayangan Alloh. Karena inilah kita cinta kepada Muhammad Saw karena baginda adalah Rasul dan kekasih Alloh, dan cinta kepada orang-orang alim dan orang-orang auliya itu adalah sebenarnya cinta kepada Alloh.
Kita akan lihat ini lebih jelas jika kita perhatikan apakah sebab-sebabnya yang menyemarakkan cinta.
Sebab pertama ialah, bahwa seseorang itu cinta kepada dirinya sendiri dan menyempurnakan keadaannya sendiri. Ini membawanya secara langsung menuju Cinta kepada Alloh, karena wujudnya dan sifatnya manusia itu adalah semata-mata Kurniaan Alloh saja. Jika tidaklah karena kehendak Alloh Subhanahuwa Taala dan KemurahanNya, manusia tidak akan zhohir ke alam nyata itu. Kejadian manusia itu dan pencapaian menuju kesempurnaan adalah juga dengan kurnia Alloh semata. Sungguh aneh jika seseorang itu berlindung ke bawah pohon dari sinar matahari tetapi tidak berterima kasih kepada pohon itu.
Begitu jugalah jika tidaklah karena Alloh, manusia tidak akan wujud dan tidak akan ada mempunyai sifat-sifat langsung. Oleh karena itu, kenapa manusia itu tidak Cinta kepada Alloh? Jika tidak cinta kepada Alloh berarti ia tidak mengenalNya. Tanpa mengenalNya orang tidak akan Cinta kepadaNya, karena Cinta itu timbul dari pengenalan . Orang yang bodoh saja yang tidak mengenal.
Sebab yang kedua ialah, bahwa manusia itu cinta kepada orang yang menolong dan memberi kurnia kepada dirinya. Pada hakikatnya yang memberi pertolongan dan kurnia itu hanya Alloh saja. Sebenarnya apa saja pertolongan dan kurnia dari makhluk atau hamba itu adalah dorongan dari Alloh Subhanahuwaa Taala juga. Apa saja niat hati untuk membuat kebaikan kepada orang lain, sama ada keinginan untuk maju dalam bidang agama atau untuk mendapatkan nama yang baik, maka Alloh itulah pendorong yang menimbulkan niat, keinginan dan usaha untuk mencapai apa yang dicinta itu.
Sebab yang ketiga ialah cinta yang ditimbulkan dengan cara renungan atau tafakur tentang Sifat-sifat Alloh, Kuasa dan KebijaksanaanNya. Dan bermula Kekuasaan dan kebijaksanaan manusia itu adalah bayangan yang amat kecil dari Kekuasaan dan Kebijaksanaan Alloh Subhanahuwa Taala juga. Cinta ini adalah seperti cinta yang kita rasakan terhadap orang-orang besar di zaman dulu, misalnya Imam Malik dan Imam Syafie meskipun kita tidak akan menyangka menerima sebarang faedah pribadi dari mereka itu, dan dengan itu adalah jenis yang tidak mencari untung. Alloh berfirman kepada Nabi Daud,
“Hamba yang paling aku Cintai ialah mereka yang mencari Aku bukan karena takut hukumKu atau hendakkan KurniaanKu, tetapi adalah semata-mata karena Aku ini Tuhan.”
Dalam kitab Zabur ada tertulis,
“Siapakah yang lebih melanggar batas daripada orang yang menyembahKu karena takutkan Neraka atau berkehendakkan Syurga? Jika tidak aku jadikan Surga dan Neraka itu tidakkah Aku ini patut disembah?”
Sebab yang keempat berhubungan dengan cinta ini ialah karena keterikat yang erat antara manusia dan Tuhannya, yang maksudkan oleh Nabi dalam sabdanya :
“Sesungguhnya Alloh jadikan manusia menurut bayanganNya”
Selanjutnya Alloh berfirman;
“HambaKu mencari kehampiran denganKu, supaya Aku jadikan dia kawanKu, dan bila Aku jadikan ia kawanku, jadilah Aku telinganya, matanya dan lidahnya”.
Alloh berfirman juga kepada Nabi Musa;
“Aku sakit, engkau tidak mengungjungiKu.” Nabi Musa menjawab, “Aahai Tuhan, Engkau itu Tuhan langit dan bumi, bagaimana engkau boleh sakit?” Alloh menjawab, “Seorang hambaKu sakit, kalau engkau mengunjungi dia, maka engkau mengunjungi Aku.”
Ini adalah satu hal yang agak bahaya hendaklah dikaji lebih dalam karena ia tidak terjangkau oleh pengetahuan orang awam, bahkan yang bijak pandai pun mungkin tumbang dalam perjalanan hal ini, lalu menganggap ada penzhohiran atau penjelmaan Tuhan dalam manusia. Tambahan pula hal kemiripan hamba dengan Tuhan ini dibantah oleh Alim Ulama’ yang tersebut diatas dulu karena mereka berpendapat bahwa manusia itu tidak dapat mencintai Alloh oleh sebab Alloh bukan sejenis manusia. Walau pun berapa jauh jaraknya antara mereka, namun manusia boleh mencintai Alloh karena yang kemiripan itu ada ditunjukkan oleh sabda Nabi :
“Alloh jadikan manusia menurut rupanya.”
Dan kataku pula (suluk), untuk mendapat dan menjejaki maksud sabda Nabi yang penuh dan melimpah dengan lautan hikmah zhohir dan batin ini, perlulah diambil pengajaran dari kalangan ulama yang muqarrabin yang arifbiLlah dari kalangan Aulia Alloh yang apabila berbicara, hanya akan mengungkapkan sesuatu yang didatangi dari Alam Tinggi, bukan beralaskan sesuatu kepentingan atau pengaruh hawa nafsunya. Ilmu mereka adalah pencampakkan Ilham dari Alloh Taala yang didapati terus dari Alloh sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Imam Ghazali dalam karyanya Al-Risalutul lil Duniyyah sebagaimana berikut;
Ilham adalah kesan Wahyu. Wahyu adalah penerangan Urusan Ghoibi manakala Ilham ialah pemaparannya. Ilmu yang didapati menerusi Ilham dinamakan Ilmu Laduni.
Ilmu Laduni ialah ilmu yang tidak ada perantaraan dalam mendapatkannya di antara jiwa dan Alloh Taala. Ia adalah seperti cahaya yang datang dari lampu Qhaib jatuh ke atas Qalbu yang bersih, kosong lagi halus (Lathif).
Semua orang Islam percaya bahwa memandang Alloh itu adalah puncak segala kebahagiaan karena ada tercatat dalam hukum. Tetapi bagi kebanyakan orang, ini adalah berbicara di mulut saja yang tidak menimbulkan rasa dalam hati. Sebenarnyalah begitu karena bagaimana orang dapat menyintai sesuatu jika ia tidak tahu dan tidak kenal? Kita akan coba menunjukkan secara ringkas bagaimana memandang Alloh itu puncak segala kebahagiaan yang bisa dicapai oleh manusia.
Pertama , tiap-tiap bakat atau anggota manusia itu ada tugas-tugasnya masing-masing dan ia merasa tertarik dan suka menjalankan tugas itu. Ini serupa saja sejak dari kehendak tubuh yang paling rendah hinggalah kepada pengetahuan akal yang paling tinggi. Usaha mental (otak) yang paling rendah pun mendatangkan ketertarikan yang lebih dari hanya memuaskan kehendak tubuh saja. Kadang-kadang seseorang yang khusuk bermain catur tidak mau makan meskipun ia berkali-kali dipanggil untuk makan.
Makin tinggi hal pengetahuan kita itu, maka makin bertambah menarik dan sukalah kita mengusahakan hal itu. Misalnya kita lebih berminat untuk mengetahui rahasia Sultan dan rahasia menteri. Dengan demikian, oleh karena Alloh itu adalah objek atau hal pengetahuan yang paling tinggi, maka mengenal atau mengetahui Alloh itu mestilah memberi kebahagiaan dan kelezatan lebih daripada yang lain-lain. Orang yang mengetahui dan mengenal Alloh walaupun dalam dunia ini. seolah-olah di dalam syurga, buah-buahan bebas untuk dipetik, dalam lebarnya tidak disempitkan oleh penghuninya yang ramai itu.
Firman Alloh SWT :
Nabi pernah bersabda;
“Belum sempurna iman seseorang itu hingga ia Mencintai Alloh dan Rasulnya lebih daripada yang lain”.
Apabila malaikat maut datang hendak mengambil nyawa Nabi Ibrahim,
Nabi Ibrahim berkata,
“Pernahkah engkau melihat sahabat mengambil nyawa sahabat?”
Alloh berfirman,
“Pernahkah engkau melihat sahabat tidak mau melihat sahabatnya?”
Kemudian Nabi Ibrahim berkata, “Wahai Izrail! Ambillah nyawaku!”
Doa ini diajar oleh Nabi kepada sahabatnya;
“Ya Alloh, kurniakanlah kepada ku Cinta terhadap Mu dan Cinta kepada mereka yang Mencintai mu, dan apa saja yang membawa aku hampir kepada CintaMu, dan jadikanlah CintaMu itu lebih berharga kepadaku dari air sejuk kepada orang yang dahaga.”
Hasan Basri berkata;
“Orang yang kenal Alloh akan Mencintai Alloh, dan orang yang mengenal dunia akan benci kepada dunia itu”.
Sekarang marilah kita membicarkan pula berkenaan dengan keadaan cinta itu. Bolehlah ditafsirkan bahwa cinta itu adalah kecenderungan kepada sesuatu yang indah atau nyaman. Ini nyata sekali pada dari yang lima (pancaindera) yaiitu tiap-tiap satunya mencintai apa yang memberi keindahan atau kepuasan kepadanya. Mata cinta kepada bentuk-bentuk yang indah. Telinga cinta kepada bunyi-bunyinya yang merdu, dan sebagainya. Inilah jenis cinta yang kita miliki dan binatang pun memilikinya.
Tetapi ada dari yang keenam atau keupayaan pandangan yang terletak dalam hati, dan ini tidak ada pada binatang. Dengan melalui inilah kita mengenal keindahan dan keagungan keruhanian. Oleh karena itu, mereka yang terpengaruh dengan kehendak-kehendak jasmaniah dan kedunian saja tidak dapat mengerti apa yang dimaksudkan oleh Nabi apabila baginda berkata bahwa baginda cinta kepada sembahyang melebihi dari cintanya kepada perempuan dan bau harum wangi, meskipun perempuan dan wangi-wanginya itu disukai juga oleh baginda. Tetapi siapa yang mata batinnya terbuka untuk melihat keindahan dan kesempurnaan Ilahi akan memandang rendah kepada semua hal-hal yang zhohir walau bagaimanapun cantiknya sekalipun.
Orang yang memandang zhohir saja akan berkata bahwa kecantikan itu terletak pada warna kulit yang putih dan merah, kaki dan tangan yang eloknya dan sebagainya lagi, tetapi orang ini buta kepada kecantikan akhlak, seperti apa yang dikatakan orang bahwa seseorang itu mempunyai sifat-sifat akhlak yang “indah”. Tetapi bagi mereka yang mempunyai pandangan batin dapat mencintai orang-orang besar yang telah kembali kealam baka, seperti Khalifah Umar dan Abu Bakar misalnya, karena kedua-dua orang besar ini mempunyai sifat-sifat yang agung dan mulia, meskipun tubuh mereka telah hancur menjadi tanah. Cinta seperti ini bukan memandang kepada sifat-sifat zhohir saja, tetapi memandang kepada sifat-sifat batin. Bahkan apabila kita hendak menimbulkan cinta dalam hati kanak-kanak terhadap seseorang, maka kita tidak memperihalkan keindahan bentuk zhohirnya, dan lain-lain, tetapi kita perihalkan keindahan-keindahan batinnya.
Apabila kita gunakan prinsip ini terhadap cinta kepada Alloh, maka kita akan dapati bahwa Dia sajalah sepatutnya kita Cinta. Mereka yang tidak mencintai Alloh itu ialah karena mereka tidak mengenal Alloh itu. Apa saja yang kita cinta kepada seseorang itu, kita cintai karena itu adalah bayangan Alloh. Karena inilah kita cinta kepada Muhammad Saw karena baginda adalah Rasul dan kekasih Alloh, dan cinta kepada orang-orang alim dan orang-orang auliya itu adalah sebenarnya cinta kepada Alloh.
Kita akan lihat ini lebih jelas jika kita perhatikan apakah sebab-sebabnya yang menyemarakkan cinta.
Sebab pertama ialah, bahwa seseorang itu cinta kepada dirinya sendiri dan menyempurnakan keadaannya sendiri. Ini membawanya secara langsung menuju Cinta kepada Alloh, karena wujudnya dan sifatnya manusia itu adalah semata-mata Kurniaan Alloh saja. Jika tidaklah karena kehendak Alloh Subhanahuwa Taala dan KemurahanNya, manusia tidak akan zhohir ke alam nyata itu. Kejadian manusia itu dan pencapaian menuju kesempurnaan adalah juga dengan kurnia Alloh semata. Sungguh aneh jika seseorang itu berlindung ke bawah pohon dari sinar matahari tetapi tidak berterima kasih kepada pohon itu.
Begitu jugalah jika tidaklah karena Alloh, manusia tidak akan wujud dan tidak akan ada mempunyai sifat-sifat langsung. Oleh karena itu, kenapa manusia itu tidak Cinta kepada Alloh? Jika tidak cinta kepada Alloh berarti ia tidak mengenalNya. Tanpa mengenalNya orang tidak akan Cinta kepadaNya, karena Cinta itu timbul dari pengenalan . Orang yang bodoh saja yang tidak mengenal.
Sebab yang kedua ialah, bahwa manusia itu cinta kepada orang yang menolong dan memberi kurnia kepada dirinya. Pada hakikatnya yang memberi pertolongan dan kurnia itu hanya Alloh saja. Sebenarnya apa saja pertolongan dan kurnia dari makhluk atau hamba itu adalah dorongan dari Alloh Subhanahuwaa Taala juga. Apa saja niat hati untuk membuat kebaikan kepada orang lain, sama ada keinginan untuk maju dalam bidang agama atau untuk mendapatkan nama yang baik, maka Alloh itulah pendorong yang menimbulkan niat, keinginan dan usaha untuk mencapai apa yang dicinta itu.
Sebab yang ketiga ialah cinta yang ditimbulkan dengan cara renungan atau tafakur tentang Sifat-sifat Alloh, Kuasa dan KebijaksanaanNya. Dan bermula Kekuasaan dan kebijaksanaan manusia itu adalah bayangan yang amat kecil dari Kekuasaan dan Kebijaksanaan Alloh Subhanahuwa Taala juga. Cinta ini adalah seperti cinta yang kita rasakan terhadap orang-orang besar di zaman dulu, misalnya Imam Malik dan Imam Syafie meskipun kita tidak akan menyangka menerima sebarang faedah pribadi dari mereka itu, dan dengan itu adalah jenis yang tidak mencari untung. Alloh berfirman kepada Nabi Daud,
“Hamba yang paling aku Cintai ialah mereka yang mencari Aku bukan karena takut hukumKu atau hendakkan KurniaanKu, tetapi adalah semata-mata karena Aku ini Tuhan.”
Dalam kitab Zabur ada tertulis,
“Siapakah yang lebih melanggar batas daripada orang yang menyembahKu karena takutkan Neraka atau berkehendakkan Syurga? Jika tidak aku jadikan Surga dan Neraka itu tidakkah Aku ini patut disembah?”
Sebab yang keempat berhubungan dengan cinta ini ialah karena keterikat yang erat antara manusia dan Tuhannya, yang maksudkan oleh Nabi dalam sabdanya :
“Sesungguhnya Alloh jadikan manusia menurut bayanganNya”
Selanjutnya Alloh berfirman;
“HambaKu mencari kehampiran denganKu, supaya Aku jadikan dia kawanKu, dan bila Aku jadikan ia kawanku, jadilah Aku telinganya, matanya dan lidahnya”.
Alloh berfirman juga kepada Nabi Musa;
“Aku sakit, engkau tidak mengungjungiKu.” Nabi Musa menjawab, “Aahai Tuhan, Engkau itu Tuhan langit dan bumi, bagaimana engkau boleh sakit?” Alloh menjawab, “Seorang hambaKu sakit, kalau engkau mengunjungi dia, maka engkau mengunjungi Aku.”
Ini adalah satu hal yang agak bahaya hendaklah dikaji lebih dalam karena ia tidak terjangkau oleh pengetahuan orang awam, bahkan yang bijak pandai pun mungkin tumbang dalam perjalanan hal ini, lalu menganggap ada penzhohiran atau penjelmaan Tuhan dalam manusia. Tambahan pula hal kemiripan hamba dengan Tuhan ini dibantah oleh Alim Ulama’ yang tersebut diatas dulu karena mereka berpendapat bahwa manusia itu tidak dapat mencintai Alloh oleh sebab Alloh bukan sejenis manusia. Walau pun berapa jauh jaraknya antara mereka, namun manusia boleh mencintai Alloh karena yang kemiripan itu ada ditunjukkan oleh sabda Nabi :
“Alloh jadikan manusia menurut rupanya.”
Dan kataku pula (suluk), untuk mendapat dan menjejaki maksud sabda Nabi yang penuh dan melimpah dengan lautan hikmah zhohir dan batin ini, perlulah diambil pengajaran dari kalangan ulama yang muqarrabin yang arifbiLlah dari kalangan Aulia Alloh yang apabila berbicara, hanya akan mengungkapkan sesuatu yang didatangi dari Alam Tinggi, bukan beralaskan sesuatu kepentingan atau pengaruh hawa nafsunya. Ilmu mereka adalah pencampakkan Ilham dari Alloh Taala yang didapati terus dari Alloh sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Imam Ghazali dalam karyanya Al-Risalutul lil Duniyyah sebagaimana berikut;
Ilham adalah kesan Wahyu. Wahyu adalah penerangan Urusan Ghoibi manakala Ilham ialah pemaparannya. Ilmu yang didapati menerusi Ilham dinamakan Ilmu Laduni.
Ilmu Laduni ialah ilmu yang tidak ada perantaraan dalam mendapatkannya di antara jiwa dan Alloh Taala. Ia adalah seperti cahaya yang datang dari lampu Qhaib jatuh ke atas Qalbu yang bersih, kosong lagi halus (Lathif).
Semua orang Islam percaya bahwa memandang Alloh itu adalah puncak segala kebahagiaan karena ada tercatat dalam hukum. Tetapi bagi kebanyakan orang, ini adalah berbicara di mulut saja yang tidak menimbulkan rasa dalam hati. Sebenarnyalah begitu karena bagaimana orang dapat menyintai sesuatu jika ia tidak tahu dan tidak kenal? Kita akan coba menunjukkan secara ringkas bagaimana memandang Alloh itu puncak segala kebahagiaan yang bisa dicapai oleh manusia.
Pertama , tiap-tiap bakat atau anggota manusia itu ada tugas-tugasnya masing-masing dan ia merasa tertarik dan suka menjalankan tugas itu. Ini serupa saja sejak dari kehendak tubuh yang paling rendah hinggalah kepada pengetahuan akal yang paling tinggi. Usaha mental (otak) yang paling rendah pun mendatangkan ketertarikan yang lebih dari hanya memuaskan kehendak tubuh saja. Kadang-kadang seseorang yang khusuk bermain catur tidak mau makan meskipun ia berkali-kali dipanggil untuk makan.
Makin tinggi hal pengetahuan kita itu, maka makin bertambah menarik dan sukalah kita mengusahakan hal itu. Misalnya kita lebih berminat untuk mengetahui rahasia Sultan dan rahasia menteri. Dengan demikian, oleh karena Alloh itu adalah objek atau hal pengetahuan yang paling tinggi, maka mengenal atau mengetahui Alloh itu mestilah memberi kebahagiaan dan kelezatan lebih daripada yang lain-lain. Orang yang mengetahui dan mengenal Alloh walaupun dalam dunia ini. seolah-olah di dalam syurga, buah-buahan bebas untuk dipetik, dalam lebarnya tidak disempitkan oleh penghuninya yang ramai itu.
Firman Alloh SWT :
” Dan bersegeralah kamu kepada ampunan
dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa ” (Al Imran:133)
Tetapi kenikmatan ilmu atau pengetahuan masih tidak menyamai atau menyerupai kenikmatan pandangan sebagaimana ketertarikan kita dalam memikirkan mereka yang bercinta adalah lebih rendah daripada ketertarikan yang diberi oleh memandangnya dengan benar.
Terpenjaranya kita dalam tubuh kita dari tanah dan air dan terbelenggu kita dalam hal-hal indera (pancaindera) menjadikan hijab yang melindungi kita daripada memandang Alloh , meskipun tidak menghalang pencapaian kita kepada mengetahui dan mengenalNya. karena inilah Alloh berfirman kepada Nabi Musa di Gunung Sinai,
Tetapi kenikmatan ilmu atau pengetahuan masih tidak menyamai atau menyerupai kenikmatan pandangan sebagaimana ketertarikan kita dalam memikirkan mereka yang bercinta adalah lebih rendah daripada ketertarikan yang diberi oleh memandangnya dengan benar.
Terpenjaranya kita dalam tubuh kita dari tanah dan air dan terbelenggu kita dalam hal-hal indera (pancaindera) menjadikan hijab yang melindungi kita daripada memandang Alloh , meskipun tidak menghalang pencapaian kita kepada mengetahui dan mengenalNya. karena inilah Alloh berfirman kepada Nabi Musa di Gunung Sinai,
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat
dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah
berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku,
nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada
Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku,
tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai
sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan
diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa
pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha
Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama
beriman”. (Al Araaf:143)
Hakikat hal ini adalah sebagaimana benih manusia itu menjadi manusia, dan biji tamar menjadi pohon tamar, begitu jugalah mengenal Alloh yang diperoleh di dunia ini akan bertukar menjadi “Memandang Alloh” di akhirat kelak, dan mereka yang tidak mempelajari pengetahuan itu tidak akan mendapat pandangan itu. Pandangan ini tidak akan dibagi-bagikan sama rata kepada mereka yang tahu tetapi “konsep pemahaman” mereka tentangnya akan berbeda-beda sebagaimana ilmu mereka.
Alloh itu Satu tetapi ia kelihatan dengan berbagai-bagai cara, sebagaimana satu benda itu terbayang dalam berbagai cara dalam berbagai cermin. Ada yang lurus, ada yang bengkok, ada yang terang dan ada yang gelap. Sesuatu cermin itu mungkin terlalu bengkok dan ini menjadikan bentuk-bentuk yang cantik kelihatan buruk dalam cermin itu. Seseorang manusia itu mungkin membawa ke akhirat hati yang gelap dan bengkok, dan dengan itu pandangan yang menjadi puncak kedamaian dan kebahagiaan kepada orang lain, akan menjadi sumber kesengsaraan dan kedukaan kepadanya.
Orang yang Menyintai Alloh sepenuh hati dan Cintanya kepada Alloh melebihi Cintanya kepada yang lain akan memperolehi lebih banyak kebahagiaan daripada pandangan melebihi daripada mereka yang dalam hatinya tidak ada pandangan ini. Umpama dua orang yang kekuatan matanya sama saja memandang kepada wajah yang cantik. Orang yang telah ada cintanya kepada orang yang memiliki wajah itu akan merasa tertarik dan bahagia memandang wajah itu melebihi dari orang yang tidak ada cintanya kepada orang yang mempunyai wajah itu.
Untuk kebahagiaan yang sempurna, ilmu saja tidak tidaklah cukup. Hendaklah disertakan dengan Cinta. Cinta kepada Alloh itu tidak akan tercapai selagi hati itu tidak dibersihkan daripada cinta kepada dunia. Pembersihan ini dapat dilakukan dengan menahan diri dari hawa nafsu yang rendah dan bersikap zuhud.
Semasa dalam dunia ini, keadaan seseorang itu terhadap “Memandang Alloh” adalah ibarat orang yang cinta yang melihat muka orang yang yang dicintai dalam waktu senja kala dan pakaiannya penuh dengan penyengat dan kalajengking yang senatiasa menggigitnya. Tetapi sekiranya matahari terbit dan menunjukkan muka yang dicintai dengan segala keindahannya, dan penyengat serta kala itu telah pergi darinya, maka kebahagiaan orang yang cinta itu adalah seperti hamba Alloh yang terlepas dari gelap senja dan azab cobaan di dunia ini, lalu melihat dia tanpa hijab lagi .
Abu Sulaiman berkata;
“Siapa yang sibuk dengan dirinya sendiri saja di dunia ini, akan sibuk juga dengan dirinya di akhirat kelak, dan siapa yang sibuk dengan Alloh di dunia ini akan sibuk juga dengan Alloh di akhirat kelak”.
Yahya bin Mu’adz menceritakan;
“Saya lihat Abu Yazid Bustomin sembahyang sepanjang malam. apabila beliau telah habis sembahyang, beliau berdoa dan berkata :
“Oh Tuhan!!! Setengah dari hambaMu meminta padaMu kuasa untuk membuat sesuatu yang luar biasa (karamat) seperti berjalan di atas air, terbang di udara, tetapi aku tidak meminta itu; ada pula yang meminta harta karun, tetapi aku tidak meminta itu,
kemudian ia memalingkan mukanya dan setelah dilihatnya saya, ia berkata; “Kamu di situ Yahya?” Saya menjawab; “Ya!” Beliau bertanya lagi; “Sejak kapan?” Saya menjawab; “Telah lama saya di sini” Kemudian saya bertanya dan beliau menceritakan kepada saya setengah daripada pengalaman keruhaniannya.
“Saya akan menceritakan” Jawab beliau. “Apa yang boleh saya ceritakan kepadamu, Alloh Subhahahuwa Taala menunjukkan aku kerajaanNya dari yang paling tinggi hingga ke paling rendah. DiangkatNya saya melampaui Arash dan Kursi dan tujuh petala langitnya, kemudian Ia (Alloh) berkata; “Pintalah kepadaKu apa saja yang engkau kehendaki”.
Saya menjawab; “Ya Alloh!!! tidak akan saya minta apa pun melainkan Engkau”.
JawabNya (Alloh) : “Sesungguhnya engkau hambaKu yang sebenar benarnya”.
Pada suatu ketika pula Abu Yazid berkata:
“Sekiranya Alloh mengkaruniakan engkau kemiripan denganNya seperti Ibrahim, kekuasaan Sholat Musa, keruhanian ‘Isa, namun wajahmu hadapkanlah kepada Dia saja karena ia ada harta yang melampaui segala-galanya itu”
Suatu hari seorang sahabatnya berkata kepada beliau; “Selama tiga puluh tahun saya puasa di siang hari dan sembahyang di malam hari tetapi saya tidak dapati kenikmatan keruhanian yang engkau katakan itu”.
Abu Yazid menjawab; “Jika engkau puasa dan sembahyang selama tiga ratus tahun pun, engkau tidak akan mendapatkannya”.
Sahabatnnya berkata; “Bagaimanakah itu?”
Kata Abu Yazid; “obatnya ada tetapi engkau tidak akan sanggup menelannya obat itu”. Tetapi oleh karena sahabatnya itu bersungguh-sungguh benar meminta supaya diceritakan, Abu Yazid pun berkata;
“Pergilah kepada tukang gunting dan cukurlah janggutmu itu; buanglah pakaianmu itu kecuali seluar dalam saja. Ambil satu kampit penuh yang berisi “Siapa yang mau menempeleng kuduk leherku dia akan mendapat buah ini” Kemudian dalam keadaan ini pergilah kepada Kadi dan ahli syariat dan berkata; “Berkatilah Ruhku”.
Kata sahabatnya; “Tidak sanggup saya berbuat demikian, berilah saya cara yang lain”.
Abu Yazid pun berkata; “Inilah saja caranya, tetapi seperti yang telah saya katakan kamu ini tidak dapat diobat lagi”.
Sebab Abu Yazid berkata demikian kepada orang itu ialah karena orang itu sebenarnya pencari pangkat dan kedudukan. Bercita-cita hendak pangkat dan kedudukan seperti bersikap sombong dan bangga adalah penyakit yang hanya dapat diobat dengan cara yang demikian itu.
Alloh berfirman :
Hakikat hal ini adalah sebagaimana benih manusia itu menjadi manusia, dan biji tamar menjadi pohon tamar, begitu jugalah mengenal Alloh yang diperoleh di dunia ini akan bertukar menjadi “Memandang Alloh” di akhirat kelak, dan mereka yang tidak mempelajari pengetahuan itu tidak akan mendapat pandangan itu. Pandangan ini tidak akan dibagi-bagikan sama rata kepada mereka yang tahu tetapi “konsep pemahaman” mereka tentangnya akan berbeda-beda sebagaimana ilmu mereka.
Alloh itu Satu tetapi ia kelihatan dengan berbagai-bagai cara, sebagaimana satu benda itu terbayang dalam berbagai cara dalam berbagai cermin. Ada yang lurus, ada yang bengkok, ada yang terang dan ada yang gelap. Sesuatu cermin itu mungkin terlalu bengkok dan ini menjadikan bentuk-bentuk yang cantik kelihatan buruk dalam cermin itu. Seseorang manusia itu mungkin membawa ke akhirat hati yang gelap dan bengkok, dan dengan itu pandangan yang menjadi puncak kedamaian dan kebahagiaan kepada orang lain, akan menjadi sumber kesengsaraan dan kedukaan kepadanya.
Orang yang Menyintai Alloh sepenuh hati dan Cintanya kepada Alloh melebihi Cintanya kepada yang lain akan memperolehi lebih banyak kebahagiaan daripada pandangan melebihi daripada mereka yang dalam hatinya tidak ada pandangan ini. Umpama dua orang yang kekuatan matanya sama saja memandang kepada wajah yang cantik. Orang yang telah ada cintanya kepada orang yang memiliki wajah itu akan merasa tertarik dan bahagia memandang wajah itu melebihi dari orang yang tidak ada cintanya kepada orang yang mempunyai wajah itu.
Untuk kebahagiaan yang sempurna, ilmu saja tidak tidaklah cukup. Hendaklah disertakan dengan Cinta. Cinta kepada Alloh itu tidak akan tercapai selagi hati itu tidak dibersihkan daripada cinta kepada dunia. Pembersihan ini dapat dilakukan dengan menahan diri dari hawa nafsu yang rendah dan bersikap zuhud.
Semasa dalam dunia ini, keadaan seseorang itu terhadap “Memandang Alloh” adalah ibarat orang yang cinta yang melihat muka orang yang yang dicintai dalam waktu senja kala dan pakaiannya penuh dengan penyengat dan kalajengking yang senatiasa menggigitnya. Tetapi sekiranya matahari terbit dan menunjukkan muka yang dicintai dengan segala keindahannya, dan penyengat serta kala itu telah pergi darinya, maka kebahagiaan orang yang cinta itu adalah seperti hamba Alloh yang terlepas dari gelap senja dan azab cobaan di dunia ini, lalu melihat dia tanpa hijab lagi .
Abu Sulaiman berkata;
“Siapa yang sibuk dengan dirinya sendiri saja di dunia ini, akan sibuk juga dengan dirinya di akhirat kelak, dan siapa yang sibuk dengan Alloh di dunia ini akan sibuk juga dengan Alloh di akhirat kelak”.
Yahya bin Mu’adz menceritakan;
“Saya lihat Abu Yazid Bustomin sembahyang sepanjang malam. apabila beliau telah habis sembahyang, beliau berdoa dan berkata :
“Oh Tuhan!!! Setengah dari hambaMu meminta padaMu kuasa untuk membuat sesuatu yang luar biasa (karamat) seperti berjalan di atas air, terbang di udara, tetapi aku tidak meminta itu; ada pula yang meminta harta karun, tetapi aku tidak meminta itu,
kemudian ia memalingkan mukanya dan setelah dilihatnya saya, ia berkata; “Kamu di situ Yahya?” Saya menjawab; “Ya!” Beliau bertanya lagi; “Sejak kapan?” Saya menjawab; “Telah lama saya di sini” Kemudian saya bertanya dan beliau menceritakan kepada saya setengah daripada pengalaman keruhaniannya.
“Saya akan menceritakan” Jawab beliau. “Apa yang boleh saya ceritakan kepadamu, Alloh Subhahahuwa Taala menunjukkan aku kerajaanNya dari yang paling tinggi hingga ke paling rendah. DiangkatNya saya melampaui Arash dan Kursi dan tujuh petala langitnya, kemudian Ia (Alloh) berkata; “Pintalah kepadaKu apa saja yang engkau kehendaki”.
Saya menjawab; “Ya Alloh!!! tidak akan saya minta apa pun melainkan Engkau”.
JawabNya (Alloh) : “Sesungguhnya engkau hambaKu yang sebenar benarnya”.
Pada suatu ketika pula Abu Yazid berkata:
“Sekiranya Alloh mengkaruniakan engkau kemiripan denganNya seperti Ibrahim, kekuasaan Sholat Musa, keruhanian ‘Isa, namun wajahmu hadapkanlah kepada Dia saja karena ia ada harta yang melampaui segala-galanya itu”
Suatu hari seorang sahabatnya berkata kepada beliau; “Selama tiga puluh tahun saya puasa di siang hari dan sembahyang di malam hari tetapi saya tidak dapati kenikmatan keruhanian yang engkau katakan itu”.
Abu Yazid menjawab; “Jika engkau puasa dan sembahyang selama tiga ratus tahun pun, engkau tidak akan mendapatkannya”.
Sahabatnnya berkata; “Bagaimanakah itu?”
Kata Abu Yazid; “obatnya ada tetapi engkau tidak akan sanggup menelannya obat itu”. Tetapi oleh karena sahabatnya itu bersungguh-sungguh benar meminta supaya diceritakan, Abu Yazid pun berkata;
“Pergilah kepada tukang gunting dan cukurlah janggutmu itu; buanglah pakaianmu itu kecuali seluar dalam saja. Ambil satu kampit penuh yang berisi “Siapa yang mau menempeleng kuduk leherku dia akan mendapat buah ini” Kemudian dalam keadaan ini pergilah kepada Kadi dan ahli syariat dan berkata; “Berkatilah Ruhku”.
Kata sahabatnya; “Tidak sanggup saya berbuat demikian, berilah saya cara yang lain”.
Abu Yazid pun berkata; “Inilah saja caranya, tetapi seperti yang telah saya katakan kamu ini tidak dapat diobat lagi”.
Sebab Abu Yazid berkata demikian kepada orang itu ialah karena orang itu sebenarnya pencari pangkat dan kedudukan. Bercita-cita hendak pangkat dan kedudukan seperti bersikap sombong dan bangga adalah penyakit yang hanya dapat diobat dengan cara yang demikian itu.
Alloh berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, jadilah
kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah
berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan
menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?”
Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kami lah penolong-penolong
agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israel beriman dan segolongan
(yang lain) kafir; maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang
beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang
yang menang. (Ash Shaff:14)
Apabila orang bertanya kepada Nabi ‘Isa; “Apakah kerja yang paling tinggi sekali derajatnya?” Beliau menjawab; “Mencintai Alloh dan tunduk kepadaNya”.
Suatu ketika orang bertanya kepada Wali Alloh bernama Rabi’atul Adawiyah sama ada beliau cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau menjawab; ” Cinta kepada Alloh menghalang aku cinta kepada makhluk”.
Ibrahim bin Adham dalam doanya berkata; “Ya Alloh! pada mataku syurga itu sendiri lebih kecil dari unggas jika dibandingkan dengan Cintaku terhadapMu dan kenikmatan mengingatiMu yang Engkau telah kurniakan kepadaku”.
Siapa yang menganggap ada kemungkinan menikmati kebahagiaan di akhirat tanpa mencintai Alloh adalah orang yang telah jauh sesat anggapannya, karena segala-galanya di akhirat itu adalah kembali kepada Alloh dan Alloh itulah alamat yang dituju dan dicapai setelah melalui halangan yang tidak terhingga banyaknya. Nikmat memandang Alloh itu adalah kebahagiaan. Jika seseorang itu tidak suka kepada Alloh di sini, maka di sana pun ia tidak suka juga kepada Alloh. Jika sedikit saja sukanya kepada Alloh di sini, maka sedikit jugalah sukanya kepada Alloh di sana . Pendeknya, kebahagiaan kita di akhirat adalah tergantung pada kadar Cintanya kita kepada Alloh di dunia ini.
Sebaliknya jika dalam hati manusia itu ada tumbuh cinta kepada apa saja yang berlawanan dengan Alloh, maka keadaan hidup di akhirat sana akan berlainan dan ganjil sekali kepadanya dan dengan ini apa saja yang mendatangkan kebahagiaan kepada orang lain, akan mendatangkan ‘azab sengsara kepadanya. Mudah-mudahan Alloh lindungi kita dari terjadi sedemikian itu.
Ini bolehlah kita gambarkan dengan misalnya seperti berikut :
Seorang pengangkut sampah pergi ke kedai yang menjual minyak wangi. Apabila beliau membawa bau-bauan yang harum wangi itu, ia pun jatuh dan tidak sadar diri. Orang pun datang hendak memberi pertolongan kepadanya. Air dipercikkan kemukanya dan dihidungnya diletakkan kasturi. Tetapi beliau bertambah parah. Akhirnya datanglah seorang pengangkut sampah juga, lalu diletakkan sedikit sampah kotor di bawah hidung orang yang pingsan itu. Dengan segera orang itu pun sadar semula sambil berseru dengan rasa puas hati, “Wah! Inilah sebenarnya wangi!”
Demikian jugalah, ahli dunia tidak akan menjumpai lagi karat dan kotor dunia ini diakhirat. Kenikmatan keruhaniah alam sana berlainan sekali dan tidak sesuai dengan kehendaknya. Maka ini menjadikannya bertambah parah dan sengsara lagi. karena alam sana itu adalah alam ruhaniah dan penzhohiran Jamal (keindahan) Alloh Subhanahuwa Taala. Berbahagialah mereka yang ingin mencapai kebahagiaan di sana itu dan menyesuaikan dirinya dengan alam itu. Semua sikap zahud, menahan diri ibadah, menuntut ilmu adalah bertujuan untuk mencapai penyesuaian itu dan penyesuaian itu adalah cintanya. Inilah maksud Al-Quran:
Apabila orang bertanya kepada Nabi ‘Isa; “Apakah kerja yang paling tinggi sekali derajatnya?” Beliau menjawab; “Mencintai Alloh dan tunduk kepadaNya”.
Suatu ketika orang bertanya kepada Wali Alloh bernama Rabi’atul Adawiyah sama ada beliau cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau menjawab; ” Cinta kepada Alloh menghalang aku cinta kepada makhluk”.
Ibrahim bin Adham dalam doanya berkata; “Ya Alloh! pada mataku syurga itu sendiri lebih kecil dari unggas jika dibandingkan dengan Cintaku terhadapMu dan kenikmatan mengingatiMu yang Engkau telah kurniakan kepadaku”.
Siapa yang menganggap ada kemungkinan menikmati kebahagiaan di akhirat tanpa mencintai Alloh adalah orang yang telah jauh sesat anggapannya, karena segala-galanya di akhirat itu adalah kembali kepada Alloh dan Alloh itulah alamat yang dituju dan dicapai setelah melalui halangan yang tidak terhingga banyaknya. Nikmat memandang Alloh itu adalah kebahagiaan. Jika seseorang itu tidak suka kepada Alloh di sini, maka di sana pun ia tidak suka juga kepada Alloh. Jika sedikit saja sukanya kepada Alloh di sini, maka sedikit jugalah sukanya kepada Alloh di sana . Pendeknya, kebahagiaan kita di akhirat adalah tergantung pada kadar Cintanya kita kepada Alloh di dunia ini.
Sebaliknya jika dalam hati manusia itu ada tumbuh cinta kepada apa saja yang berlawanan dengan Alloh, maka keadaan hidup di akhirat sana akan berlainan dan ganjil sekali kepadanya dan dengan ini apa saja yang mendatangkan kebahagiaan kepada orang lain, akan mendatangkan ‘azab sengsara kepadanya. Mudah-mudahan Alloh lindungi kita dari terjadi sedemikian itu.
Ini bolehlah kita gambarkan dengan misalnya seperti berikut :
Seorang pengangkut sampah pergi ke kedai yang menjual minyak wangi. Apabila beliau membawa bau-bauan yang harum wangi itu, ia pun jatuh dan tidak sadar diri. Orang pun datang hendak memberi pertolongan kepadanya. Air dipercikkan kemukanya dan dihidungnya diletakkan kasturi. Tetapi beliau bertambah parah. Akhirnya datanglah seorang pengangkut sampah juga, lalu diletakkan sedikit sampah kotor di bawah hidung orang yang pingsan itu. Dengan segera orang itu pun sadar semula sambil berseru dengan rasa puas hati, “Wah! Inilah sebenarnya wangi!”
Demikian jugalah, ahli dunia tidak akan menjumpai lagi karat dan kotor dunia ini diakhirat. Kenikmatan keruhaniah alam sana berlainan sekali dan tidak sesuai dengan kehendaknya. Maka ini menjadikannya bertambah parah dan sengsara lagi. karena alam sana itu adalah alam ruhaniah dan penzhohiran Jamal (keindahan) Alloh Subhanahuwa Taala. Berbahagialah mereka yang ingin mencapai kebahagiaan di sana itu dan menyesuaikan dirinya dengan alam itu. Semua sikap zahud, menahan diri ibadah, menuntut ilmu adalah bertujuan untuk mencapai penyesuaian itu dan penyesuaian itu adalah cintanya. Inilah maksud Al-Quran:
…….., Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.(Al Baqoroh:222)
Dosa dan maksiat sangat bertentang dengan masalah ini Oleh karena itulah tercantum dalam Al-Quran:
Dosa dan maksiat sangat bertentang dengan masalah ini Oleh karena itulah tercantum dalam Al-Quran:
Dan hanya kepunyaan Allah kerajaan langit
dan bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan, akan rugilah pada hari
itu orang-orang yang mengerjakan kebatilan. (Al Jaatsiyah:27)
Orang yang dikaruniai dengan mata keruhanian telah nampak hakikat ini dalam rasa pengalaman mereka bukan hanya kata-kata yang diterima turun-menurun sejak dahulu lagi. Pandangan mereka itu membawa kepercayaan bahwa orang yang berkata demikian adalah sebenarnya Nabi, ibarat orang yang mengkaji ilmu pengobatan, akan tahu adakah orang yang berbicara berkenaan pengobatan itu sebenarnya dokter ataupun bukan. Ini adalah jenis keyakinan yang tidak perlu dibantu dengan mukjizat atau perbuatan yang diluar kebiasaan karena yang demikian pun dapat dilakukan juga oleh tukang sihir atau tukang silap mata.
Orang yang dikaruniai dengan mata keruhanian telah nampak hakikat ini dalam rasa pengalaman mereka bukan hanya kata-kata yang diterima turun-menurun sejak dahulu lagi. Pandangan mereka itu membawa kepercayaan bahwa orang yang berkata demikian adalah sebenarnya Nabi, ibarat orang yang mengkaji ilmu pengobatan, akan tahu adakah orang yang berbicara berkenaan pengobatan itu sebenarnya dokter ataupun bukan. Ini adalah jenis keyakinan yang tidak perlu dibantu dengan mukjizat atau perbuatan yang diluar kebiasaan karena yang demikian pun dapat dilakukan juga oleh tukang sihir atau tukang silap mata.
Apa yang Tuhan inginkan
Ada sebuah fase ketika seorang pejalan
dan orang-orang yang percaya musti sejenak berhenti, barangkali di
antara jeda-jeda nafas ini: apa yang sebenarnya Tuhan inginkan? Apakah
diam saja bagai emas atau berbicara? Apakah tetap tinggal atau hijrah?
Apakah musti ke dokter atau biarkan saja? Apakah sekolah lagi atau
bekerja? Apakah musti memberinya atau membiarkannya?
Yang mana yang Ia maui?
Pertanyaan serupa diajukan di sebuah diskusi bersama Bawa Muhaiyaddeen (seorang sufi asal Srilanka), terekam di (dan diterjemahkan dengan semena-mena tanpa ijin dari) buku Questions of Life, Answers of Wisdom Vol. 2.
* * *
Tanya: Kadang saya tak tahu lagi apa yang Tuhan maui. Apakah Dia ingin saya melakukan sesuatu agar terjadi, atau Dia mau saya diam saja dan menerima apapun yang terjadi?
Bawa Muhaiyaddeen: Baik. Coba kita perhatikan seorang dokter, misalnya. Setelah belajar di sekolah kedokteran, jika ia menjadi ahli bedah, ia akan memiliki akses ke semua peralatan bedah yang diperlukannya untuk menangani pasien. Apa tugasnya saat itu? Ia paham bahwa pasien yang ditanganinya bisa saja meninggal selama operasi. Ia barangkali berpikir, “Jika operasi gagal dan pasien meninggal, maka aku akan tersalah sebagai pembunuh dan masuk neraka. Tapi jika pasien hidup, aku akan dipuji.” Mungkin saja seperti itu. Tapi ia seharusnya tidak beranggapan bahwa ia bertanggungjawab terhadap hasil yang muncul.
Ada Sang Pencipta yang telah membuat tubuh ini, dengan segenap urat nadi dan syaraf-syarafnya. Segala sesuatu adalah kepunyaan-Nya, begitu juga hidup dan mati. Bahkan segala pujian dan tuduhan adalah milik-Nya semata. Sang dokter harus paham ini. Ia seharusnya berkata, “Wahai, Tuhanku, ini pekerjaan-Mu. Datanglah dan lakukan tugas-Mu. Aku hanya pembantu-Mu. Aku hanya alat di tangan-Mu. Engkaulah yang melakukan operasi ini, melindungi pasien ini, menghidupkan atau mematikannya. Ini tugas-Mu. Aku hanya instrumen. Instrumen tak punya tanggungjawab terhadap apa yang akan terjadi nanti. Sang Pelaksana dan Pelindung adalah Engkau. Oleh karena itu, Engkau, Paduka sendirilah, yang harus mengerjakan operasi ini.”
Yang mana yang Ia maui?
Pertanyaan serupa diajukan di sebuah diskusi bersama Bawa Muhaiyaddeen (seorang sufi asal Srilanka), terekam di (dan diterjemahkan dengan semena-mena tanpa ijin dari) buku Questions of Life, Answers of Wisdom Vol. 2.
* * *
Tanya: Kadang saya tak tahu lagi apa yang Tuhan maui. Apakah Dia ingin saya melakukan sesuatu agar terjadi, atau Dia mau saya diam saja dan menerima apapun yang terjadi?
Bawa Muhaiyaddeen: Baik. Coba kita perhatikan seorang dokter, misalnya. Setelah belajar di sekolah kedokteran, jika ia menjadi ahli bedah, ia akan memiliki akses ke semua peralatan bedah yang diperlukannya untuk menangani pasien. Apa tugasnya saat itu? Ia paham bahwa pasien yang ditanganinya bisa saja meninggal selama operasi. Ia barangkali berpikir, “Jika operasi gagal dan pasien meninggal, maka aku akan tersalah sebagai pembunuh dan masuk neraka. Tapi jika pasien hidup, aku akan dipuji.” Mungkin saja seperti itu. Tapi ia seharusnya tidak beranggapan bahwa ia bertanggungjawab terhadap hasil yang muncul.
Ada Sang Pencipta yang telah membuat tubuh ini, dengan segenap urat nadi dan syaraf-syarafnya. Segala sesuatu adalah kepunyaan-Nya, begitu juga hidup dan mati. Bahkan segala pujian dan tuduhan adalah milik-Nya semata. Sang dokter harus paham ini. Ia seharusnya berkata, “Wahai, Tuhanku, ini pekerjaan-Mu. Datanglah dan lakukan tugas-Mu. Aku hanya pembantu-Mu. Aku hanya alat di tangan-Mu. Engkaulah yang melakukan operasi ini, melindungi pasien ini, menghidupkan atau mematikannya. Ini tugas-Mu. Aku hanya instrumen. Instrumen tak punya tanggungjawab terhadap apa yang akan terjadi nanti. Sang Pelaksana dan Pelindung adalah Engkau. Oleh karena itu, Engkau, Paduka sendirilah, yang harus mengerjakan operasi ini.”
Anakku, engkau harus sadar bahwa engkau
hanyalah instrumen-Nya, dan tanggungjawab tidak terletak di pundakmu.
Ingatlah bahwa Tuhan-lah Sang Ahli Bedah itu dan engkau adalah
tangan-Nya. Jika engkau mengerjakan tugasmu dalam keadaan seperti ini,
maka tak akan ada bahaya yang akan menimpamu. Tuhan yang akan
melakukannya. Namun jika engkau berkata, “Aku lah yang melakukan operasi
ini,” maka pujian dan tuduhan ada di pundakmu.
Jika engkau mengerti bahwa tanggungjawab akan pujian dan tuduhan hanya tertuju pada Allah semata, dan jika engkau menyerahkan segala sesuatunya kepada-Nya, maka engkau akan mengerjakan tugasmu sebagai perangkat-Nya, “Semoga hanya Paduka-lah yang mengerjakannya, wahai Tuhanku.” Oleh karena itu, jadilah instrumen-Nya dan lakukan tugas dengan kemampuan terbaik yang engkau miliki. Itulah jalannya.
* * *
Jika engkau mengerti bahwa tanggungjawab akan pujian dan tuduhan hanya tertuju pada Allah semata, dan jika engkau menyerahkan segala sesuatunya kepada-Nya, maka engkau akan mengerjakan tugasmu sebagai perangkat-Nya, “Semoga hanya Paduka-lah yang mengerjakannya, wahai Tuhanku.” Oleh karena itu, jadilah instrumen-Nya dan lakukan tugas dengan kemampuan terbaik yang engkau miliki. Itulah jalannya.
* * *
Memahami Takdir — Bawa Muhaiyaddeen
Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen
Diterjemahkan oleh Herry Mardian.
Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen
Diterjemahkan oleh Herry Mardian.
ANAK-ANAKKU tersayang, sebenarnya apa
yang kita lakukan, apa yang kita perbuat, itulah yang membuahkan takdir
kita (Al-Qada’ wal Qadar). Pena-nya ada di tangan kita sendiri, dan kita
sendiri yang menulis bukti-bukti yang akan menjadi bahan pertimbangan
pada hari pengadilan nanti. Keputusan terakhir akan dibuat berdasarkan
tulisan kita ini. Allah akan membacanya dan berkata, “Inilah takdirmu
(nasib). Kami akan membuatnya sebagai takdir bagimu.”
Pada keadaan-kedaan tertentu, ketika kita merasa begitu berat menyingkirkan hal tertentu, dan ketika kita merasa itu diluar kemampuan kita, kita akan berkata, “Inilah takdirku.” Jika ada seseorang yang sakit, kita akan mencoba segala macam jenis pengobatan padanya, dan ketika itu tidak berhasil kita akan mengatakan, “Pasti ini sudah takdirnya.”
Sebenarnya Tuhan pun seperti itu ketika memberikan putusan terakhirnya, ketika Dia mengatakan “Itulah nasibnya.”. Dia telah memberikan segalanya pada kita. Dia sudah menurunkan pada kita ke sembilan-puluh-sembilan sifat-Nya, dan hanya satu saja yang dia simpan untuk diri-Nya. Dia mengatakan, “Telah Aku berikan segala-galanya pada manusia, tapi manusia tidak memahami dan malah datang pada-Ku dengan membawa beban-beban neraka. Maka itulah yang akan aku jadikan sebagai nasibnya.” Maka Dia akan berkata lagi, “Kembalilah dengan semua yang kau bawa pada-Ku. Itu akan menjadi milikmu.”
Pada keadaan-kedaan tertentu, ketika kita merasa begitu berat menyingkirkan hal tertentu, dan ketika kita merasa itu diluar kemampuan kita, kita akan berkata, “Inilah takdirku.” Jika ada seseorang yang sakit, kita akan mencoba segala macam jenis pengobatan padanya, dan ketika itu tidak berhasil kita akan mengatakan, “Pasti ini sudah takdirnya.”
Sebenarnya Tuhan pun seperti itu ketika memberikan putusan terakhirnya, ketika Dia mengatakan “Itulah nasibnya.”. Dia telah memberikan segalanya pada kita. Dia sudah menurunkan pada kita ke sembilan-puluh-sembilan sifat-Nya, dan hanya satu saja yang dia simpan untuk diri-Nya. Dia mengatakan, “Telah Aku berikan segala-galanya pada manusia, tapi manusia tidak memahami dan malah datang pada-Ku dengan membawa beban-beban neraka. Maka itulah yang akan aku jadikan sebagai nasibnya.” Maka Dia akan berkata lagi, “Kembalilah dengan semua yang kau bawa pada-Ku. Itu akan menjadi milikmu.”
Kita sendirilah yang menciptakan neraka
atau surga untuk kita. Apapun dari diri kita yang kita tumbuhkan akan
menjadi milik kita, dan hasil berupa keuntungan ataupun bencana, kita
sendirilah yang mengusahakannya. Apakah kita harus mengambil neraka
bagian demi bagian, kemudian mencoba untuk menghancurkannya? Tidak.
Dorong itu semua dari jalan kalian, dan teruslah berjalan. Tidak perlu
kita mencoba untuk menghancurkannya, majulah terus saja. Jika ada seekor
anjing yang datang mencoba menggigit kita, kita menghindar dan
berjalanlah terus. Buat apa kita berhenti dan menggigit balik anjing
itu?
Sama seperti itu, jika ada setan mengikuti kita, katakan padanya untuk pergi, dan tetaplah berjalan. Jangan membuang-buang waktu dengannya. Dia hanya akan berteriak-teriak sebentar, tapi kemudian akan pergi. Dosa pun akan mengikuti kita sebentar, tapi jika kita tidak melihat kebelakang, maka ia pun akan pergi. Mereka akan berkata, “Ini bukan tempat kita,” lalu pergi. Akan ada banyak hal yang mengikuti kita selama waktu tertentu. Jika kita melihat kebelakang dan tersenyum lebar-lebar lalu menjadi senang karena kedatangan mereka, maka mereka akan terus mengganggu kita. Tapi jika kita tidak menghiraukan mereka, mereka akan pergi sambil berkata, “Gagal. Manusia ini mengalahkanku. Aku tidak dapat memasukinya.”
Seperti pelacur yang menari-nari untuk menangkap pandangan mata pria, seperti itu pula cara mereka mencuri perhatian kita. Mereka berdandan, menari, dan menangkap perhatian kita. Tapi jika kita langsung berpaling, jika kita punya iman, keyakinan dan tekad pada Allah yang Satu dan terus berjalan, mereka tidak akan mendekati kita. Mereka akan menjaga jarak. Tetapi, mereka akan mengikuti kita sebentar, tapi nanti mereka akan pergi meninggalkan kita.
Mereka hanya tertarik pada pikiran dan sifat-sifat tertentu yang buruk pada diri kita. Jika pada suatu saat mereka mencoba untuk mengikatkan diri pada sifat-sifat buruk kita, maka buanglah sifat buruk itu dan teruslah berjalan, maka mereka tidak akan mampu mempengaruhi kita. Mereka akan menjanjikan segalanya: emas, perak, wanita, istana, dan sebagainya. Mereka akan menggoda, “Lihatlah ini! Lihatlah itu!” Tapi jika kalian mengacuhkannya, mereka akan berkata, “Tidak ada yang bisa kita lakukan pada manusia macam ini.”
Jika kalian justru menyambut mereka, tersenyum dan memeluknya, dan merasa senang karenanya, maka mereka akan terus mengikatkan dirinya pada kita. Tapi jika kita halau mereka, mereka akan pergi. Jika ada anjing yang akan menggigit kita, teruslah berjalan. Kita tidak perlu berhenti untuk mencoba menggigitnya balik, karena dia justru akan benar-benar menggigit kita. Jika kita mencoba menakutinya, ia akan menggigit kita. Jika kita mengambil tongkat atau batu, ia tetap akan menggigit kita juga. Oleh karena itu, kita harus berdiri diam dan katakan padanya, “Hai anjing, untuk apa kau terus mengikutiku? Aku tidak pernah menyakitimu. Pergilah, dan lakukan apa yang sudah menjadi tugasmu!” Maka anjing akan pergi dan kita bisa terus berjalan.
Kita harus melakukan hal yang sama setiap kali ada sesuatu yang menangkap kita. Katakanlah, “Tidak, aku tidak akan tertarik. Tidak ada gunanya kau mengikutiku,” dan berjalanlah terus. Tidak perlu merasa takut. Jika kita tatap mereka tanpa rasa takut dan mengatakan, “Pergilah,” maka mereka pun akan pergi.
Anak-anakku, kita sendirilah yang menyiapkan surga atau neraka untuk kita kelak. Takdir kita ditulis oleh tangan kita sendiri, dan kelak kita yang akan memberikannya pada Tuhan, dan barulah setelah itu Dia akan menilainya dan memberikan putusan akhir. Dia berikan pada kita sembilan puluh sembilan sifatnya, dan berkata “Ini menjadi takdirmu. Pergilah dan laksanakan apa yang harus kau kerjakan dengan kesembilan puluh sembilan sifat ini, kemudian kembalilah. Jika dengan ini kau mengumpulkan kebaikan, maka engkau mengusahakan surga. Tapi jika kejahatan yang kau kumpulkan, maka kau mengusahakan neraka. Apapun yang engkau bawa kembali kelak, itu akan menjadi dasar putusan terakhirmu. Aku sendiri yang akan menjadikan keputusan itu sebagai penyempurna takdirmu. Aku serahkan keputusan akhir itu pada tanganmu (Al qada’ wal qadar). Pergilah, selesaikan takdirmu, dan kembalilah. Hasil akhir yang kau peroleh akan menjadi qadha dan qadarmu.”
Jika kita tidak menyadari ini, dan malah menyiapkan neraka bagi kita sendiri, maka Dia pun tidak akan menyiapkan surga. Dia tidak pernah mengatakan, “Apapun yang pernah Aku berikan padamu merupakan takdirmu!” Dia akan senantiasa merubah takdir kalian berdasarkan niat dan perbuatan kalian. Setiap saat kalian minta dimaafkan, Dia akan memaafkan saat itu juga. Setiap saat kalian menyesal dan pemahaman diri kalian bertambah, Dia akan memaafkan kalian. Seiring dengan kebutuhan kalian pada-Nya yang meningkat setahap demi setahap, Dia akan terus menghadiahkan pada kalian hal-hal seperti ini. Jika Dia telah menetapkan takdir bagi kalian terlebih dahulu, tentu Dia tidak akan terus-menerus memberikan maaf seperti ini. Dia telah memberikan kalian kemampuan untuk ber-taubat, dan Dia telah memberikan kalian ampunan-Nya. Karena Dia telah memberikan pada kalian keduanya, kesalahan sekaligus obatnya, maka tentu Dia akan mengampuni setiap kali kalian memintanya.
Lebih jauh lagi, jika takdir kalian telah ditentukan terlebih dahulu, maka kalian tidak akan diperintahkan untuk meminta. Kemampuan meminta dan memohon telah dipersiapkan-Nya khusus untuk kalian, maka tidak ada yang namanya ‘telah ditakdirkan terlebih dahulu.” Khusus bagi manusia, Tuhan telah menyiapkan kemampuan bertaubat, berusaha, dan pengampunan-Nya. Melalui ini semualah kalian bisa meraih kemenangan. Tidak boleh kalian mengatakan, “Semua telah ditulis, tidak ada lagi yang bisa aku lakukan.” Kalian harus berusaha. Dia telah berikan pada kalian sembilan puluh sembilan sifat-Nya.
Mintalah, maka Dia akan memaafkan. Berharaplah dan Dia akan berikan. Minta dan berharaplah, Dia akan memaafkan dan memberikan. Jika kalian mengetuk, pasti Dia akan buka. Minta, maka akan diberikan. Dia pasti memberikan. Allah mengatakan, “Aku akan mengampuni. Mintalah ampunan, mintalah, dan akan Aku berikan yang kalian minta.” Jika Dia telah menuliskan takdir kalian sebelumnya, maka Dia tidak akan memberikan itu.
Tuhan akan menunggu, menunggu sampai kalian diletakkan dalam kubur. Dia menunggu hingga tibanya Hari Perhitungan, dan pada hari itu hanya Dia yang berhak mengajukan pertanyaan. Dan kalian sendirilah yang datang pada-Nya membawa kebaikan atau kejahatan. Seandainya Dia telah menuliskan semua hasilnya, maka tentu tidak ada gunanya kalian diperintahkan untuk mengumpulkan perbuatan baik. Untuk apa lagi Dia ada di sana, harus memberikan penghakiman? Dia ada di sana karena ada yang harus Dia pertimbangkan, Dia menunggu untuk melihat apa yang kalian bawa. Jika seandainya dia sudah menentukan neraka terlebih dahulu untuk kalian, mengapa Dia memerintahkan kedua malaikat di kanan dan kiri kalian untuk terus mencatat perbuatan kalian? Pahamilah, bahwa selama ada hal yang masih belum ditulis, berarti masih ada tempat untuk memperbaiki dan meminta ampun.
Allah menurunkan 124.000 Rasul. Jika semua telah ditetapkan-Nya sejak awal, untuk apa Dia mengirimkan 124.000 rasul? Mengapa mereka semua dikirim? Untuk siapa? Apa Tujuannya? Jika semua telah ditentukan hanya berdasarkan keinginan-Nya, dan semua harus terjadi sebagaimana yang dikehendaki, maka tidak ada gunanya semua Rasul itu diturunkan. Tidak ada alasan untuk merubah apapun.
Allah telah menciptakan pasangan ‘khairr dan sharr‘, baik dan buruk. Dia juga telah ciptakan ‘Al-Qada’ wal Qadar’. Tapi Dia menciptakan semua itu secara sedemikian rupa sehingga apapun yang terjadi merupakan hasil perbuatan manusia sendiri. Dia berikan pada manusia kemampuan untuk merubah apa-apa yang tidak baik. Apapun takdir yang akan manusia dapatkan, merupakan hasil dari niatnya, perkataannya, dan perbuatannya sendiri. Itulah yang telah Allah katakan. Itulah kata-kata Tuhan.
Al-Qur’an memang menyebutkan tentang takdir, tapi jika hanya mengutip kata-kata Qur’an sebenarnya tidaklah cukup. Ada orang yang mampu menghafal ke 6.666 ayat, tapi hanya menghafalkan tidak akan memberikan kebaikan apa-apa. Setiap huruf dalam Qur’an memiliki rahasia didalamnya. Kebenaran Tuhan ada di setiap hurufnya, sebagai sebuah rahasia di dalam rahasia, dan kita harus membuka setiap rahasia satu demi satu, maka barulah kita akan mengerti. Tapi merupakan hal yang mustahil untuk memahami isi Qur’an seluruhnya. Sampai kapan pun, bagaimanapun perubahan yang terjadi di dunia ini, Qur’an akan senantiasa ada, demikian pula rahasia-rahasia yang ada di dalamnya. Dan di dalam rahasia itu, masih ada rahasia lagi.
Qur’an mengandung hukum-hukum dan kata-kata Tuhan. Musim mungkin berubah, dunia mungkin berubah, tapi Tuhan dan kata-kata-Nya tidak akan berubah-ubah. Bergantung pada keadaan dunia pada saat itu, kata-kata dalam Qur’an akan terus menyesuaikan dirinya untuk saat tersebut. Maka, setiap kali seseorang membuka Qur’an, tidak peduli pada masa apapun ia sedang berada, dia akan bisa mendapatkan jawaban yang dia perlukan. Akan dia temukan penjelasan rahasia yang dia butuhkan. Tergantung pada tingkatan di mana dia berada ketika seseorang membuka Qur’an, dia akan menemukan Qadha wal Qadar yang paling sesuai bagi kondisinya, demikian pula semua takdir dan nasibnya.
Sama seperti itu, jika ada setan mengikuti kita, katakan padanya untuk pergi, dan tetaplah berjalan. Jangan membuang-buang waktu dengannya. Dia hanya akan berteriak-teriak sebentar, tapi kemudian akan pergi. Dosa pun akan mengikuti kita sebentar, tapi jika kita tidak melihat kebelakang, maka ia pun akan pergi. Mereka akan berkata, “Ini bukan tempat kita,” lalu pergi. Akan ada banyak hal yang mengikuti kita selama waktu tertentu. Jika kita melihat kebelakang dan tersenyum lebar-lebar lalu menjadi senang karena kedatangan mereka, maka mereka akan terus mengganggu kita. Tapi jika kita tidak menghiraukan mereka, mereka akan pergi sambil berkata, “Gagal. Manusia ini mengalahkanku. Aku tidak dapat memasukinya.”
Seperti pelacur yang menari-nari untuk menangkap pandangan mata pria, seperti itu pula cara mereka mencuri perhatian kita. Mereka berdandan, menari, dan menangkap perhatian kita. Tapi jika kita langsung berpaling, jika kita punya iman, keyakinan dan tekad pada Allah yang Satu dan terus berjalan, mereka tidak akan mendekati kita. Mereka akan menjaga jarak. Tetapi, mereka akan mengikuti kita sebentar, tapi nanti mereka akan pergi meninggalkan kita.
Mereka hanya tertarik pada pikiran dan sifat-sifat tertentu yang buruk pada diri kita. Jika pada suatu saat mereka mencoba untuk mengikatkan diri pada sifat-sifat buruk kita, maka buanglah sifat buruk itu dan teruslah berjalan, maka mereka tidak akan mampu mempengaruhi kita. Mereka akan menjanjikan segalanya: emas, perak, wanita, istana, dan sebagainya. Mereka akan menggoda, “Lihatlah ini! Lihatlah itu!” Tapi jika kalian mengacuhkannya, mereka akan berkata, “Tidak ada yang bisa kita lakukan pada manusia macam ini.”
Jika kalian justru menyambut mereka, tersenyum dan memeluknya, dan merasa senang karenanya, maka mereka akan terus mengikatkan dirinya pada kita. Tapi jika kita halau mereka, mereka akan pergi. Jika ada anjing yang akan menggigit kita, teruslah berjalan. Kita tidak perlu berhenti untuk mencoba menggigitnya balik, karena dia justru akan benar-benar menggigit kita. Jika kita mencoba menakutinya, ia akan menggigit kita. Jika kita mengambil tongkat atau batu, ia tetap akan menggigit kita juga. Oleh karena itu, kita harus berdiri diam dan katakan padanya, “Hai anjing, untuk apa kau terus mengikutiku? Aku tidak pernah menyakitimu. Pergilah, dan lakukan apa yang sudah menjadi tugasmu!” Maka anjing akan pergi dan kita bisa terus berjalan.
Kita harus melakukan hal yang sama setiap kali ada sesuatu yang menangkap kita. Katakanlah, “Tidak, aku tidak akan tertarik. Tidak ada gunanya kau mengikutiku,” dan berjalanlah terus. Tidak perlu merasa takut. Jika kita tatap mereka tanpa rasa takut dan mengatakan, “Pergilah,” maka mereka pun akan pergi.
Anak-anakku, kita sendirilah yang menyiapkan surga atau neraka untuk kita kelak. Takdir kita ditulis oleh tangan kita sendiri, dan kelak kita yang akan memberikannya pada Tuhan, dan barulah setelah itu Dia akan menilainya dan memberikan putusan akhir. Dia berikan pada kita sembilan puluh sembilan sifatnya, dan berkata “Ini menjadi takdirmu. Pergilah dan laksanakan apa yang harus kau kerjakan dengan kesembilan puluh sembilan sifat ini, kemudian kembalilah. Jika dengan ini kau mengumpulkan kebaikan, maka engkau mengusahakan surga. Tapi jika kejahatan yang kau kumpulkan, maka kau mengusahakan neraka. Apapun yang engkau bawa kembali kelak, itu akan menjadi dasar putusan terakhirmu. Aku sendiri yang akan menjadikan keputusan itu sebagai penyempurna takdirmu. Aku serahkan keputusan akhir itu pada tanganmu (Al qada’ wal qadar). Pergilah, selesaikan takdirmu, dan kembalilah. Hasil akhir yang kau peroleh akan menjadi qadha dan qadarmu.”
Jika kita tidak menyadari ini, dan malah menyiapkan neraka bagi kita sendiri, maka Dia pun tidak akan menyiapkan surga. Dia tidak pernah mengatakan, “Apapun yang pernah Aku berikan padamu merupakan takdirmu!” Dia akan senantiasa merubah takdir kalian berdasarkan niat dan perbuatan kalian. Setiap saat kalian minta dimaafkan, Dia akan memaafkan saat itu juga. Setiap saat kalian menyesal dan pemahaman diri kalian bertambah, Dia akan memaafkan kalian. Seiring dengan kebutuhan kalian pada-Nya yang meningkat setahap demi setahap, Dia akan terus menghadiahkan pada kalian hal-hal seperti ini. Jika Dia telah menetapkan takdir bagi kalian terlebih dahulu, tentu Dia tidak akan terus-menerus memberikan maaf seperti ini. Dia telah memberikan kalian kemampuan untuk ber-taubat, dan Dia telah memberikan kalian ampunan-Nya. Karena Dia telah memberikan pada kalian keduanya, kesalahan sekaligus obatnya, maka tentu Dia akan mengampuni setiap kali kalian memintanya.
Lebih jauh lagi, jika takdir kalian telah ditentukan terlebih dahulu, maka kalian tidak akan diperintahkan untuk meminta. Kemampuan meminta dan memohon telah dipersiapkan-Nya khusus untuk kalian, maka tidak ada yang namanya ‘telah ditakdirkan terlebih dahulu.” Khusus bagi manusia, Tuhan telah menyiapkan kemampuan bertaubat, berusaha, dan pengampunan-Nya. Melalui ini semualah kalian bisa meraih kemenangan. Tidak boleh kalian mengatakan, “Semua telah ditulis, tidak ada lagi yang bisa aku lakukan.” Kalian harus berusaha. Dia telah berikan pada kalian sembilan puluh sembilan sifat-Nya.
Mintalah, maka Dia akan memaafkan. Berharaplah dan Dia akan berikan. Minta dan berharaplah, Dia akan memaafkan dan memberikan. Jika kalian mengetuk, pasti Dia akan buka. Minta, maka akan diberikan. Dia pasti memberikan. Allah mengatakan, “Aku akan mengampuni. Mintalah ampunan, mintalah, dan akan Aku berikan yang kalian minta.” Jika Dia telah menuliskan takdir kalian sebelumnya, maka Dia tidak akan memberikan itu.
Tuhan akan menunggu, menunggu sampai kalian diletakkan dalam kubur. Dia menunggu hingga tibanya Hari Perhitungan, dan pada hari itu hanya Dia yang berhak mengajukan pertanyaan. Dan kalian sendirilah yang datang pada-Nya membawa kebaikan atau kejahatan. Seandainya Dia telah menuliskan semua hasilnya, maka tentu tidak ada gunanya kalian diperintahkan untuk mengumpulkan perbuatan baik. Untuk apa lagi Dia ada di sana, harus memberikan penghakiman? Dia ada di sana karena ada yang harus Dia pertimbangkan, Dia menunggu untuk melihat apa yang kalian bawa. Jika seandainya dia sudah menentukan neraka terlebih dahulu untuk kalian, mengapa Dia memerintahkan kedua malaikat di kanan dan kiri kalian untuk terus mencatat perbuatan kalian? Pahamilah, bahwa selama ada hal yang masih belum ditulis, berarti masih ada tempat untuk memperbaiki dan meminta ampun.
Allah menurunkan 124.000 Rasul. Jika semua telah ditetapkan-Nya sejak awal, untuk apa Dia mengirimkan 124.000 rasul? Mengapa mereka semua dikirim? Untuk siapa? Apa Tujuannya? Jika semua telah ditentukan hanya berdasarkan keinginan-Nya, dan semua harus terjadi sebagaimana yang dikehendaki, maka tidak ada gunanya semua Rasul itu diturunkan. Tidak ada alasan untuk merubah apapun.
Allah telah menciptakan pasangan ‘khairr dan sharr‘, baik dan buruk. Dia juga telah ciptakan ‘Al-Qada’ wal Qadar’. Tapi Dia menciptakan semua itu secara sedemikian rupa sehingga apapun yang terjadi merupakan hasil perbuatan manusia sendiri. Dia berikan pada manusia kemampuan untuk merubah apa-apa yang tidak baik. Apapun takdir yang akan manusia dapatkan, merupakan hasil dari niatnya, perkataannya, dan perbuatannya sendiri. Itulah yang telah Allah katakan. Itulah kata-kata Tuhan.
Al-Qur’an memang menyebutkan tentang takdir, tapi jika hanya mengutip kata-kata Qur’an sebenarnya tidaklah cukup. Ada orang yang mampu menghafal ke 6.666 ayat, tapi hanya menghafalkan tidak akan memberikan kebaikan apa-apa. Setiap huruf dalam Qur’an memiliki rahasia didalamnya. Kebenaran Tuhan ada di setiap hurufnya, sebagai sebuah rahasia di dalam rahasia, dan kita harus membuka setiap rahasia satu demi satu, maka barulah kita akan mengerti. Tapi merupakan hal yang mustahil untuk memahami isi Qur’an seluruhnya. Sampai kapan pun, bagaimanapun perubahan yang terjadi di dunia ini, Qur’an akan senantiasa ada, demikian pula rahasia-rahasia yang ada di dalamnya. Dan di dalam rahasia itu, masih ada rahasia lagi.
Qur’an mengandung hukum-hukum dan kata-kata Tuhan. Musim mungkin berubah, dunia mungkin berubah, tapi Tuhan dan kata-kata-Nya tidak akan berubah-ubah. Bergantung pada keadaan dunia pada saat itu, kata-kata dalam Qur’an akan terus menyesuaikan dirinya untuk saat tersebut. Maka, setiap kali seseorang membuka Qur’an, tidak peduli pada masa apapun ia sedang berada, dia akan bisa mendapatkan jawaban yang dia perlukan. Akan dia temukan penjelasan rahasia yang dia butuhkan. Tergantung pada tingkatan di mana dia berada ketika seseorang membuka Qur’an, dia akan menemukan Qadha wal Qadar yang paling sesuai bagi kondisinya, demikian pula semua takdir dan nasibnya.
Takdir. Then why are we here?
Tanya: Berapa banyak dari hidup kita yang sudah ditakdirkan, dan berapa banyak yang kita sendiri bertanggungjawab atasnya?
Bawa Muhaiyaddeen: Tuhan telah
mengajarimu segenap hal. Segalanya tertulis di dalam dirimu. Sebelum
engkau datang ke dunia ini, Dia mengatakan, “Aku mengirimmu ke sebuah
sekolah bernama ‘dunia‘. Sebuah tempat sementara. Pergilah ke sana
barang sebentar untuk belajar tentang ’sejarah’-Ku, sejarahmu sendiri,
dan sejarah yang lain. Cari tahu siapa yang menciptakan semuanya ini,
siapa yang bertanggungjawab atas semuanya ini, siapa Sang Penjaga yang
melindungimu, dan apa yang menjadi milikmu sebenarnya. Jika engkau telah
belajar dan paham seluruh sejarah ini, engkau akan tahu siapa dirimu
dan siapa Dia yang engkau butuhkan, Dia yang sebenarnya, Dia yang akan
hidup selamanya.
“Setelah engkau mempelajarinya, engkau
akan menempuh sebuah ujian. Setelah itu, barulah engkau bisa membawa apa
yang menjadi milikmu dan kembali ke sini. Jika engkau mengerjakannya
dengan baik, engkau akan beroleh sebuah kerajaan yang dapat engkau
kuasai selamanya. Tapi pertama-pertama, pergilah sekolah dan belajar.
Lalu datanglah kembali.”
Tuhan mengatakan ini kepadamu dan
mengirimmu ke dunia ini. Kini, tugasmulah untuk menemukan Dia kembali,
mengenal dirimu sendiri, dan menyadari kekayaanmu yang sesungguhnya.
Inilah alasan kedatanganmu di dunia ini. Maka, jadikan kebijaksanaanmu
sebagai dua bilah gunting tajam dan buang potongan-potongan film yang
salah. Dia telah memberimu semuanya, tapi engkau musti memotong semua
gambar-gambar yang telah kau ambil dengan kameramu dan sisakan gambar
yang baik, yakni yang menunjuk kepada Penjagamu. Satukan apa-apa yang
baik itu dan buang yang lain. Maka, kerajaan-Nya akan menjadi milikmu.
* * * * * * * *
PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DAN ISINYA
Penciptaan 1
Terjemahan dari To Die Before Death karangan Bawa Muhaiyaddeen
Terjemahan dari To Die Before Death karangan Bawa Muhaiyaddeen
Dahulu kala, masa ketika manusia belum
tercipta, Tuhan telah membentuk kelima unsur: tanah, api, air, udara,
dan eter. Masing-masing dengan kekuatan unik yang ada pada dirinya.
Lantaran adanya kekuatan itulah, tiap unsur bangga akan keadaan dirinya.
Sekalipun mereka tercipta karena Tuhan-lah yang mencipta, tiap unsur
membual dengan angkuhnya, “Aku yang terbesar! Tiada yang menyamaiku!”
Maka, Tuhan pun berkata, “Akan Kusatukan kelima unsur ini untuk menghilangkan kesombongan mereka. Akan Kupakai cahaya Nur Muhammad untuk melakukannya. Akan Kucipta semua makhluk dengan porsi yang sama untuk setiap unsur ini, agar menyatu dan hilanglah keberbanggaan diri mereka.”
Setelah mencipta jin, makhluk-makhluk halus, bumi, langit, dan lain sebagainya, Tuhan pun mengambil Nur Muhammad dari dalam Diri-Nya sendiri. Tuhan berkata di hadapan seluruh makhluk-Nya, “Siapa di antara kalian yang mau menerima cahaya ini? Kalau ada, majulah ke depan.” Ketika cahaya-cahaya lain memandang kecemerlangan Nur Muhammad, mereka pun tercerap ke dalamnya.
Tuhan kembali bertanya, “Siapa yang mau maju untuk menerima ini?” Semua makhluk menjawab, “Wahai Sang Pencipta, Ya Rahmaan, Ya Tuhan, cahaya ini menyerap semua cahaya lainnya, bagaimana kami mampu menerimanya?”
Sekali lagi, Tuhan bertanya, “Adakah di antara kalian yang mampu membawa dan menerima Nur Muhammad-Ku?”
Maka, Tanah pun perlahan maju ke depan seraya berkata, “Hamba akan menerima cahaya ini.”
Maka, Tuhan pun berkata, “Akan Kusatukan kelima unsur ini untuk menghilangkan kesombongan mereka. Akan Kupakai cahaya Nur Muhammad untuk melakukannya. Akan Kucipta semua makhluk dengan porsi yang sama untuk setiap unsur ini, agar menyatu dan hilanglah keberbanggaan diri mereka.”
Setelah mencipta jin, makhluk-makhluk halus, bumi, langit, dan lain sebagainya, Tuhan pun mengambil Nur Muhammad dari dalam Diri-Nya sendiri. Tuhan berkata di hadapan seluruh makhluk-Nya, “Siapa di antara kalian yang mau menerima cahaya ini? Kalau ada, majulah ke depan.” Ketika cahaya-cahaya lain memandang kecemerlangan Nur Muhammad, mereka pun tercerap ke dalamnya.
Tuhan kembali bertanya, “Siapa yang mau maju untuk menerima ini?” Semua makhluk menjawab, “Wahai Sang Pencipta, Ya Rahmaan, Ya Tuhan, cahaya ini menyerap semua cahaya lainnya, bagaimana kami mampu menerimanya?”
Sekali lagi, Tuhan bertanya, “Adakah di antara kalian yang mampu membawa dan menerima Nur Muhammad-Ku?”
Maka, Tanah pun perlahan maju ke depan seraya berkata, “Hamba akan menerima cahaya ini.”
“Wahai Tanah, engkau telah menghancurkan
dirimu sendiri,” suara Tuhan bergaung. “Engkau telah menyiapkan
kejatuhanmu sendiri. Cahaya ini suci, sementara dirimu penuh kotoran,
sampah, warna-warni, makhluk-makhluk, dan berbagai hal lain. Segalanya
tumbuh pada dirimu. Maka bagaimana engkau bisa menerima sesuatu yang
suci? Wahai Tanah, akan Kuberikan cahaya ini kepadamu, amanah ini. Namun
ia milik-Ku. Engkau sungguh telah terburu-buru dalam menerimanya, dan
itu berarti engkau telah menggali lubang kehancuranmu sendiri. Kini,
pikirkanlah bagaimana engkau akan mengembalikan cahaya ini kepada-Ku
seperti keadaannya semula. Kini kuberikan kepadamu, dan engkau harus
menyerahkannya kembali kepada-Ku tanpa cacat barang sedikitpun.”
Dan Tuhan berkata, “Kelima unsur ini adalah awal dari ciptaan-ciptaan-Ku. Akan Kusatukan mereka di dalam tubuh setiap makhluk hidup. Tak ada yang berbeda, mereka akan menjadi unsur dasar dan pendukung bagi jasad makhluk-makhluk. Namun pertama-tama, akan Kusatukan mereka terlebih dulu. Akan Kuhancurkan keangkuhan mereka.” Maka, Tuhan pun menghadirkan Nur Muhammad dari Diri-Nya sendiri, memerintahkan cahaya itu untuk menemui setiap unsur dan membuat mereka mengucapkan kalimah — La ilaha ill-Allahu Muhammadur Rasulullah. Tiada sesuatu selain Engkau, Ya Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.
Nur Muhammad, yang sungguh gemerlap oleh cahaya yang benderang, bergerak menjalankan perintah Tuhannya. Pertama kali, Nur Muhammad melihat unsur Api dan mengucapkan salam kepadanya, seraya berkata, “As-salaamu ‘alaikum, wahai Api! Kekuatan apa yang engkau miliki?”
Api pun mulai membual, “Tak ada yang lebih hebat dariku. Tak ada yang lebih pintar dariku. Aku lebih kuat dibandingkan apapun jua. Akulah yang terhebat dan tak ada yang sebanding denganku!”
Dengan lemah lembut, Nur Muhammad menjawab, “Wahai, Api. Air dapat memadamkanmu. Ketika engkau hendak membakar sesuatu, Udara pun dapat mengusirmu dari tempat itu. Tanah menundukkanmu dengan debunya. Banyak hal dapat menghentikanmu. Oleh karena itu, bagaimana engkau dapat mengaku lebih hebat dari segalanya? Banyak yang lebih hebat darimu. Maka, apa dasar ucapanmu?
“Selain itu, wahai Api, Dialah yang telah menciptakanmu dan seluruh makhluk. Dialah Tuhan, Penciptamu. Ketika engkau membual dapat melakukan apa saja, engkau tak menyadari Dia dan kekuatan-Nya yang sesungguhnya. Pada kenyataannya, engkaulah yang terendah dari segala makhluk. Kekuatanmu adalah yang terlemah dari kekuatan lainnya. Tidakkah engkau memikirkan hal ini?”
Api pun menyerah, “Ucapanmu benar. Wahai Cahaya, kekuatan apa yang engkau miliki?”
“Aku tak memiliki kekuatan,” jawab Nur Muhammad. “Tiada daya dan kekuatan yang kumiliki. Aku adalah hamba dari Dia Yang Maha Kuat. Aku yang terendah dari segala makhluk, dan aku berada di dalamnya. Dia yang menciptakanku adalah Dia satu-satunya yang memiliki kekuatan. Aku mengakui-Nya sebagai Yang Maha Agung, dan aku adalah hamba-Nya. Wahai Api, sebut asma-Nya, hadapkan dirimu pada-Nya, percayalah pada-Nya, dan berimanlah dengan teguh kepada-Nya. Dia akan melindungimu. Segala sesuatu ada dalam genggaman-Nya.”
Api berkata, “Ucapanmu benar.”
Maka, agar kesatuan dan kasih sayang dipahami betul oleh Api yang akan menjadi salah satu unsur dasar kehidupan, Nur Muhammad memerintahkannya untuk menerima dan menyebut kalimah. “La ilaha illa-Allahu Muhammaddur Rasulullah. Tiada sesuatu selain Engkau, Ya Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah,” Api mengucapkannya tanpa ragu.
Selanjutnya, Nur Muhammad memandang unsur Air dan mengucapkan salam, seraya berkata, “As-salaamu ‘alaikum, wahai Air! Kekuatan apa yang ada padamu?”
Dengan angkuh, Air menjawab, “Aku benar-benar hebat! Tiada yang menyamaiku. Aku dapat menghancurkan dan mengendalikan apa saja yang kumau — hutan, tanah, gunung, dan pantai. Kujadikan laut menjadi pantai, pantai menjadi laut. Kuhanyutkan kota-kota, kuhancurkan seluruh dunia. Sungguh, aku mampu melakukan apa saja. Tiada yang menyamaiku.”
“Wahai Air,” jawab Nur Muhammad lembut, “banyak yang lebih baik darimu. Udara menyimpangkan aliranmu, mengombang-ambingkanmu ke sana kemari. Batuan dan gunung-gunung ditempatkan untuk menahanmu, menundukkan aliranmu. Bahkan, semua makhluk hidup akan memakaimu baik untuk hal-hal yang baik maupun yang buruk. Sebagian akan meminummu, sebagian yang lain akan menggunakanmu untuk mandi dan membersihkan diri, sebagian lagi akan membuang kotorannya dan mengotorimu. Engkau pun tergenang di waduk dan danau yang menjadi jorok dan bau. Cacing, belatung, dan binatang menjijikkan lain akan hidup berkembang di dalam dirimu. Engkau akan dibuat hilang kejernihanmu, dan menjadi jorok, menjijikkan, kotor dan bau. Umat manusia akan menampung dan memenjarakanmu ke dalam kolam-kolam dan dam. Makhluk-makhluk yang tak terhingga banyaknya akan hidup di dalam dirimu, dan mereka akan menggunakanmu untuk membersihkan diri mereka. Dengan demikian, apa dasar bualan dan keangkuhanmu? Begitu banyak yang lebih baik darimu!”
Air pun bertanya, “Wahai, Nur Muhammad. Kekuatan apa yang kau miliki?”
“Tak ada kekuatan pada diriku. Allah-lah satu-satunya yang memiliki kekuatan,” jawab Sang Nur. “Dia Yang Maha Kuasa. Dengan kekuasaan Ia mencipta segala sesuatu, semua energi dan makhluk hidup. Dia melindungi semua, dan Dialah yang mengendalikan dan berkuasa atas segala sesuatu. Dia Maha Kuat, Maha Besar. Aku hanyalah hamba-Nya. Aku tak punya kekuatan. Aku melayani segala makhluk ciptaan sesuai perintah-Nya. Aku beriman kepada-Nya. Allah, Yang Esa yang mengatur dan memelihara, adalah satu-satunya yang memiliki kekuatan. Aku beriman kepada-Nya, aku berserah diri kepada-Nya. Aku merendahkan diriku di hadapan-Nya, Sang Pencipta, Sang Pemelihara. Wahai, Air, percayalah kepada-Nya dengan seteguh-teguhnya, berimanlah dan bersujudlah kepada-Nya.”
Nur Muhammad kemudian memerintahkan Air untuk mengucapkan kalimah, dan Air pun melakukannya tanpa ragu, “La ilaha illa-Allahu, Muhammadur Rasulullah.”
Selanjutnya, Sang Nur memandang Udara dan mengucap salam kepadanya, “As-salaamu ‘alaikum, wahai Udara. Kekuatan apa yang kau miliki?”
Udara pun mulai menyombongkan diri, “Tak ada yang lebih kuat dariku. Aku memiliki kekuatan yang hebat. Tak ada yang bisa menghentikanku. Aku melakukan apapun yang kumau. Kuhancurkan hutan, kurobohkan pohon-pohon besar. Aku ini besar. Tak tertandingi!”
Dan Tuhan berkata, “Kelima unsur ini adalah awal dari ciptaan-ciptaan-Ku. Akan Kusatukan mereka di dalam tubuh setiap makhluk hidup. Tak ada yang berbeda, mereka akan menjadi unsur dasar dan pendukung bagi jasad makhluk-makhluk. Namun pertama-tama, akan Kusatukan mereka terlebih dulu. Akan Kuhancurkan keangkuhan mereka.” Maka, Tuhan pun menghadirkan Nur Muhammad dari Diri-Nya sendiri, memerintahkan cahaya itu untuk menemui setiap unsur dan membuat mereka mengucapkan kalimah — La ilaha ill-Allahu Muhammadur Rasulullah. Tiada sesuatu selain Engkau, Ya Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.
Nur Muhammad, yang sungguh gemerlap oleh cahaya yang benderang, bergerak menjalankan perintah Tuhannya. Pertama kali, Nur Muhammad melihat unsur Api dan mengucapkan salam kepadanya, seraya berkata, “As-salaamu ‘alaikum, wahai Api! Kekuatan apa yang engkau miliki?”
Api pun mulai membual, “Tak ada yang lebih hebat dariku. Tak ada yang lebih pintar dariku. Aku lebih kuat dibandingkan apapun jua. Akulah yang terhebat dan tak ada yang sebanding denganku!”
Dengan lemah lembut, Nur Muhammad menjawab, “Wahai, Api. Air dapat memadamkanmu. Ketika engkau hendak membakar sesuatu, Udara pun dapat mengusirmu dari tempat itu. Tanah menundukkanmu dengan debunya. Banyak hal dapat menghentikanmu. Oleh karena itu, bagaimana engkau dapat mengaku lebih hebat dari segalanya? Banyak yang lebih hebat darimu. Maka, apa dasar ucapanmu?
“Selain itu, wahai Api, Dialah yang telah menciptakanmu dan seluruh makhluk. Dialah Tuhan, Penciptamu. Ketika engkau membual dapat melakukan apa saja, engkau tak menyadari Dia dan kekuatan-Nya yang sesungguhnya. Pada kenyataannya, engkaulah yang terendah dari segala makhluk. Kekuatanmu adalah yang terlemah dari kekuatan lainnya. Tidakkah engkau memikirkan hal ini?”
Api pun menyerah, “Ucapanmu benar. Wahai Cahaya, kekuatan apa yang engkau miliki?”
“Aku tak memiliki kekuatan,” jawab Nur Muhammad. “Tiada daya dan kekuatan yang kumiliki. Aku adalah hamba dari Dia Yang Maha Kuat. Aku yang terendah dari segala makhluk, dan aku berada di dalamnya. Dia yang menciptakanku adalah Dia satu-satunya yang memiliki kekuatan. Aku mengakui-Nya sebagai Yang Maha Agung, dan aku adalah hamba-Nya. Wahai Api, sebut asma-Nya, hadapkan dirimu pada-Nya, percayalah pada-Nya, dan berimanlah dengan teguh kepada-Nya. Dia akan melindungimu. Segala sesuatu ada dalam genggaman-Nya.”
Api berkata, “Ucapanmu benar.”
Maka, agar kesatuan dan kasih sayang dipahami betul oleh Api yang akan menjadi salah satu unsur dasar kehidupan, Nur Muhammad memerintahkannya untuk menerima dan menyebut kalimah. “La ilaha illa-Allahu Muhammaddur Rasulullah. Tiada sesuatu selain Engkau, Ya Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah,” Api mengucapkannya tanpa ragu.
Selanjutnya, Nur Muhammad memandang unsur Air dan mengucapkan salam, seraya berkata, “As-salaamu ‘alaikum, wahai Air! Kekuatan apa yang ada padamu?”
Dengan angkuh, Air menjawab, “Aku benar-benar hebat! Tiada yang menyamaiku. Aku dapat menghancurkan dan mengendalikan apa saja yang kumau — hutan, tanah, gunung, dan pantai. Kujadikan laut menjadi pantai, pantai menjadi laut. Kuhanyutkan kota-kota, kuhancurkan seluruh dunia. Sungguh, aku mampu melakukan apa saja. Tiada yang menyamaiku.”
“Wahai Air,” jawab Nur Muhammad lembut, “banyak yang lebih baik darimu. Udara menyimpangkan aliranmu, mengombang-ambingkanmu ke sana kemari. Batuan dan gunung-gunung ditempatkan untuk menahanmu, menundukkan aliranmu. Bahkan, semua makhluk hidup akan memakaimu baik untuk hal-hal yang baik maupun yang buruk. Sebagian akan meminummu, sebagian yang lain akan menggunakanmu untuk mandi dan membersihkan diri, sebagian lagi akan membuang kotorannya dan mengotorimu. Engkau pun tergenang di waduk dan danau yang menjadi jorok dan bau. Cacing, belatung, dan binatang menjijikkan lain akan hidup berkembang di dalam dirimu. Engkau akan dibuat hilang kejernihanmu, dan menjadi jorok, menjijikkan, kotor dan bau. Umat manusia akan menampung dan memenjarakanmu ke dalam kolam-kolam dan dam. Makhluk-makhluk yang tak terhingga banyaknya akan hidup di dalam dirimu, dan mereka akan menggunakanmu untuk membersihkan diri mereka. Dengan demikian, apa dasar bualan dan keangkuhanmu? Begitu banyak yang lebih baik darimu!”
Air pun bertanya, “Wahai, Nur Muhammad. Kekuatan apa yang kau miliki?”
“Tak ada kekuatan pada diriku. Allah-lah satu-satunya yang memiliki kekuatan,” jawab Sang Nur. “Dia Yang Maha Kuasa. Dengan kekuasaan Ia mencipta segala sesuatu, semua energi dan makhluk hidup. Dia melindungi semua, dan Dialah yang mengendalikan dan berkuasa atas segala sesuatu. Dia Maha Kuat, Maha Besar. Aku hanyalah hamba-Nya. Aku tak punya kekuatan. Aku melayani segala makhluk ciptaan sesuai perintah-Nya. Aku beriman kepada-Nya. Allah, Yang Esa yang mengatur dan memelihara, adalah satu-satunya yang memiliki kekuatan. Aku beriman kepada-Nya, aku berserah diri kepada-Nya. Aku merendahkan diriku di hadapan-Nya, Sang Pencipta, Sang Pemelihara. Wahai, Air, percayalah kepada-Nya dengan seteguh-teguhnya, berimanlah dan bersujudlah kepada-Nya.”
Nur Muhammad kemudian memerintahkan Air untuk mengucapkan kalimah, dan Air pun melakukannya tanpa ragu, “La ilaha illa-Allahu, Muhammadur Rasulullah.”
Selanjutnya, Sang Nur memandang Udara dan mengucap salam kepadanya, “As-salaamu ‘alaikum, wahai Udara. Kekuatan apa yang kau miliki?”
Udara pun mulai menyombongkan diri, “Tak ada yang lebih kuat dariku. Aku memiliki kekuatan yang hebat. Tak ada yang bisa menghentikanku. Aku melakukan apapun yang kumau. Kuhancurkan hutan, kurobohkan pohon-pohon besar. Aku ini besar. Tak tertandingi!”
Nur Muhammad tersenyum dan berkata,
“Wahai Udara, ada sekian banyak perintang yang mampu mengendalikanmu dan
menghalangi kerusakan yang engkau lakukan. Gunung-gunung yang tinggi
dan pohon-pohon besar merintangimu dan menghilangkan kekuatanmu dengan
menyebarkanmu ke empat arah. Mereka menghalangimu. Dan di atas semua
ini, Sang Pencipta menciptakan tanah, api, air, eter, dan dirimu.
Lupakah engkau akan Dia? Bila Dia mau, Dia akan menundukkanmu dalam
sekejap.”
“Kekuatan apa yang kau miliki, wahai Nur Muhammad?” tanya Udara.
“Aku tak memiliki kekuatan. Seluruh kekuatan ada pada Tuhan, Pencipta-ku. Aku adalah hambanya. Aku menerima-Nya, beriman dan berpegang teguh pada-Nya. Dia Yang Tertinggi, dan engkau pun musti berpegang teguh pada-Nya. Dia akan melindungimu.
“Wahai Udara, akan kaulihat wajah-wajah para makhluk, engkau akan mampu melihat mereka. Namun mereka tak akan bisa melihatmu. Tak satupun dapat mengagumi keindahanmu. Inilah kekuranganmu. Oleh karena itu, bagaimana engkau mengakui kehebatanmu?”
Udara menerima perkataan itu, dan Nur Muhammad pun memerintahkannya untuk mengucapkan kalimah. “La ilaha illa-Allahu Muhammadur Rasulullah,” Udara menyebutnya tanpa ragu.
Kemudian, Sang Nur memberi salam pada Eter, “As-salaamu ‘alaikum, wahai Eter. Kekuatan apa yang kau miliki?”
Eter pun membual, “Akulah yang terhebat dari semua. Aku memiliki gemerlap sinar-sinar dan warna. Tak ada yang sebanding denganku!”
“Dia Yang Esa lebih besar darimu,” jelas Nur Muhammad. “Dia memiliki kekuatan tak terbatas. Dia memiliki ramuan yang mampu membunuhmu di tujuh dunia. Dan Dia memiliki warna-warna tak terhingga. Allah-lah satu-satunya yang agung!” Nur Muhammad memerintahkan Eter untuk mengucapkan kalimah, “La ilaha illa-Allahu Muhammadur Rasulullah,” dan Eter pun menurutinya.
Akhirnya, Nur Muhammad menjumpai Tanah dan berkata, “As-salaamu ‘alaikum, wahai Tanah. Kekuatan apa yang kau miliki?”
Tanah menjawab, “Wahai Nur Muhammad, aku tak memiliki kekuatan. Tak ada daya dan kekuatan padaku. Allah satu-satunya Yang Agung. Dia Yang Terhebat dan aku tak memiliki kehebatan sedikitpun. Seluruh makhluk akan menginjak-injakku, meludahiku, dan menghinakanku. Mereka akan menggaliku, lalu membawaku dari tempat ke tempat. Kotoran dan najis, mayat dan sampah, akan dikubur di dalam diriku. Aku akan memikul semuanya ini. Oleh karena itu, aku yang terendah dari semua makhluk. Aku percaya pada Tuhan semata.”
Mendengar hal ini, cahaya Nur Muhammad itu berujar, “Engkaulah yang terbaik dari semua!” Dengan suka cita Sang Nur memeluk dan mencium Tanah.
Kemudian, Nur Muhammad berkata, “Wahai Tanah, Tuhan akan menciptakan makhluk-makhluk dari dirimu dan akan menumbuhkannya di dalam dirimu. Emas, air, api, udara, eter, berlian, logam, dan apa-apa yang berharga akan ditempatkan di dalam dirimu. Sifat-sifat yang indah, sabar, syukur, menahan diri, juga akan diletakkan di dalam dirimu. Engkau akan menjadi jasad sekaligus denyut nadi bagi seluruh kehidupan. Tuhan akan mencipta segalanya melaluimu. Dia akan menyebarkan kekayaan-Nya melaluimu dan memberi kedamaian bagi segala makhluk. Tuhan menawarkan anugerah yang tiada ternilai ini padamu. Engkau akan menjadi ibu dari makhluk-makhluk, ibu yang sabar bagi seluruh kehidupan, anugerah bagi ciptaan-Nya.” Tanah membalas ciuman Sang Nur, dan ketika mereka saling berpelukan, cahaya Nur Muhammad memasuki Tanah.
Itulah sebabnya pada hari ini, ketika sujud dalam shalat, kita menekankan dahi pada tanah, mengikuti Nur Muhammad. Setiap orang bersujud menundukkan tubuh ke tanah. Kita menggunakan tanah untuk seluruh kebutuhan hidup kita. Kita hidup di atasnya, tidur di atasnya, makan di atasnya, tumbuh di atasnya, dan menyerap berbagai manfaat darinya. Tuhan meletakkan energi dasar (shaktis) dan anugerah besar di dalam tanah.
Tanah pun bersaksi dengan kalimah, mengucapkan, “La ilaha illa-Allahu Muhammadur Rasulullah. Tiada sesuatu selain Engkau, Ya Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. Engkau, Ya Allah, Maha Besar, Maha Tinggi. Aku mempercayai-Mu dan meletakkan kepercayaan kepada-Mu. Aku beriman kepada-Mu. Aku menerima Muhammad sebagai Utusan-Mu, dan aku menerima cahaya ini sebagai wakil-Mu, sebagai Sang Nur, khalifah-Mu. Aku menerimanya dan mengabdi pada-Mu dengan iman, keyakinan, keteguhan.”
“Kekuatan apa yang kau miliki, wahai Nur Muhammad?” tanya Udara.
“Aku tak memiliki kekuatan. Seluruh kekuatan ada pada Tuhan, Pencipta-ku. Aku adalah hambanya. Aku menerima-Nya, beriman dan berpegang teguh pada-Nya. Dia Yang Tertinggi, dan engkau pun musti berpegang teguh pada-Nya. Dia akan melindungimu.
“Wahai Udara, akan kaulihat wajah-wajah para makhluk, engkau akan mampu melihat mereka. Namun mereka tak akan bisa melihatmu. Tak satupun dapat mengagumi keindahanmu. Inilah kekuranganmu. Oleh karena itu, bagaimana engkau mengakui kehebatanmu?”
Udara menerima perkataan itu, dan Nur Muhammad pun memerintahkannya untuk mengucapkan kalimah. “La ilaha illa-Allahu Muhammadur Rasulullah,” Udara menyebutnya tanpa ragu.
Kemudian, Sang Nur memberi salam pada Eter, “As-salaamu ‘alaikum, wahai Eter. Kekuatan apa yang kau miliki?”
Eter pun membual, “Akulah yang terhebat dari semua. Aku memiliki gemerlap sinar-sinar dan warna. Tak ada yang sebanding denganku!”
“Dia Yang Esa lebih besar darimu,” jelas Nur Muhammad. “Dia memiliki kekuatan tak terbatas. Dia memiliki ramuan yang mampu membunuhmu di tujuh dunia. Dan Dia memiliki warna-warna tak terhingga. Allah-lah satu-satunya yang agung!” Nur Muhammad memerintahkan Eter untuk mengucapkan kalimah, “La ilaha illa-Allahu Muhammadur Rasulullah,” dan Eter pun menurutinya.
Akhirnya, Nur Muhammad menjumpai Tanah dan berkata, “As-salaamu ‘alaikum, wahai Tanah. Kekuatan apa yang kau miliki?”
Tanah menjawab, “Wahai Nur Muhammad, aku tak memiliki kekuatan. Tak ada daya dan kekuatan padaku. Allah satu-satunya Yang Agung. Dia Yang Terhebat dan aku tak memiliki kehebatan sedikitpun. Seluruh makhluk akan menginjak-injakku, meludahiku, dan menghinakanku. Mereka akan menggaliku, lalu membawaku dari tempat ke tempat. Kotoran dan najis, mayat dan sampah, akan dikubur di dalam diriku. Aku akan memikul semuanya ini. Oleh karena itu, aku yang terendah dari semua makhluk. Aku percaya pada Tuhan semata.”
Mendengar hal ini, cahaya Nur Muhammad itu berujar, “Engkaulah yang terbaik dari semua!” Dengan suka cita Sang Nur memeluk dan mencium Tanah.
Kemudian, Nur Muhammad berkata, “Wahai Tanah, Tuhan akan menciptakan makhluk-makhluk dari dirimu dan akan menumbuhkannya di dalam dirimu. Emas, air, api, udara, eter, berlian, logam, dan apa-apa yang berharga akan ditempatkan di dalam dirimu. Sifat-sifat yang indah, sabar, syukur, menahan diri, juga akan diletakkan di dalam dirimu. Engkau akan menjadi jasad sekaligus denyut nadi bagi seluruh kehidupan. Tuhan akan mencipta segalanya melaluimu. Dia akan menyebarkan kekayaan-Nya melaluimu dan memberi kedamaian bagi segala makhluk. Tuhan menawarkan anugerah yang tiada ternilai ini padamu. Engkau akan menjadi ibu dari makhluk-makhluk, ibu yang sabar bagi seluruh kehidupan, anugerah bagi ciptaan-Nya.” Tanah membalas ciuman Sang Nur, dan ketika mereka saling berpelukan, cahaya Nur Muhammad memasuki Tanah.
Itulah sebabnya pada hari ini, ketika sujud dalam shalat, kita menekankan dahi pada tanah, mengikuti Nur Muhammad. Setiap orang bersujud menundukkan tubuh ke tanah. Kita menggunakan tanah untuk seluruh kebutuhan hidup kita. Kita hidup di atasnya, tidur di atasnya, makan di atasnya, tumbuh di atasnya, dan menyerap berbagai manfaat darinya. Tuhan meletakkan energi dasar (shaktis) dan anugerah besar di dalam tanah.
Tanah pun bersaksi dengan kalimah, mengucapkan, “La ilaha illa-Allahu Muhammadur Rasulullah. Tiada sesuatu selain Engkau, Ya Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. Engkau, Ya Allah, Maha Besar, Maha Tinggi. Aku mempercayai-Mu dan meletakkan kepercayaan kepada-Mu. Aku beriman kepada-Mu. Aku menerima Muhammad sebagai Utusan-Mu, dan aku menerima cahaya ini sebagai wakil-Mu, sebagai Sang Nur, khalifah-Mu. Aku menerimanya dan mengabdi pada-Mu dengan iman, keyakinan, keteguhan.”
Penciptaan 2
Bawa Muhaiyaddeen
Bawa Muhaiyaddeen
Lama kemudian, Tuhan pun bermaksud
menciptakan makhluk hidup. Melalui segenggam tanah, api, air, udara, dan
eter, Dia membentuk jasad bagi makhluk-makhluk itu. Lalu Dia pun
berkehendak mencipta manusia…
70.000 tahun sebelumnya, Dia telah menetapkan rizki, pemeliharaan (rizq) bagi manusia itu — pangannya, airnya, kekayaannya, kesenangan, kehangatan, dan segala hal yang diperlukannya. Bila jumlah makanan, air, api, udara, dan eter yang ditetapkan untuk seseorang itu telah habis, maka Izrail a.s., Sang Malaikat Maut, akan memanggilnya kembali. Inilah yang dimaksud dengan takdirnya (nasib). Manusia menghadapi takdir ini karena rizkinya, bagian pemeliharaan untuknya, telah ditetapkan sebelum kedatangannya di dunia.
Setelah mengadakan berbagai makhluk hidup, Tuhan pun mencipta manusia, dan Dia hendak menjadikan manusia sebagai makhluk paling tinggi, paling bijaksana di antara semua ciptaan-Nya yang lain. Dia telah menganugrahkan tiga tingkat kesadaran kepada makhluk-makhluk lain. Namun kepada manusia Dia menambahkan empat tingkatan lainnya: memilih/memutuskan, hikmah, qutb, dan gnanam. Semua ini diberikan kepada manusia agar ia dapat menjadi ayah, guru, sayyid, pemelihara, dan wakil Tuhan bagi seluruh makluk. Manusia dianugrahi sifat-sifat ini agar ia mampu memberi ketenangan dan kedamaian bagi makhluk-makhluk lain.
70.000 tahun sebelumnya, Dia telah menetapkan rizki, pemeliharaan (rizq) bagi manusia itu — pangannya, airnya, kekayaannya, kesenangan, kehangatan, dan segala hal yang diperlukannya. Bila jumlah makanan, air, api, udara, dan eter yang ditetapkan untuk seseorang itu telah habis, maka Izrail a.s., Sang Malaikat Maut, akan memanggilnya kembali. Inilah yang dimaksud dengan takdirnya (nasib). Manusia menghadapi takdir ini karena rizkinya, bagian pemeliharaan untuknya, telah ditetapkan sebelum kedatangannya di dunia.
Setelah mengadakan berbagai makhluk hidup, Tuhan pun mencipta manusia, dan Dia hendak menjadikan manusia sebagai makhluk paling tinggi, paling bijaksana di antara semua ciptaan-Nya yang lain. Dia telah menganugrahkan tiga tingkat kesadaran kepada makhluk-makhluk lain. Namun kepada manusia Dia menambahkan empat tingkatan lainnya: memilih/memutuskan, hikmah, qutb, dan gnanam. Semua ini diberikan kepada manusia agar ia dapat menjadi ayah, guru, sayyid, pemelihara, dan wakil Tuhan bagi seluruh makluk. Manusia dianugrahi sifat-sifat ini agar ia mampu memberi ketenangan dan kedamaian bagi makhluk-makhluk lain.
Lalu Tuhan memanggil Malaikat Jibril a.s.
dan berkata, “Pergilah ke empat sisi, empat arah di dunia. Ambillah
dari tiap sisinya sampai engkau peroleh segenggam tanah, lalu berikan
kepada-Ku.”
Jibril a.s. pun patuh dan pergi
menjalankan perintah itu. Cahaya Nur Muhammad telah memasuki Bumi ketika
sebelumnya Sang Nur menciumnya, sehingga Bumi pun memiliki hikmah.
Maka, ketika Malaikat Jibril a.s. hendak meraih sejumput tanah, Bumi itu
menyeru, “Wahai Jibril, jangan ambil tanah dariku. Semua makhluk yang
Tuhan ciptakan melaluiku akan tergelincir ke neraka. Mereka akan
berdosa, merusak dan menghancurkan satu sama lain. Mereka akan menipu,
membunuh, dan hidup dengan cara-cara yang haram. Mereka tak akan
memahami kebenaran. Mereka akan hidup kaya dan bersenang-senang
melaluiku dan melupakan Dia, Tuhanku, sehingga mereka jatuh ke neraka.
Bila anak-anak yang tercipta melaluiku itu jatuh ke neraka, tak kan
sanggup aku memikulnya. Sungguh akan sangat menyiksa dan menyedihkanku
bila anak-anakku berakhir di neraka. Oleh karena itu, aku mohon
kepadamu, dengan nama Tuhan, janganlah kau ambil tanah dariku!”
Mendengar ini, Jibril a.s. pun meletakkan tanah itu kembali dan pergi menemui Tuhan, menceritakan semua yang dialaminya. Maka Tuhan mengutus Malaikat Mikail a.s. untuk mengumpulkan tanah dari keempat sisi itu. Namun hal yang serupa terjadi pada Mikail a.s. dan ia kembali menghadap Tuhan. Kemudian Malaikat Israfil a.s. diutus, namun ia pun kembali dengan cara yang sama.
Mendengar ini, Jibril a.s. pun meletakkan tanah itu kembali dan pergi menemui Tuhan, menceritakan semua yang dialaminya. Maka Tuhan mengutus Malaikat Mikail a.s. untuk mengumpulkan tanah dari keempat sisi itu. Namun hal yang serupa terjadi pada Mikail a.s. dan ia kembali menghadap Tuhan. Kemudian Malaikat Israfil a.s. diutus, namun ia pun kembali dengan cara yang sama.
Sampai akhirnya, Tuhan mengutus Sang
Malaikat Maut, Izrail a.s. Ketika Izrail a.s. mengambil tanah dari
keempat sisi dunia, Bumi melarangnya, “Dengan nama Tuhan, aku mohon
padamu, jangan kau ambil tanah dariku!”
Namun Izrail a.s. bersikeras, “Adukan itu
kepada Dia yang engkau telah bersumpah dengan nama-Nya! Dialah yang
telah memerintahkanku mengambil tanah ini. Adukan itu kepada-Nya!”
Izrail a.s. pun meraih segenggam tanah dari keempat sisi dan pergi
menghadap Tuhan.
Lalu, suara Tuhan terdengar, “Bawalah
segenggam tanah itu ke Karbalaa’, titik pusat dunia.” Izrail a.s. pun
pergi dan meletakkan segenggam tanah itu di tempat yang
diperintahkan-Nya.
Orang berkata bahwa Karbalaa’, titik pusat dunia, berada di antara Jerusalem dan Jeddah. Mereka mengatakan bahwa disinilah Adam a.s. dicipta. Namun ada suatu pemaknaan lain: bahwa segenggam tanah itu, Karbalaa’ itu, adalah juga hati (qalb) manusia. Di dalamnya, Tuhan mengatur dan memelihara 18.000 alam dan 15 lapisan. Dia meletakkan semua ini di dalam sirr (rahasia) manusia. Di sinilah peperangan manusia itu terjadi, di hati ini — di segenggam tanah ini.
Ketika segenggam tanah diambil, Tuhan berkata, “Wahai Bumi, engkau benar. Akulah yang menciptakanmu, dan Aku akan menciptakan banyak makhluk melaluimu. Aku akan mengeluarkan aturan dan bagian-bagian yang telah ditetapkan (nasib). Dan bagi tiap-tiap makhluk yang kuciptakan melaluimu, Aku akan membuat jasadnya, hidupnya, makanan dan pemeliharaan yang cukup. Aku sendiri yang akan menjadi Hakim. Bismillahir Rahmaanir Rahiim — untuk segenggam tanah itu, Aku-lah yang akan menjadi Pemelihara dan Pelindungnya. Aku-lah yang akan menjadi Penguasa, Pengatur, dan Badushaah-nya. Seperti halnya Aku adalah Pencipta dan Raja bagimu, Aku pun akan menjadi Raja, Rabb (Tuhan) bagi siapa yang akan kuciptakan melaluimu, dan Aku sendiri yang akan menjadi Pelindungnya.
Orang berkata bahwa Karbalaa’, titik pusat dunia, berada di antara Jerusalem dan Jeddah. Mereka mengatakan bahwa disinilah Adam a.s. dicipta. Namun ada suatu pemaknaan lain: bahwa segenggam tanah itu, Karbalaa’ itu, adalah juga hati (qalb) manusia. Di dalamnya, Tuhan mengatur dan memelihara 18.000 alam dan 15 lapisan. Dia meletakkan semua ini di dalam sirr (rahasia) manusia. Di sinilah peperangan manusia itu terjadi, di hati ini — di segenggam tanah ini.
Ketika segenggam tanah diambil, Tuhan berkata, “Wahai Bumi, engkau benar. Akulah yang menciptakanmu, dan Aku akan menciptakan banyak makhluk melaluimu. Aku akan mengeluarkan aturan dan bagian-bagian yang telah ditetapkan (nasib). Dan bagi tiap-tiap makhluk yang kuciptakan melaluimu, Aku akan membuat jasadnya, hidupnya, makanan dan pemeliharaan yang cukup. Aku sendiri yang akan menjadi Hakim. Bismillahir Rahmaanir Rahiim — untuk segenggam tanah itu, Aku-lah yang akan menjadi Pemelihara dan Pelindungnya. Aku-lah yang akan menjadi Penguasa, Pengatur, dan Badushaah-nya. Seperti halnya Aku adalah Pencipta dan Raja bagimu, Aku pun akan menjadi Raja, Rabb (Tuhan) bagi siapa yang akan kuciptakan melaluimu, dan Aku sendiri yang akan menjadi Pelindungnya.
“Wahai Bumi, Aku bertanggungjawab atas
penciptaan, perlindungan, pemeliharaan, dan pemberi kedamaian bagi
seluruh ciptaan-Ku. Aku akan menjadi Hakim, Aku yang akan menjatuhkan
keputusan akhir, dan Aku akan bertanggungjawab atas Hari Kebangkitan dan
kehidupan di Akhirat. Bukan engkau. Maka, tak usah engkau merasa
terbebani olehnya. Aku yang akan menetapkan takdir bagi setiap yang
hidup. Dengan takdir dan kesepakatan, akan ada pembatasan dan sebuah
hari sebagai hari kematian sesuai pembatasan itu. Dan setelah kematian,
akan ada penentuan, keputusan baginya. Ia akan dibangkitkan di hari
kebangkitan, hari diajukannya pertanyaan, dan dijatuhkannya keputusan.
Dari hasil diajukannya pertanyaanitu, Aku akan menciptakan surga dan
neraka.
“Aku-lah yang akan menempatkan di dalam
tiap-tiap manusia ketetapan tentang apa-apa yang halal dan haram, baik
dan buruk (khair dan sharr), rahasia dan perwujudannya (sirr dan
sifaat). Aku-lah yang memberi semua ini, dan Aku yang akan menjatuhkan
keputusan akhir. Aku akan menganugrahkan kerajaan yang sesuai bagi
tiap-tiap diri, sesuai dengan sikap dan perilakunya. Bila ia berlaku
baik, maka ia akan memperoleh kerajaan surga-Ku. Bila ia berlaku buruk,
ia akan mendapatkan kerajaan neraka-Ku. Aku-lah Sang Penguasa surga dan
neraka. Aku Raja dari tiga dunia — dunia jiwa, dunia ini, dan dunia
akhirat. Engkau tak bertanggungjawab atas semua ini, Wahai Bumi. Tak
perlu engkau khawatir atau bersedih akan hal ini. Aku-lah yang
menciptakanmu dan menganugrahkan bagimu kekuatan yang besar, kemenangan,
dan kekayaan. Dan Aku-lah pula yang akan menyebarkan semua kekayaan
ini, bukan engkau.
“Namun, segenggam tanah yang kuambil
darimu itu adalah ‘hutang’. Tanah itu milikmu. Tanah itu diberikan
kepadamu. Makhluk hidup yang akan Kucipta melaluimu akan memperoleh
pemeliharaan darimu, hidup dan tumbuh pada dirimu. Aku akan
menggunakanmu sebagai jasad mereka. Mereka akan meminum airmu,
menggunakan api dan udaramu, dan memakan segala yang tumbuh darimu.
Inilah ‘kekayaan bersama’ yang Kuberikan kepadamu. Aku telah
menganugrahkanmu tanah, api, air, udara, dan eter untuk digunakan
bersama oleh semua ciptaan-Ku. Seperti itulah Aku akan mencipta, dan
engkau haruslah senantiasa menyediakan dirimu bagi mereka, tanpa pilih
kasih.
“Semua ciptaan, bahkan burung dan
hewan-hewan, akan terikat pada kelima elemen ini. Barangsiapa sanggup
memutus ikatan-ikatan ini dan mengenal-Ku ketika ia tumbuh dan
berkembang, barangsiapa melakukan ini dan sujud mengabdi pada-Ku, Aku
akan ’sujud mengabdi kepadanya’. Barangsiapa mencintai-Ku, Aku akan
mencintainya. Barangsiapa mendekat selangkah pada-Ku, mencari-Ku, Aku
akan mendekat sepuluh langkah padanya. Barangsiapa memanggil nama-Ku
sekali, Aku akan memanggil namanya sepuluh kali. Barangsiapa memuji-Ku
sekali, Aku akan memujinya sepuluh kali.
“Tak terhitung banyaknya mulut, telinga,
mata, hidung, dan tangan yang ada dalam diri-Ku. Dengan telinga itulah
Aku mendengarnya. Dengan matanya, Aku melihatnya. Dengan mulutnya, Aku
berbicara dengannya. Dengan tangannya, Aku menuntunnya. Inilah
rahmat-Ku. Oleh karena itu, wahai Bumi, janganlah bersedih. Inilah
sebabnya kenapa Kutetapkan apa yang disebut sebagai takdir, inilah
kenapa Kutetapkan batasan dan kadar, sebuah kesepakatan, pada seluruh
makhluk hidup. Aku akan memanggil kembali setiap makhluk sesuai dengan
kesepakatan itu.
“Wahai Bumi, melalui segenggam tanah
sebagai pinjaman darimu ini, Aku melipatgandakan manusia seribu kali,
dan Aku perintahkan mereka mengembalikan seribu genggam tanah itu pula
kepadamu. Ini ‘hutang’-Ku, kewajiban yang akan Aku emban. Ketika
kesepakatan manusia telah berakhir, Aku bayar ‘hutang’-Ku ini kepadamu.
Kuambil segenggam tanah ini darimu, dan bila seorang manusia tak
mengembalikannya kepadamu, maka hal ini akan menjadi tanggungan besarnya
di Hari Penentuan. Dia akan terhukum. Aku akan mengembalikan setiap
manusia ke tempat yang sama di mana segenggam tanah itu diambil untuk
menciptakannya. Akan Kuletakkan setiap jasad di tempat yang semestinya,
dan akan Kuraih jiwanya. Aku akan melakukannya sesuai kesepakatan dan
kadar tiap orang. Oleh karena itu, wahai Bumi, jangan kau khawatirkan
dirimu tentang hal ini. Karena alasan inilah Aku perintahkan Izrail
untuk meletakkan segenggam tanah itu di titik pusat, Karbalaa’. Inilah
hati, dan di dalamnya terdapat rahasia. Tak perlu kau khawatirkan
tentang hal ini.”
Tuhan menyimpan segenggam tanah itu di
Karbalaa’ selama 70 tahun, di mana Ia menurunkan hujan 7 tahun lamanya
demi memperbanyaknya. Lalu Ia pun mengambil tanah itu dan membentuk
jasad bagi Adam a.s. Beberapa lama kemudian, karena Bumi dan Nur telah
bersatu, Tuhan menerangi cahaya Nur Muhammad di dahi Adam a.s. Titik ini
disebut sebagai mata kebijaksanaan: kursi. Sekalipun mata kita
tertutup, bila kita membuka mata yang lain, mata rahmat Tuhan, mata
kebijaksanaan ruhani dan pengetahuan (gnanam dan ilm) maka kita akan
mampu melihat segalanya. Seseorang yang berada di tingkatan ini akan
memiliki keindahan. Ia pun akan dikenal sebagai Suratul Insan, Suratul
Qur’an, atau Suratul Fatihah.
Penciptaan 3
Bawa Muhaiyaddeen
Bawa Muhaiyaddeen
Kala itu, ketika Tuhan menciptakan Adam
a.s., iblis tinggal di surga sebagai raja para jin. Ia dipanggil dengan
sebutan “Abu”. Lalu ia datang, ditemani seribu pengikutnya, melihat apa
yang sedang terjadi. Ketika iblis melihat Adam a.s., ia menyaksikan
betapa indahnya makhluk itu. Berkat cahaya yang ada di dalamnya, Adam
a.s. menjadi begitu indah, bersinar.
Adam a.s. pun menatap seksama kepada
iblis. Lalu iblis berkata dengan angkuhnya, “Wahai Adam, adakah engkau
manusia itu yang Allah ciptakan? Engkau hanya terbuat dari tanah, namun
seperti itukah engkau menatapku? Tatapanmu membuatku bergidik! Bila
Tuhan menempatkanmu di bawahku, di bawah kekuasaanku, aku akan
menolongmu dengan cara apapun yang kumampu. Tapi kuperingatkan kau, bila
Dia menempatkanmu di atasku, maka aku akan melakukan apa saja demi
menyiksamu.”
Maka wajah yang bersinar penuh cahaya itu
pun menatap semakin tajam kepada Abu, dan iblis pun membentak kasar,
“Beraninya kau menatapku seperti itu, kau hanya terbuat dari tanah!”
Iblis meludahi Adam a.s. Maka, begitu ludah itu tepat mengenai perut
Adam a.s., racun yang terkandung di dalamnya pun mulai menyebar ke
seluruh tubuhnya. Tempat jatuhnya ludah itu menjadi tanda lahir baginya.
Menyaksikan kejadian itu, Tuhan berkata
kepada Jibril a.s., “Wahai Jibril, pergilah kepada Adam. Iblis telah
meludahi ciptaan-Ku yang suci. Racun iri, sombong, dan serakahnya telah
memasuki Adam dan mengotorinya. Pergilah dan ambillah racun itu.” Dengan
seketika, Jibril a.s. pun berada di tempat itu. Maka dengan kedua
jarinya, Jibril a.s. mencongkel secuil tanah di mana ludah itu tepat
mengenai perut Adam a.s. Bekas congkelan itu kini menjadi pusar di perut
manusia, dan merupakan satu di antara 28 huruf pembentuk jasad manusia.
Satu huruf yang diambil dari jasad Adam
a.s. itu diberikan kepada seekor anjing, dan diletakkan pada mahkota
kepalanya. Ketika Adam a.s. menerima jiwa, lalu bangkit, anjing pun
bangkit. Karena satu huruf di kepalanya itu, anjing menjadi hewan yang
penuh rasa syukur. Ia dapat hidup bersama manusia dan mengikutinya. Ia
mampu mendegar kata-kata dan mencintai pemiliknya. Namun, terkecuali di
atas kepalanya itu, yang tak tersentuh itu, seluruh bagian jasadnya yang
lain adalah najis, kotor, penuh dengan hawa nafsu dan sifat-sifat iblis
lainnya.
Tuhan lalu meletakkan jiwa ke tubuh Adam
a.s. Jiwa itu dimasukkan melalui ujung atas mahkota kepalanya, atau
‘arsy, dan turun ke seluruh tubuhnya. Perlahan, otak pun melalui
berfungsi, namun seluruh bagian tubuhnya yang lain masih bersifat
tanah/bumi. Lalu jiwa itu turun menyentuh matanya, maka mata itu pun
melihat. Turun menyentuh hidung, dan hidung dapat mencium. Menyentuh
telinga, dan hidung pun mendengar. Turun menyentuh lidah, dan Adam a.s.
pun kini mampu berkata-kata. Saat itu, walau ia baru setengah jadi, dan
jiwa itu baru memasuki dadanya, Adam a.s. menggeliat dan mencoba menekan
dirinya dengan kedua tangannya.
“Wahai Adam, bersabarlah,” Tuhan berkata,
“Lihatlah, engkau masih setengah jadi. Setengah tubuhmu adalah daging
dan tulang, sementara yang lainnya hanyalah tanah tak berbentuk.
Sekalipun demikian, engkau terburu-buru hendak bangun. Inilah tanda
bahwa manusia akan menjadi makhluk yang tak penyabar. Sungguh ia akan
menjadi makhluk yang terburu-buru!” Lalu Adam a.s. bersin, dan jiwa itu
pun meresap dan turun ke seluruh tubuhnya.
Beberapa saat kemudian, Tuhan
memerintahkan para malaikat untuk mengundang Adam a.s. ke surga. Di sana
Tuhan memanggil para utusan, makhluk-makhluk terang (awlia) dan semua
warga surga, dan Tuhan berkata, “Aku menciptakan Adam sebagai pemimpin.
Berdirilah di belakang Adam dan sujud pada-Ku.” Mereka menuruti perintah
itu, kecuali iblis dan seribu pengikutnya.
Melihat hal ini, Tuhan dengan tegas memerintahkan iblis, “Wahai Abu, berdirilah di belakang Adam dan sujud pada-Ku!”
Namun setan menjawab, “Ya Tuhan, hamba tahu bagaimana bersujud pada-Mu. Namun hamba tak akan menyembah-Mu di belakang Adam. Ia dicipta dari tanah, sementara hamba dari api, maka hamba tak mungkin berdiri di belakangnya.”
“Manusia bersujud pada-Ku. Berdirilah di belakangnya dan sembah Aku!” Tuhan memerintahkannya lagi.
Namun setan menjawab, “Ya Tuhan, hamba tahu bagaimana bersujud pada-Mu. Namun hamba tak akan menyembah-Mu di belakang Adam. Ia dicipta dari tanah, sementara hamba dari api, maka hamba tak mungkin berdiri di belakangnya.”
“Manusia bersujud pada-Ku. Berdirilah di belakangnya dan sembah Aku!” Tuhan memerintahkannya lagi.
Namun iblis bersikeras menolak, “Hamba tak akan berdiri di belakangnya.”
Sekali lagi Tuhan menyeru, “Wahai yang terkutuk, sembah Aku dan berdirilah di belakang Adam.” Namun iblis tetap menolak.
Akhirnya Tuhan mengutuk iblis, seraya
berkata, “Wahai mal’uun (yang terkutuk), engkau yang terusir! Tak ada
tempat bagimu di sini. Aku mengirimmu ke neraka.”
“Hamba siap ke neraka,” jawab iblis. “Adam adalah musuh hamba.
Maka sebelum hamba pergi, ijinkan hamba untuk menghancurkan Adam dan seluruh pengikutnya!”
“Siapapun yang mengikuti-Ku tidak akan mengkutimu, dan siapa saja yang mengikutimu tak akan mengikuti-Ku,” Tuhan menjawab.
“Jika engkau berniat menghancurkan siapa
yang berserah diri pada-Ku, maka engkau akan tertolak dalam hina.
Kekuatanmu akan luluh. Engkau tak mampu menghancurkan pengikut-Ku tanpa
ijin dari Ku. Engkau tak memiliki kekuatan untuk menghancurkan mereka
yang berserah diri pada-Ku. Sekarang, pergilah!”
Iblis meminta lebih banyak, “Ijinkan
hamba untuk menghilangkan bentuk hamba dan menyelusup ke dalam manusia,
dimana pun ia berada, dan menghancurkannya dari dalam dan luar.”
“Engkau hanya mampu berada di kegelapan,
engkau tak akan mampu berada di tempat yang penuh cahaya. Jika engkau
masuk ke diri seseorang yang hidup dalam keberimanan kepada-Ku, maka
engkau akan terusir dalam kehinaan. Pergilah engkau, iblis!”
Namun iblis bersikeras, “Tak peduli seberapa banyak hamba akan gagal, hamba akan selalu mencoba. Bahkan pada detik terakhir kehidupannya di bumi, hamba akan sekuat tenaga menariknya ke dalam api hamba, membuatnya tak bisa membayar hutangnya pada-Mu. Bila segala cara telah gagal, inilah yang hamba lakukan!”
Namun iblis bersikeras, “Tak peduli seberapa banyak hamba akan gagal, hamba akan selalu mencoba. Bahkan pada detik terakhir kehidupannya di bumi, hamba akan sekuat tenaga menariknya ke dalam api hamba, membuatnya tak bisa membayar hutangnya pada-Mu. Bila segala cara telah gagal, inilah yang hamba lakukan!”
“Wahai yang terhina,” suara Tuhan
menggelegar, “siapapun yang mengikuti-Ku akan hidup di bumi dan
mengembalikan kehidupannya kepada bumi. Namun siapapun yang mengikutimu,
akan hidup dalam api, berakhir dalam api dan tak kan mampu membayar
hutangnya kembali kepada tanah. Barangsiapa menikmati kegelapanmu dan
menumbuhkan sifat-sifat marah, dengki, iri, mencela, prasangka, sombong,
karma, maya (ilusi), perilaku buruk, bohong, berbangga diri, balas
dendam, dan siapapun yang percaya pada kekayaan dan iming-iminganmu pada
neraka, maka ia akan berakhir di neraka. Bahkan sekalipun ketika ia
hidup dalam jasadnya, kehidupannya akan terbakar oleh api neraka. Ia
akan hidup dalam kenestapaan yang besar dan berakhir dalam apimu.
“Namun jika ia hidup bersama-Ku, jika ia
berniat mendekat pada-Ku dan menumbuhkan sifat-sifat kesabaran, syukur,
tawakkal kepada-Ku, dan menghaturkan puji-pujian kepada-Ku, jika ia
melayani seluruh makhluk hidup seperti halnya ia melayani dirinya
sendiri, menumbuhkan 30.000 sifat kasih sayang-Ku dalam dirinya dan
mengasihi seluruh makhluk, ia akan mewarisi kerajaan-Ku. Namun ia yang
mensifati dirinya dengan sifat-sifatmu akan selamanya menjadi korban api
neraka. Baik dalam hidup maupun matinya, ia akan terbakar dalam api.
Sekarang, keluarlah engkau, setan!”
Setan dan seribu pengikutnya pun terusir
dari surga dan hadir di bumi. Sekalipun begitu, setan tetap mampu
terbang ke tujuh tingkatan surga dan melakukan tipu dayanya. Di bumi, ia
memiliki kekuatan berkata-kata melalui patung, batu, dan berhala. Di
masa Namrud dan Firaun, ia menggunakan kekuatan ini dan mengakibatkan
berbagai kesulitan bagi anak-anak Adam a.s. di Mesir dan Jerusalem.
Tuhan mengirim utusan-utusan, satu demi satu, demi menepis kekuatan
setan, dan akhirnya, melalui Rasul Muhammad s.a.w., kekuatan
berkata-kata melalui berhala telah dihancurkan dan dilepas darinya.
***********
Anak-anak, Bersikaplah dengan Baik
Oleh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Artikel diterjemahkan oleh Dimas Tandayu
Artikel diterjemahkan oleh Dimas Tandayu
Cintaku, cucuku, putra dan putriku,
anak-anakku. Mendekat dan duduklah. Setiap dari kamu melihat kepadaku
dan dengarkan baik-baik apa yang akan aku katakan. Engkau harus belajar
bagaimana untuk bertingkah laku dengan baik.
Pertama engkau harus memikirkan apa yang baik dan apa yang buruk, kemudian engkau harus menyingkirkan apa yang buruk dan hanya melakukan apa yang baik. Rasakan bagaimana rasa dari perbuatan baik tersebut. Dan jika seseorang melakukan suatu kebaikan kepadamu, engkau harus membalas kebaikannya kembali. Tetapi jika seseorang melakukan suatu keburukan kepadamu, cukup lupakanlah. Jangan membalas perbuatannya.
Lebih lanjut, cucuku, engkau harus selalu menghormati ibu dan ayahmu. Tidak saja harus menghormati mereka, engkau juga harus mematuhi mereka. Jika seseorang usianya sedikit lebih tua darimu, maka engkau harus memperlakukan ia seperti kakakmu. Jika seseorang usianya jauh lebih tua darimu, engkau harus menghormatinya seperti ayahmu. Jika seseorang usianya lebih muda darimu, engkau harus menunjukkan cinta dan kasih sayang dan rangkul ia di bawah sayapmu layaknya seorang adik atau anakmu. Engkau harus menghormati dia. Bahkan kepada sapi, kambing, dan binatang lainnya, engkau harus menunjukkan cinta dan kasih sayang. Melalui hidupmu engkau harus menunjukkan tiga ribu sifat-sifat pengasih Tuhan kepada setiap orang. Engkau harus melakukan kewajibanmu dan menghormati mereka yang lebih rendah sebagaimana engkau menghormati mereka yang lebih tinggi. Engkau harus melakukan ini tanpa diskriminasi dan tanpa memperhatikan status mereka di dalam kehidupan.
Pertama engkau harus memikirkan apa yang baik dan apa yang buruk, kemudian engkau harus menyingkirkan apa yang buruk dan hanya melakukan apa yang baik. Rasakan bagaimana rasa dari perbuatan baik tersebut. Dan jika seseorang melakukan suatu kebaikan kepadamu, engkau harus membalas kebaikannya kembali. Tetapi jika seseorang melakukan suatu keburukan kepadamu, cukup lupakanlah. Jangan membalas perbuatannya.
Lebih lanjut, cucuku, engkau harus selalu menghormati ibu dan ayahmu. Tidak saja harus menghormati mereka, engkau juga harus mematuhi mereka. Jika seseorang usianya sedikit lebih tua darimu, maka engkau harus memperlakukan ia seperti kakakmu. Jika seseorang usianya jauh lebih tua darimu, engkau harus menghormatinya seperti ayahmu. Jika seseorang usianya lebih muda darimu, engkau harus menunjukkan cinta dan kasih sayang dan rangkul ia di bawah sayapmu layaknya seorang adik atau anakmu. Engkau harus menghormati dia. Bahkan kepada sapi, kambing, dan binatang lainnya, engkau harus menunjukkan cinta dan kasih sayang. Melalui hidupmu engkau harus menunjukkan tiga ribu sifat-sifat pengasih Tuhan kepada setiap orang. Engkau harus melakukan kewajibanmu dan menghormati mereka yang lebih rendah sebagaimana engkau menghormati mereka yang lebih tinggi. Engkau harus melakukan ini tanpa diskriminasi dan tanpa memperhatikan status mereka di dalam kehidupan.
Kewajiban apapun yang engkau lakukan
kepada orang lain, engkau harus melakukan kewajiban tersebut dengan
cinta, belas kasih, kebenaran, dan dengan hati yang terbuka. Jangan
melakukannya dengan mementingkan dirimu sendiri atau keterikatan, dan
jangan mengharapkan imbalan. Dimanapun engkau membantu seorang anak
kecil atau orang dewasa, jangan mengharapkan bantuannya kembali.
Tunjukkan mereka kasih sayang, dan ketika pekerjaanmu selesai, pergilah
dengan bahagia.
Engkau jangan pernah memiliki pikiran, “Aku melakukan ini untukmu, jadi apa yang bisa engkau lakukan kepadaku sekarang?” Jangan pernah mempunyai pikiran seperti itu. Jika engkau menolong seseorang dan mengharapkan imbalan, maka engkau adalah orang yang mementingkan diri sendiri yang melakukan perbuatan egois, dan setiap bantuan, kasih sayang, atau kebenaran yang engkau berikan akan berbalik menyakiti dirimu. Hal itu akan mengumpulkan keburukan kepadamu. Jika engkau memberi pertolongan dengan cara seperti itu, hal itu adalah jahat, tidak baik. Engkau selayaknya tidak pernah berada dalam keadaan seperti itu. Imbalanmu datang dari bantuan yang engkau berikan, bukan dari orang yang engkau bantu. Adalah tanggungjawabnya, bukan tanggungjawabmu, untuk mengingat bantuan yang telah ia dapatkan. Engkau selayaknya hanya menyelesaikan pekerjaanmu kemudian pergilah. Adalah salah jika mengharapkan imbalan.
Cucuku, engkau seharusnya jangan pernah marah. Kemarahan adalah pembimbing dari dosa. Kemarahan akan membimbingmu menuju jalan dosa dan membawamu langsung ke neraka. Kebencian akan memakan kebaikanmu, kebijaksanaan sejati. Ketidaksabaran adalah musuh dari kearifanmu. Semua kemegahan itu bukanlah emas. Jangan pernah berpikir seperti itu ketika engkau melihat kebenaran. Sebuah pot emas tidak membutuhkan dekorasi, sebagaimana juga sebuah hati yang penuh dengan kebenaran. Kebenaran tidak butuh penghias.
Engkau jangan pernah memiliki pikiran, “Aku melakukan ini untukmu, jadi apa yang bisa engkau lakukan kepadaku sekarang?” Jangan pernah mempunyai pikiran seperti itu. Jika engkau menolong seseorang dan mengharapkan imbalan, maka engkau adalah orang yang mementingkan diri sendiri yang melakukan perbuatan egois, dan setiap bantuan, kasih sayang, atau kebenaran yang engkau berikan akan berbalik menyakiti dirimu. Hal itu akan mengumpulkan keburukan kepadamu. Jika engkau memberi pertolongan dengan cara seperti itu, hal itu adalah jahat, tidak baik. Engkau selayaknya tidak pernah berada dalam keadaan seperti itu. Imbalanmu datang dari bantuan yang engkau berikan, bukan dari orang yang engkau bantu. Adalah tanggungjawabnya, bukan tanggungjawabmu, untuk mengingat bantuan yang telah ia dapatkan. Engkau selayaknya hanya menyelesaikan pekerjaanmu kemudian pergilah. Adalah salah jika mengharapkan imbalan.
Cucuku, engkau seharusnya jangan pernah marah. Kemarahan adalah pembimbing dari dosa. Kemarahan akan membimbingmu menuju jalan dosa dan membawamu langsung ke neraka. Kebencian akan memakan kebaikanmu, kebijaksanaan sejati. Ketidaksabaran adalah musuh dari kearifanmu. Semua kemegahan itu bukanlah emas. Jangan pernah berpikir seperti itu ketika engkau melihat kebenaran. Sebuah pot emas tidak membutuhkan dekorasi, sebagaimana juga sebuah hati yang penuh dengan kebenaran. Kebenaran tidak butuh penghias.
Jika engkau memiliki kearifan sejati,
engkau tidak perlu menerapkannya pada setiap tindakan. Setiap perkataan
yang engkau ucapkan akan penuh dengan keindahan, cinta dan belas kasih.
Kata-kata tersebut akan terasa manis dan bermartabat di setiap
perkataannya. Jika kearifanmu muncul dari kebenaran, maka kearifan itu
akan menjadi indah. Tidak di perlukan hiasan lagi. Jadi tidak lagi
berbicara dengan kata-kata yang engkau ambil di sini, di tempat lain,
atau dari bacaan pada buku-buku. Perkataanmu akan muncul secara otomatis
dari dalam hatimu dan mengungkapkan kebenaran. Cukup hanya berbicara
kebenaran. Tidak perlu lagi membubuhinya dan membuatnya berkesan.
Cucuku, jangan mencuri. Jangan engkau
berbohong kepada kedua orang tuamu karena takut kepada mereka. Katakan
kebenaran kepada mereka dengan belas kasih. Katakan, “Aku berbuat
kesalahan. Tolong maafkan aku atas apa yang aku lakukan.” Pertama
bermohonlah kepada Tuhan untuk memaafkanmu, lalu bermohonlah kepada
kedua orang tuamu untuk memaafkanmu. Selanjutnya, mohon maaflah kepada
setiap orang yang telah engkau sakiti. Jika engkau menyadari kesalahanmu
dan bertobat, dosamu akan dihapus. Tetapi jika engkau tidak menyadari
kesalahanmu, jika engkau tidak memohon maaf, dosa itu akan tetap
bersamamu.
Jangan mengatakan sesuatu untuk menyakiti
orang lain, selalu berbicara dengan belas kasih. Pandanglah orang lain
dengan cinta dan kasih sayang; jangan melihat mereka sebagaimana harimau
melihat. Jangan memunculkan pertengkaran dengan orang lain; cobalah
untuk hidup bersama mereka dengan penuh cinta, kasih sayang, kepercayaan
dan kedamaian.
Jangan pernah menyimpan permusuhan dengan
orang lain di dalam hatimu. Singkirkan permusuhan dan segala bentuk
sifat jahat di dalam dirimu. Jangan berpegang kepada keraguan, keraguan
adalah penyakit yang parah. Buang hal itu. Buang segala bentuk
kecurigaan yang engkau miliki kepada orang lain. Mereka adalah
saudaramu. Hiduplah tanpa prasangka. Hal itu akan membuatmu bahagia. Hal
itu akan menjadi surga bagimu.
Jangan menyakiti, menyiksa, atau
menyebabkan penderitaan kepada mahluk hidup apapun. Bahkan seekor kerbau
yang menarik kereta harus di perlakukan dengan penuh kasih sayang.
Jangan memberi beban melebihi batas yang bisa ia angkut. Kemudian,
ketika engkau di beri beban yang begitu berat bagimu, bisakah engkau
membawanya? Apakah sulit bagimu? Lalu pikirkan penderitaan yang engkau
sebabkan pada kerbau ketika mengangkat beban melebihi kemampuannya.
Cucuku, engkau harus mengetahui kapasitas setiap tubuh dan mengetahui
kapasitas keadaan seseorang. Hanya dengan begitu engkau bisa
memberikannya pekerjaan yang sesuai, memperlakukannya dengan hormat, dan
melindunginya.
Ketahuilah sifat-sifat pada hati setiap
orang lalu layani mereka. Tetapi pertama, cobalah untuk mengetahui
hatimu. Hanya dengan begitu engkau baru akan mengerti hati orang lain.
Jika engkau telah mengerti hal itu, maka perkataan apapun yang engkau
katakan dan kewajiban apapun yang engkau lakukan akan menjadi sebuah
tanggungjawab sejati, tanggungjawab Tuhan selamanya. Jika engkau berada
dalam keadaan seperti itu, kasih sayang yang engkau berikan kepada
setiap orang akan menjadi kasih sayang Tuhan yang sempurna. Di dalam
setiap situasi, lakukan kewajibanmu dengan pemahaman ini.
Permata indah yang menyinari mataku,
cucuku, putra dan putriku, anak-anakku, ketika engkau pergi ke sekolah,
perhatikan apa yang engkau pelajari. Jangan perhatikan apa yang orang
lain perbuat. Jangan menghabiskan waktu dengan melihat hal lain.
Konsentrasi pada apa yang engkau lakukan saat ini. Hanya hal ini yang
seharusnya engkau pikirkan sampai engkau menyelesaikannya. Jika engkau
pergi melakukan solat, konsentrasilah pada solat. Jika engkau membaca
buku, konsentrasilah pada buku itu. Jika engkau memiliki pekerjaan
lainnya, fokus kepada pekerjaan itu. Konsentrasi secara penuh dengan
kearifanmu. Niatkan untuk melakukan apapun dalam keadaan seperti ini,
dan lakukan segala sesuatu atas nama Tuhan.
Cucuku, jangan dengarkan apa yang di
katakan orang lain. Jangan mendengarkan untuk mencari tahu apakah mereka
membicarakan tentang engkau atau diriku. Di dunia ini begitu banyak
percakapan dan begitu banyak ketidakpedulian (1). Jangan memberi
telingamu kepada suara dunia, suara dari ketidakpedulian. Berikan
telingamu kepada suara Tuhan. Miliki cinta atas kewajiban yang harus
engkau lakukan dan berikan telingamu kepada kewajiban itu.
Permata indah yang menyinari mataku,
lakukan setiap kewajibanmu dengan cara yang baik, tanpa memperhatikan
pada dunia yang berada di dalam dirimu (2). Di dalam hal ini, lakukan
tindakan yang tidak terbatas yang engkau lakukan setiap harinya.
Ketidakpedulian, ilusi, dan setan selalu memainkannya di dalam dirimu
(3). Hilangkan permainan yang terjadi di dalam. Dan lupakan mengenai
permainan yang terjadi di dunia luar (4).
Cintaku, cucuku. Setiap dari kamu
sebaiknya memikirkan hal ini. Selalu menyingkirkan apa yang buruk,
simpan apa yang baik, dan bertingkah laku menurut yang baik. Raihlah
sifat-sifat, Tindakan, dan sikap Tuhan dan singkirkan semua sifat-sifat
yang lain.
Cucuku, jika engkau tumbuh di dalam
keadaan dari kebaikan, engkau akan menjadi anak-anak Tuhan (5). Engkau
akan hidup sebagai anak yang baik di dalam hidup ini, dan engkau akan di
butuhkan baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Tuhan akan
menerimamu sebagai anak-anak dari keimanan dan kebenaran. Engkau akan
menerima kebaikan-Nya, dan melalui kebaikan-Nya tersebut engkau akan
memperoleh keuntungan selamanya.
Hiduplah sebagai anak yang baik kepada segala sesuatu dan sebagai anak yang baik kepada Tuhan. Bijaklah kepada hatimu dan bijaklah kepada kearifanmu.
Cintaku, cucuku. Pikirkan hal ini dan lakukan hidupmu di dalam cara ini. Amin. Semoga Tuhan membantumu.
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Come to the Secret Garden: Sufi Tales of Wisdom
Tambahan sedikit dari saya:
1)Diterjemahkan dari kata “ignorance”. Saya mengartikannya dengan ketidakpedulian. Maksud dari ketidakpedulian disini adalah orang-orang yang tidak perduli terhadap kebenaran. Orang-orang seperti itu disebutkan didalam Al-Quran sebagai: “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli dan buta.” (QS 25:73)
2) Maksudnya adalah hati tidak boleh bergantung kepada hal-hal duniawi.
3) Setan membuat diri manusia agar selalu tertarik kepada ketidakpedulian dan ilusi dari kesenangan duniawi.
4) Adalah kesenangan-kesenangan yang ada di dunia yang jika tidak disikapi dengan bijak akan menjauhkan kita dari Tuhan.
5) “anak-anak Tuhan” bukanlah suatu bentuk fisik. Metafora ini di gunakan untuk mengambarkan “rasa” dari sebuah hubungan. Hubungan Tuhan dengan hambaNya bisa di gambarkan bagaikan hubungan ibu dengan anak-anaknya. Sebagaimana seorang ibu mencintai anak-anaknya, menyayanginya, merawat, membesarkan, mengajarkan arti hidup, dll. Tuhan pun melakukan hal yang sama.
Hiduplah sebagai anak yang baik kepada segala sesuatu dan sebagai anak yang baik kepada Tuhan. Bijaklah kepada hatimu dan bijaklah kepada kearifanmu.
Cintaku, cucuku. Pikirkan hal ini dan lakukan hidupmu di dalam cara ini. Amin. Semoga Tuhan membantumu.
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Come to the Secret Garden: Sufi Tales of Wisdom
Tambahan sedikit dari saya:
1)Diterjemahkan dari kata “ignorance”. Saya mengartikannya dengan ketidakpedulian. Maksud dari ketidakpedulian disini adalah orang-orang yang tidak perduli terhadap kebenaran. Orang-orang seperti itu disebutkan didalam Al-Quran sebagai: “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli dan buta.” (QS 25:73)
2) Maksudnya adalah hati tidak boleh bergantung kepada hal-hal duniawi.
3) Setan membuat diri manusia agar selalu tertarik kepada ketidakpedulian dan ilusi dari kesenangan duniawi.
4) Adalah kesenangan-kesenangan yang ada di dunia yang jika tidak disikapi dengan bijak akan menjauhkan kita dari Tuhan.
5) “anak-anak Tuhan” bukanlah suatu bentuk fisik. Metafora ini di gunakan untuk mengambarkan “rasa” dari sebuah hubungan. Hubungan Tuhan dengan hambaNya bisa di gambarkan bagaikan hubungan ibu dengan anak-anaknya. Sebagaimana seorang ibu mencintai anak-anaknya, menyayanginya, merawat, membesarkan, mengajarkan arti hidup, dll. Tuhan pun melakukan hal yang sama.
Bermanfaat Bagi Semuanya
Oleh: M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Diterjemahkan oleh: Dimas Tandayu
Diterjemahkan oleh: Dimas Tandayu
Bismillahir-Rahmanir-Rahim: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Anakku yang mulia, cahaya-cahaya
permataku, lihatlah segala sesuatu di sekeliling kita. Dalam beberapa
hal, setiap ciptaan memberikan manfaat kepada kita, bukankah begitu?
ambil rumput contohnya. Rumput berguna untuk sapi, kerbau dan kambing.
Lihatlah pohon, ia memberi manfaat begitu banyaknya. Beberapa pohon
menghasilkan buah-buahan untuk dimakan olehmu, dan pohon yang tidak
menghasilkan buah juga memberikan keteduhannya, bukankah begitu?
Buah-buahan, semak belukar, dan bunga-bunga semuanya memberikan manfaat
untuk mahluk lain. Setangkai bunga dapat memberikanmu aroma yang harum,
dan air dari danau dapat memuaskan dahagamu. Matahari memberikan kita
cahaya, bulan memberikan kita kesejukan, dan bintang-bintang juga
memberikan cahayanya. Semua ciptaan Tuhan memberikan manfaat kepada
kehidupan lainnya. Setiap ciptaan membantu dan menyediakan kenyamanan
untuk kehidupan lainnya.
Anakku yang mulia, kau harus menyadari
ini. Semak-semak, pohon-pohon, bunga-bunga, rerumputan, hujan, dan awan
semuanya memberikan kita kenyamanan. Bila mereka bisa menyamankan kita,
bukankah sebaiknya kita juga bisa menyamankan orang lain? Kita juga
harus memberikan manfaat untuk orang lain. Kita harus bermanfaat bagi
setiap mahluk hidup.
Jika seorang manusia duduk di lembah
gunung, bayangan dari gunung memberikan kesejukan dan mencegah ia dari
panasnya terik matahari. Dengan hal yang sama, jika kau menjadi orang
baik, maka kau akan dapat memberikan kenyamanan kepada mahluk lain yang
sedang dalam bahaya, dan kau akan dapat memberikan ketenteraman di
saat-saat penuh kesulitan. Jika kau seorang yang saleh, berbudi pekerti
luhur dan tidak mementingkan diri sendiri, maka kita akan seperti gunung
yang melayani tanpa mengharapkan balas jasa ataupun pujian. Jika kita
bisa berada dalam keadaan seperti itu dan memberikan ketenteraman kepada
mahluk lain, maka kita menjadi bermanfaat untuk orang lain.
Sebuah pohon menaungi kita dari panasnya
terik matahari dan melindungi kita dari angin dan hujan. Sebuah pohon
bisa begitu bermanfaat. Ia memberikan buah kepada mahluk lain untuk
dimakan, tetapi pohon itu sendiri tidak pernah memakan buah yang
dihasilkannya, bukankah begitu? Jadi, seperti itu, bahkan jika kita
hidup di dunia ini, kita seharusnya tidak memiliki pikiran bahwa kita
menikmati kesenangan dunia. Kita harus seperti pohon yang memberikan
buah-buahan tanpa ikut serta menikmatinya.
Dengan hal yang sama, walaupun banyak
mahluk hidup yang hidup di dalam air, tetapi air tidak pernah memakan
mahluk hidup yang ada di air tersebut. Malahan, ia memberikan kehidupan
kepada mahluk lainnya. Contohnya, terdapat banyak rerumputan yang
ditemukan di dalam air, tetapi airnya tidak memakan rumputnya. Air
memberikan kehidupan kepada mahluk lainnya. Seperti itu, anakku yang
mulia, jika kita ingin menjadi manusia sejati, maka kita seharusnya
menjadi penolong untuk seluruh makhluk hidup. Kita seharusnya tidak
berharap untuk memuaskan kesenangan dan kelaparan kita. Kita seharusnya
tidak berharap kepada pujian dan kehormatan. Kita seharusnya tidak
melihat kepada hal-hal ini. Kita setidaknya harus melakukan tugas
seperti yang dilakukan rumput dan semak-semak.
Tuhan melakukan tugasNya tanpa
mementingkan DiriNya ataupun keterikatan kepada DiriNya, dan Dia memberi
kehidupan kepada seluruh mahluk hidup. Bukankah begitu? Kita harus
berada dalam kedaan yang sama seperti Tuhan. Anakku yang mulia,
cahaya-cahaya permataku, sudah waktunya kita menghilangkan diri kita dan
mengerti Pembimbing kita (Tuhan).
Setangkai bunga memberikan aromanya yang
harum, bukankah begitu? seperti bunga yang merekah dan memberikan
keharumannya, hati kita harus merekah dan kearifan pun datang. Hati
hanya akan berbunga ketika kearifan merekah. Dan aroma harum baru akan
muncul setelah cinta merekah didalam dirimu. Apakah seharusnya hati kita
merekah seperti bunga sehingga kita juga bisa memberikan aroma yang
harum? Seluruh mahluk hidup akan membungkukkan jiwanya kepada keharuman
itu; semuanya akan tunduk kepada keharuman itu.
Setangkai bunga tidak perlu menonjolkan
dirinya dan berkata, “Aku setangkai bunga.” Mahluk hidup akan menyadari
keharumannya, dan mereka akan tertarik dan mendekatinya. Jadi, jika
bunga saja bisa melakukan seperti itu, maka ketika kita hadir dengan
hati yang berbunga dan merekah, dan juga dengan keharuman yang ada di
hati kita, mereka yang mencintai Tuhan dan memiliki iman kepada Tuhan
akan datang mendekati kita. Anakku, permata yang menyinari mataku,
sebagaimana bunga menarik mahluk hidup, hati ini akan menarik mereka
yang memiliki iman kepada Tuhan. Kita seharusnya berada di dalam keadaan
ini.
Jika kita mencabut bunga dan
memindahkannya dari pohon, bunga itu akan layu dan kehilangan
keharumannya. Bunga tersebut hanya bisa memberikan keharumannya selama
bunga itu masih berada dipohonnya. Hal yang sama, jika kita meninggalkan
keadaan kita yang benar, bunga yang berada dilubuk hati kita yang
paling dalam akan layu. Kita harus tetap terhubung kepada pohon yang
merupakan hati. Jika kita meninggalkan hati, maka bunga yang ada di
dalam hati kita akan musnah. Inilah yang terjadi ketika kita mencari
pujian, kehormatan dan kedudukan demi kebanggaan diri kita. Maka kita
akan seperti bunga yang dicabut dari pohonnya; segala kebaikan yang kita
miliki di dalam diri kita akan mengering. Bukankah begitu?
Semua anak-anakku, tolong pikirkan hal
ini, Tuhan selalu ada di setiap tempat, dan Dia melakukan TugasNya tanpa
kebanggaan, tanpa kehormatan, dan tanpa ego “Aku”. Seperti itulah
TugasNya. Dengan cara seperti ini seharusnya kita melakukan kewajiban
kita, doa kita, ketaatan kita, dan ibadah kita. Tidak ada Tuhan yang
layak disembah selain Tuhan Yang Maha Besar, Allahu ta’lla.
Anakku yang mulia, kau harus berpikir.
Kau harus merenung. Kau harus menyadari. Kau harus mengetahui. Dan kau
harus mengerti. Apa yang harus kita mengerti? Bahwa Allah ada dimanapun.
Bahwa Allah ada disetiap kehidupan dan mengerti semua kehidupan. Yang
Maha Esa yang ada dimanapun, apakah Dia tidak ada di dalam diri kita?
Apakah kita harus pergi mencari DiriNya? Apakah kita harus membaca
ayat-ayat untuk menghadirkan Dia di dalam diri kita? Apakah kita harus
menunjukkan keajaiban untuk melihat Dia? Apakah kita harus terbang ke
angkasa untuk melihat Dia? Apakah kita harus menutup mata kita dan
menunggu untuk melihat Dia?
Anakku yang mulia, cahaya-cahaya
permataku, lihatlah bagaimana air turun ketika hujan. Ia mengalir ke
semua tempat dan memberikan manfaat ke setiap hal yang ia lewati. Ketika
hujan turun, kau akan melihat pohon-pohon, rumput-rumput dan segala
sesuatunya menjadi segar; semuanya memilki kesejukan di dalamnya.
Danau-danau menjadi terisi, dan air yang berlebih pada danau mengalir
menuju laut. Betapa indahnya ketika air mengalir menuju laut. Ketika
hujan turun ke bumi dan danau, ia bermanfaat untuk seluruh mahluk hidup,
bukankah begitu?
Dengan hal yang sama, di dalam setiap
nafas, hati kita selayaknya mengagungkan Tuhan. Pada setiap saat, kita
harus memperkenankan hujan dari Rahmat Tuhan turun membasahi hati kita.
Setiap menit, setiap detik, di dalam setiap nafas, kita harus
mengagungkan Dia. Di dalam setiap detik kita harus memiliki niat untuk
beribadah kepadaNya. Setiap kata yang kita ucapkan haruslah
perkataanNya. Setiap pemikiran haruslah pemikiranNya. Kita harus berada
dalam keadaan ini. Di dalam pikiran kita, di dalam nafas kita, di dalam
perkataan kita, dan di dalam niat kita, kita sebaiknya berhubungan
dengan Tuhan. Kita harus hidup dalam niatNya. Apapun kegiatan yang kita
lakukan, Dia harus selalu berada di dalam niat kita.
Hal ini bukanlah suatu perkara yang
besar, anakku yang mulia. Kita mengira bahwa ini sesuatu yang sangat
berat untuk dipikul. Tetapi lihatlah pada nafas: kegiatan apapun yang
kita lakukan, nafas tetap berkerja secara otomatis, bukankah begitu?
Ketika kita bekerja, apakah nafas berhenti bekerja? Ketika kita bekerja,
apakah mata kita berhenti berfungsi? Mereka tetap bekerja, bukankah
begitu? Kerja apapun yang kita lakukan, apakah peredaran darah tetap
bersirkulasi? Apakah ia berhenti bersirkulasi karena kita sibuk bekerja?
Tidak, mereka tidak berhenti. Apapun yang kita lakukan, nafas kita
tetap mengalir tanpa henti. Dada kita mengembang dan mengempis, setiap
organ tubuh berdenyut, setiap akar rambut tumbuh, dan setiap lubang
pori-pori bekerja setiap saat. Jika mereka bisa melakukan fungsinya,
maka apakah kita bisa selalu memiliki niat kepada Tuhan?
Niat dan kepercayaan kita terhadap Tuhan
harus selalu bersama kita, sebagaimana mengalirnya nafas kita. Iman kita
harus konstan. Pikiran-pikiran tersebut, niat kita terhadap Tuhan,
nafas tersebut, perkataan tersebut, penglihatan tersebut, dan gema
tersebut sebaiknya bekerja secara terus-menerus sebagaimana organ-organ
tubuh yang berfungsi secara otomatis. Itulah yang dinamakan Zikir,
mengingat Tuhan. Jika kau selalu berusaha mengingat Tuhan sebagaimana
organ tubuh yang berfungsi di dalam tubuhmu, maka itulah yang di namakan
ibadah.
Ini bukanlah suatu beban yang berat untuk
dipikul. Yang lain semuanya bekerja secara otomatis; jika hal ini juga
dapat bekerja secara otomatis, maka inilah yang di namakan Rahmat Tuhan.
Rahmat inilah yang harus kita sebarkan ke segala sesuatu. Seperti hujan
yang memberikan begitu banyak kenikmatan dan kesejukan, kita selayaknya
memuaskan dahaga orang-orang yang kehausan. Kita selayaknya
menghilangkan kelaparan orang lain dan mencoba untuk menenangkan
keletihan mereka. Inilah Tugas yang harus kita lakukan.
Anakku, kita tidak selayaknya mengatakan,
“Ini sulit, hal itu begitu sulit,” atau “Hal ini tidak mungkin”.
Apa-apa yang kita bawa di dalam diri kitalah yang begitu berat. Ketika
hujan turun dan terjadi banjir, kau bisa melihat pohon-pohon dan
kapal-kapal mengapung di atas air. Tetapi ketika kau mencoba mengangkat
pohon dari tanah, hal ini sangat berat. Jika kita mencoba mengangkat
pohon sendirian, akan terasa sangat berat. Sama halnya, jika kau mencoba
memikul sebuah kapal, terasa sangat berat. Tetapi ketika kapal tersebut
berada di air, apakah ia berat? Tidak, kapal tidak terasa berat bagi
air. Ketika kita meletakkan kapal di air, apakah yang terjadi? Kita bisa
memenuhinya dengan beban tujuh kali berat kapalnya dan tetap tidak
terasa berat bagi air.
Anakku yang mulia, segala beban-beban dan
apa-apa yang berat yang kita kumpulkan selama hidup kita sama seperti
ini. Kita mencoba membawa mereka bersama kita. Kita mencoba membawa
bumi, kita mencoba membawa udara, kita membawa hasrat kita, kita membawa
keterikatan terhadap dunia dan kecintaan terhadap hubungan-hubungan
kita. Hal-hal ini begitu berat karena kita mencoba membawanya melawan
gravitasi bumi.
Tetapi jika kau menjadikan setiap nafas membawa gema dari La ilaha, ill-Allahu- Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Hanya Allah yang ada; jika kau bisa mengambil setiap beban ini dan menyerahkannya kepada Dia Hu, ill-Allahu, ini seperti menyerahkan semua beban kedalam kapal tersebut. Lalu kau tidak memiliki beban lagi. Kau tidak memiliki beban untuk dibawa lagi. Sebagaimana air yang bisa menahan sebuah kapal, Allah akan membawa semua beban-bebanmu. Beban-beban ini tidak berat bagiNya, sebagaimana air tidak merasakan beratnya kapal dan beban-beban yang ada di dalam kapal tersebut. Jika kau berserah diri kepada Tuhan dalam keadaan seperti itu, tidak ada lagi beban untuk mu; Allahu akan membawa semua beban-beban tersebut. Tetapi jika kau hanya memberikan setengahnya kepada air dan kau berusaha membawa setengah lainnya, bagaimana kau akan memikulnya? Bagaimana kau akan membawanya?
Tetapi jika kau menjadikan setiap nafas membawa gema dari La ilaha, ill-Allahu- Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Hanya Allah yang ada; jika kau bisa mengambil setiap beban ini dan menyerahkannya kepada Dia Hu, ill-Allahu, ini seperti menyerahkan semua beban kedalam kapal tersebut. Lalu kau tidak memiliki beban lagi. Kau tidak memiliki beban untuk dibawa lagi. Sebagaimana air yang bisa menahan sebuah kapal, Allah akan membawa semua beban-bebanmu. Beban-beban ini tidak berat bagiNya, sebagaimana air tidak merasakan beratnya kapal dan beban-beban yang ada di dalam kapal tersebut. Jika kau berserah diri kepada Tuhan dalam keadaan seperti itu, tidak ada lagi beban untuk mu; Allahu akan membawa semua beban-beban tersebut. Tetapi jika kau hanya memberikan setengahnya kepada air dan kau berusaha membawa setengah lainnya, bagaimana kau akan memikulnya? Bagaimana kau akan membawanya?
Anakku yang mulia, tolong renungkan hal
ini. Air hanya akan dapat menahan kapalnya ketika engkau memberikan
seluruh kapalnya kepada air. Maka sebanyak apapun beban yang kau
berikan, air masih dapat menahannya. Sama seperti itu, kita harus
menyerahkan beban-beban kita seluruhnya kepada Tuhan, dan berkata, “La
ilaha, Tidak ada Tuhan selain Allah, ill-Allahu, hanya Engkau yang ada,
Oh Tuhan.” Dan Dia Yang Maha Bijak di seluruh Alam Semesta, Sang
Rahmatul-‘alamin, akan membawa semua beban-beban kita yang berat.
Semakin banyak beban yang kau berikan kepadaNya, semakin banyak yang
akan Ia bawa.
Jika kau renungkan hal ini, kau akan
menyadari bahwa jika kita hidup dalam keadaan seperti ini, berserah diri
kepada Tuhan, maka kita tidak akan memiliki ketakutan ataupun kesulitan
di dalam hidup. Dan ibadah kepada Tuhan menjadi begitu mudah.
Kesulitannya terletak pada perbuatan kita yang mencoba membawa
beban-beban tersebut dari bumi dan mencoba untuk menyerahkan beban-beban
tersebut kepada Allah. Selalu terdapat ikatan keturunan, ras, dan agama
yang mendorong kita. Kita membawa mereka, dan hal-hal itulah yang
memberi kita beban. Tetapi jika kita bisa mengambil beban ini dan
berserah diri kepada Tuhan, maka ibadah akan menjadi sangat mudah, untuk
mencapai Tuhan menjadi mudah, untuk berbicara kepadaNya menjadi mudah,
untuk menerima kearifanNya menjadi mudah, untuk bersatu denganNya
menjadi mudah, dan mencapai kerajaanNya menjadi Mudah. Kita harus
memikirkan hal ini. Kita harus merenungkan segala sesuatunya.
Anakku yang mulia, cahaya-cahaya
permataku, kau harus berusaha untuk mencapai keadaan ini. Anakku yang
tersayang, setiap dari kita harus berusaha untuk mengurangi beban-beban
yang kita bawa bersama kita. Kita harus menyingkirkan beban-beban kita;
kita harus berusaha. Semua masalah ini adalah akibat tingkah laku kita.
Semua anakku, kita harus memikirkan
tentang hidup kita. Kita harus memikirkan tentang kewajiban dan
perbuatan-perbuatan Tuhan. Kita harus mengerti hal tersebut dan berusaha
untuk hidup dalam keadaan tersebut. Semoga ibadah kita berada dalam
keadaan tersebut, dan mari kita berusaha untuk meraih singgasana Tuhan.
Hal itu akan menjadi kemenangan bagi hidup kita. Itulah keagungan dari
manusia dan kejernihan dari kearifan kita.
Anakku yang mulia, cahaya-cahaya
permataku, semoga setiap dari kamu memikirkan hal ini. Berusahalah untuk
berjalan dijalan yang lurus, dan berusaha untuk menilai diri kita.
Untuk beribadah kepada Tuhan mudah, tetapi untuk mengerti sifat-sifatNya
dan untuk berjalan pada jalan inilah yang sulit. Jadi mari kita
berjuang untuk mencapai maqam tersebut. Amin. Amin.
As-salamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatu Kullahu. Semoga keselamatan Allah bersamamu dan Rahmat Allah dan Barokah Allah.
As-salamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatu Kullahu. Semoga keselamatan Allah bersamamu dan Rahmat Allah dan Barokah Allah.
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
********
Cinta Sekecil Atom
Salah seorang tetangga Nabi Musa pernah
berkata,” Musa, karena engkau akan pergi ke bukit Sinai dan berdialog
dengan Tuhanmu – tolong katakan pada-Nya agar mengirimi aku cinta,
karena aku tidak memiliki rasa cinta bagimu dan Dia. Biarkan Dia
kirimkan cinta, agar hatiku bahagia.”
Ketika sampai di Sinai dan telah
menyelesaikan apa yang Musa ingin lakukan, beliau lupa akan pesan
tetangganya, Allah-lah Yang mengingatkan beliau. “ Ya Musa, mengapa
engkau lupakan tetanggamu ? Bukankah engkau berjanji padanya untuk
menyebutnya dalam Hadirat-Ku ? “
“ Ya Tuhan, maafkan saya.”
“ Apa yang dia minta ?”
“ Dia membutuhkan cinta.”
“ Pulanglah dan katakan pada tetanggamu, Aku sedang mengirim cinta sekecil atom ke dalam hatinya.”
“Ya Allah, mohon kirimkan lebih dari itu, Engkaulah Yang Maha Pemurah.”
“Tidak. Itu sudah cukup.”
Musa kembali ke rumahnya dan mencari tetangganya. Ketika beliau menemukannya, tetangga itu tidak lagi berada didunia ini. Matanya terbuka lebar, kedua tangannya terangkat ke atas, mulutnya menganga. Dia tidak bergerak sedikitpun ataupun merasakan sesuatu.
“ Oh tetanggaku,” kata Musa “ Kabar baik, Tuhan sedang mengirimkan sebutir cinta pada hatimu.”
Namun tetangga itu demikian asyiknya sehingga tidak merasakan kehadiran Musa.
“ Ya Tuhan, maafkan saya.”
“ Apa yang dia minta ?”
“ Dia membutuhkan cinta.”
“ Pulanglah dan katakan pada tetanggamu, Aku sedang mengirim cinta sekecil atom ke dalam hatinya.”
“Ya Allah, mohon kirimkan lebih dari itu, Engkaulah Yang Maha Pemurah.”
“Tidak. Itu sudah cukup.”
Musa kembali ke rumahnya dan mencari tetangganya. Ketika beliau menemukannya, tetangga itu tidak lagi berada didunia ini. Matanya terbuka lebar, kedua tangannya terangkat ke atas, mulutnya menganga. Dia tidak bergerak sedikitpun ataupun merasakan sesuatu.
“ Oh tetanggaku,” kata Musa “ Kabar baik, Tuhan sedang mengirimkan sebutir cinta pada hatimu.”
Namun tetangga itu demikian asyiknya sehingga tidak merasakan kehadiran Musa.
Allah-pun memanggil Musa dan mengatakan :
“ Ya Musa, walaupun engkau menggiling tubuhnya, dia tidak akan
merasakan apapun, dia hanya merasakan Aku.”
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
*************
Dialog Seorang Sufi Dengan Para Remaja Dan Orang Tua Mengenai Narkoba Dan Minuman Keras
Bawa Muhaiyaddeen: Aku berikan cintaku
untukmu, anakku. Apakah ada pertanyaan yang ingin engkau tanyakan, atau
haruskah aku yang berbicara terlebih dahulu, dan kemudian kalian bisa
mengajukan pertanyaan? Jika kalian memiliki pertanyaan, silahkan
bertanya.
Remaja: Saya memiliki seorang teman yang menginginkan saya pergi berkelana dengannya mengikuti sebuah band grup musik rock mengelilingi kota-kota. Saya katakan kepadanya bahwa saya sudah pernah mengikuti perjalanan seperti ini dan saya berpikir bahwa hal itu bukanlah suatu perbuatan yang baik untuk dilakukan. Saya berusaha menjelaskan bahwa perjalanan itu bukanlah sebuah ide yang baik, tetapi penjelasan saya tidak masuk akal baginya. Dia ingin mengetahui darimana saya mendapatkan ide dan penjelasan ini. Saya mengatakan padanya bahwa saya mengerti mereka dari beberapa hal yang telah engkau katakan kepadaku, tetapi dia benar-benar tidak bisa mengerti.
Remaja: Saya memiliki seorang teman yang menginginkan saya pergi berkelana dengannya mengikuti sebuah band grup musik rock mengelilingi kota-kota. Saya katakan kepadanya bahwa saya sudah pernah mengikuti perjalanan seperti ini dan saya berpikir bahwa hal itu bukanlah suatu perbuatan yang baik untuk dilakukan. Saya berusaha menjelaskan bahwa perjalanan itu bukanlah sebuah ide yang baik, tetapi penjelasan saya tidak masuk akal baginya. Dia ingin mengetahui darimana saya mendapatkan ide dan penjelasan ini. Saya mengatakan padanya bahwa saya mengerti mereka dari beberapa hal yang telah engkau katakan kepadaku, tetapi dia benar-benar tidak bisa mengerti.
Pada dasarnya, saya rasa adalah ide yang
baik jika Bawa bisa memberikan ceramah mengenai beberapa hal yang
berbahaya yang sedang terjadi di dunia saat ini. Beberapa dari anak-anak
disekitar kita sekarang sedang berada pada umur dimana mereka ingin
pergi keluar bergaul, dan mungkin mereka tidak cukup bijak untuk
melindungi diri mereka dari hal-hal yang berbahaya. Mereka mungkin tidak
cukup mengetahui tentang obat-obatan dan pengaruh yang ditimbulkan dari
teman mereka.
Bawa Muhaiyaddeen: Aku berikan cintaku
untukmu, anakku. Tolong dengarkan baik-baik. Jika terdapat seekor kuda
yang hidup di kota kemudian pergi meninggalkan kota dan menuju hutan
belantara untuk bergabung dengan kuda liar, latihan yang telah diberikan
kepadanya akan terlupakan, dan akan sangat sulit untuk ditangkap dan
dilatih kembali. Ia akan terbiasa dengan liarnya hutan dan
sifat-sifatnya akan berubah. Jika engkau ingin menangkapnya, engkau
harus bersahabat dengannya dan membujuknya untuk kembali ke kota. Hal
ini akan membutuhkan waktu yang lama, dan walaupun engkau bisa
melakukannya, dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk melatihnya
kembali. Bahkan bisa membahayakanmu ketika engkau berusaha untuk
melatihnya kembali. Engkau bisa celaka. Engkau bahkan bisa jatuh dari
kudanya dan mematahkan lengan atau punggungmu. Ketika engkau mencoba
untuk melakukan sesuatu seperti ini, hal ini akan sangat berbahaya.
Tetapi, jika engkau membeli kuda yang
telah berada dikota sepanjang waktu, akan sangat mudah untuk
ditunggangi. Engkau bahkan bisa melatihnya lebih jauh dan mengajarkan
kearifan yang baik kepadanya. Hal ini akan membuatmu aman melanjutkan
perjalananmu.
Dengan cara yang sama dimana kuda kota
yang tersesat dari jalan yang benar dan pergi menuju hutan belantara,
terdapat juga manusia yang tersesat dari jalan yang benar. Sebagai
hasilnya mereka menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan buruk. Mencoba untuk
menasehati mereka akan sangat berbahaya.
Jadi engkau harus berpikir, “Manusia ini
seperti kuda. Dia belum memperlajari apa-apa yang baik. Saya beruntung
telah mengetahui hal ini pada diriku. Saya meninggalkan hidup yang liar
dan datang ke kota. Sekarang saya mengerti apa-apa yang baik. Tetapi
manusia kuda ini tetap belum mengerti, dan adalah tidak bijak bagi saya
untuk mencoba menasehatinya. Hanya setelah dia mengalami
kesulitan-kesulitan, kesedihan dan penderitaan yang telah saya alami.
Hanya setelah singa-singa dan harimau dengan berwajah manusia datang
menerkamnya dan dia harus berlari untuk menyelamatkan dirinya yang akan
membawanya ke kota untuk dilatih. Sebaliknya dia tidak akan berusaha
untuk belajar. “Hanya setelah dia menghadapi bahaya yang sama seperti
yang telah engkau hadapi, baru ia akan berpikir untuk berubah.
Sebaliknya ia tidak akan berubah.
Jangan pernah mencoba untuk memberi
nasehat kepada orang yang tidak memiliki kearifan. Engkau harus
menghindar dari orang-orang seperti itu. Pelajarilah keadaan seseorang
sebelum engkau berbicara kepadanya. Jika engkau tidak melakukan ini, dan
engkau mencoba untuk menasehati seseorang, hasilnya akan berbahaya. Hal
ini akan seperti melempar batu kepada sebuah gunung. Batu yang engkau
lemparkan akan terpecah menjadi beberapa bagian dan memantul kembali
menyakiti dirimu. Ingat, jika engkau mencoba menasehati seseorang yang
tidak mempunyai kearifan, akibatnya akan mengenaimu kembali dan
mengakibatkan bahaya yang besar kepadamu. Hal ini akan membuat musuh
bagimu dan engkau akan dibenci.
Jangan mencoba memberi makan singa dengan
rumput. Jangan memberikan daging kepada kerbau. Mereka tidak akan
memakannya. Dengan hal yang sama, jangan memberi nasehat kepada orang
bodoh. Dia tidak akan menerimanya. Hanya memberikan kepada mereka yang
berusaha untuk berubah. Hanya berikan kepada mereka yang memiliki
kesadaran akan hal itu. Lalu ia akan mengambilnya dan menggunakan
manfaat yang ada di dalamnya. Apakah engkau mengerti? Gunakan kearifanmu
dengan cara seperti ini. Cara itu akan baik. Dalam sikap seperti ini
seharusnya kalian menggunakan kearifan kalian.
Remaja: Ini adalah bagian yang ingin saya
dengar. Alasan utama saya membawa pertanyaan ini adalah agar Bawa bisa
mengatakan kepada kami mengapa obat-obatan tidak baik bagi siapapun.
Obat-obatan ini sangat menjamur sekarang, dan banyak kaula muda yang
menggunakannya. Bisakah Bawa mengatakan kepada kami kenapa kami harus
menghindari obat-obatan ini?
Bawa Muhaiyaddeen: Baiklah, kita akan
berbicara tentang hal itu. Aku berikan cintaku untukmu, cucuku, anakku,
putra dan putriku. Apakah tujuan dari hidup kita? Anakku, alasan kita
datang ke sini, tujuan kita di dalam kehidupan, adalah untuk belajar dan
mengerti tentang rahasia Ayah kita* dan rahasia dari kerajaan surga.
Ini adalah tujuan dari hidup.
Sekarang, ketika kita membeli sebuah
ladang, tujuan kita adalah untuk menghasilkan panen yang baik. Ini hanya
karena kita percaya bahwa ladang tersebut akan membawa keuntungan
kepada kita dan manfaat setelah kita membelinya. Terkadang kita membeli
tanah untuk membangun rumah dan terkadang kita membeli tanah untuk
bercocok tanam. Selain itu, tidak ada gunanya untuk membeli tanah. Kita
harus membuatnya berguna. Kita harus mengetahui apakah tanahnya baik
untuk membangun sebuah rumah ataukah untuk bercocok tanam. Sebuah rumah
harus dibangun pada dataran tinggi sehingga air tidak akan
membanjirinya. Ladang harus dibangun pada dataran rendah sehingga air
akan tersedia. Anakku, engkau harus memikirkan dan mengerti akan hal
ini.
Jika tanahnya cocok untuk bercocok tanam,
engkau harus mengetahui bagaimana cara untuk mengolahnya. Lalu, engkau
harus menentukan benih apa yang akan tumbuh dengan baik di tanahnya.
Engkau harus mengetahui bakteri apa yang ada di tanahnya. Engkau harus
mengetahui serangga apa saja yang ada di sana. Engkau harus mengetahui
berapa panjang akar dari benih yang akan tumbuh dan berapa jauh akar
pohon yang akan tumbuh ke bawah. Engkau harus mengetahui dimana pohon
yang paling besar akan ditanam dan dimana tanaman kecil akan ditanamkan.
Engkau harus mengetahui dimana dan bagaimanakah cara menanamkan sebuah
pohon yang menghasilkan buah. Jika terdapat bagian yang memiliki batu,
beberapa pohon bisa ditanam di sana. Jika terdapat bagian yang memiliki
tanah yang lunak, tanaman kecil seperti padi dan ubi-ubian bisa ditanam
di sana. Semua hal ini harus dipertimbangkan untuk menghasilkan ladang
yang berhasil.
Sekarang, dengan cara yang sama kita
bekerja keras untuk menyiapkan tanahnya dan membuatnya indah agar kita
bisa mendapatkan manfaat darinya, kita juga harus bekerja keras untuk
menyiapkan rumah dari kehidupan kita. Rumah dari kehidupan kita seperti
ladang tersebut. Kita harus mengetahui dimana kita seharusnya membangun
rumah bagi jiwa dan rumah bagi surga kita. Kita harus mengerti hal ini
di dalam hati kita dan berusaha untuk membangun rumah tersebut. Kita
harus memikirkan bahan apa yang kita butuhkan. Kita harus bertanya
kepada diri kita, “Bagaimana kita seharusnya mengolah kehidupan kita?”
Seperti apakah keadaan pikiran kita, hasrat kita, hati terdalam kita?
Kita harus mengerti akal pikiran kita, yang sama seperti ladang, yang
akan dilakukan untuk kita. Apakah yang akan dilakukan pikiran, hasrat,
keangkuhan, karma, kemarahan, kekikiran, keterikatan, fanatisme, dan iri
hati pada diri kita? Apakah yang akan dilakukan minuman keras, syahwat,
pencurian, pembunuhan, dan dusta pada diri kita? Apakah yang akan
dilakukan iri hati, keraguan, kecurigaan, berbangga diri, dan egoisme
pada diri kita? Apakah yang akan dilakukan semua hal ini pada diri kita?
Ini adalah serangga-serangga yang akan menghancurkan ladang kita dan
memakan kehidupan kita. Sifat-sifat buruk ini adalah seperti
serangga-serangga yang akan menghancurkan ladang yang baik di dalam
kehidupan kita. Mereka akan menghancurkan rumah kita dan seluruh
sifat-sifat baik kita. Seluruh kehidupan kita, seluruh bentuk diri kita,
akan tidak berguna atau bermanfaat sama sekali.
Tuhan telah memberikan rumah ini yang merupakan tubuh kita, dan di dalam tubuh ini adalah sebuah kekuatan besar. Di dalam kehidupan kita adalah sebuah kebenaran yang misterius. Kita perlu memikirkan tentang hal ini. Dengan hal yang sama ketika kita perlu untuk menganalisa dan mengerti tanahnya sebelum kita menanam di ladangnya, kita harus mengerti dan menganalisa hidup kita. Kita harus mengetahui hal-hal apa saja yang dapat menghancurkan hidup kita, dan kita harus mengetahui hal-hal apa saja yang dapat menggoda kita dan merusak pertimbangan kita.
Tuhan telah memberikan rumah ini yang merupakan tubuh kita, dan di dalam tubuh ini adalah sebuah kekuatan besar. Di dalam kehidupan kita adalah sebuah kebenaran yang misterius. Kita perlu memikirkan tentang hal ini. Dengan hal yang sama ketika kita perlu untuk menganalisa dan mengerti tanahnya sebelum kita menanam di ladangnya, kita harus mengerti dan menganalisa hidup kita. Kita harus mengetahui hal-hal apa saja yang dapat menghancurkan hidup kita, dan kita harus mengetahui hal-hal apa saja yang dapat menggoda kita dan merusak pertimbangan kita.
Sekarang, ketika engkau melihat pemabuk
menelusuri jalan, amati bagaimana ia berjalan. Lihat bagaimana ia jalan
sempoyongan dan menabrak semua orang yang dilewatinya. Sekarang lihat
manusia yang menggunakan obat bius. Dia akan tertawa, dia akan menangis,
dia akan mengangguk dengan lidahnya menjulur keluar, dan dia akan
melakukan segala jenis perbuatan gila. Dorongan apapun yang ada di
pikirannya, akan terwujud di luar. Pikiran seseorang yang menggunakan
minuman keras dan obat bius seperti heroin dan mariyuana melihat hal
yang sama. Apapun yang dipikirkannya ia akan melihatnya di luar.
Jika engkau melihat seseorang yang
menggunakan heroin, engkau akan melihat keadaannya. Pertama, dia akan
memakainya. Lalu dia akan mengantuk dan mulai merasakan halusinasi.
Kepalanya akan tertunduk dan dia akan jatuh tertidur dengan lidahnya menjulur keluar. Jika engkau mencoba untuk membangunkannya, dia akan mendorongmu. Dia tidak akan mampu untuk duduk. Orang-orang yang melihatnya akan mengetahui bahwa ia sedang terbius. Dalam keadaan ini, dia akan kehilangan rasa malunya dan kemuliaan dari hidupnya.
Kepalanya akan tertunduk dan dia akan jatuh tertidur dengan lidahnya menjulur keluar. Jika engkau mencoba untuk membangunkannya, dia akan mendorongmu. Dia tidak akan mampu untuk duduk. Orang-orang yang melihatnya akan mengetahui bahwa ia sedang terbius. Dalam keadaan ini, dia akan kehilangan rasa malunya dan kemuliaan dari hidupnya.
Mariyuana adalah obat bius yang akan
menumpulkan otak. Ketika seseorang menghisap obat bius, ia akan melihat
di luar apapun yang di pikirkannya. Dia mungkin akan berpikir, “Hari ini
aku akan bercinta dengan gadis ini. Gadis tersebut akan datang hari
ini. Aku harus bertemu dengannya dan memeluknya hari ini.” Lalu, dia
membayangkan melihatnya di hadapannya. Setiap orang yang lewat di
depannya akan terlihat seperti gadis tersebut. Dia akan senyum kepada
setiap orang yang dia lihat, berpikir bahwa dia sedang melihat gadis
yang diinginkannya. Ketika efek dari obat bius mulai menghilang, dia
akan menjadi sedih dan mulai menangis. Dia akan menangis, dia akan
tertawa, dan nalarnya akan menjadi tumpul.
Apapun yang dia pikirkan saat dia sedang
menggunakan obat bius, itulah yang akan di alaminya. Jika ia menghisap
obat bius dengan pikiran sedang memukul seseorang, dia akan pergi dan
berkelahi dengan seseorang. Dalam keadaan ini dia mungkin berpikir,
“Ayah dan ibuku tidak memperdulikanku. Lihat apa yang akan aku lakukan
kepada mereka!” Lalu, dia mungkin akan pergi ke rumah mereka dan
menghancurkan segala sesuatu. Obat bius ini akan menghancurkan hidupnya
dan sifat-sifat baiknya. Obat bius juga akan menghancurkan kehormatan
orangtua mereka di masyarakat. Obat bius seperti mariyuana akan
menyebabkan begitu banyak kesulitan seperti ini.
Pada zaman dahulu, ada beberapa pertapa
yang mengisap mariyuana. Sepuluh ribu tahun yang lalu mereka menghisap
tumbuhan ini di hutan. Mereka menghisapnya untuk tujuan tertentu. Hal
itu memungkinkan mereka untuk melihat di dalam meditasi mereka tuhan
apapun yang mereka pikirkan ketika menghisap obat biusnya. Mereka
berfokus pada satu titik sebagai tuhan mereka. Mereka mungkin sedang
memikirkan mengenai tuhan ular, tuhan sapi, atau tuhan harimau. Duduk di
dalam meditasi mereka menghisap mariyuana dan kemudian mereka akan
mulai melihat hanya tuhan yang mereka harapkan untuk dilihat. Mereka
akan menjadi lupa akan sekitarnya. Mereka hanya fokus pada satu titik.
Tetapi mereka yang menghisap obat bius
pada saat ini memiliki begitu banyak jutaan pikiran, dan perbuatan
mereka adalah tidak berguna dan tanpa tujuan. Setidaknya para pertapa di
hutan melakukannya untuk mencapai suatu keadaan. Tetapi jika engkau
menggunakan obat bius pada saat ini, hidupmu akan rusak.
Ketika seseorang menggunakan heroin, dia
tidak akan mampu berkerja. Jika dia melanjutkan untuk menggunakan obat
bius ini, dia akan menumbuhkan penyakit dan tidak ada yang dapat
merubahnya. Jika dia tidak memiliki uang untuk obat bius, dia akan mulai
untuk mencuri atau bahkan membunuh. Dia akhirnya akan tergeletak di
tanah seperti mayat. Dia bahkan tidak akan mengetahui apakah dia
menggunakan pakaian atau tidak. Dia tidak akan mengenali istri dan
anaknya. Dia tidak akan mengetahui apakah seseorang adalah pria atau
wanita. Seluruh hidupnya akan berakhir. Ketika orang-orang melihatnya
mereka akan berkata, “Oh, lihat orang mabuk itu di jalan.”.
Mariyuana, heroin, kokain, arak, wiskey,
bir, dan champagne, semua adalah zat-zat yang akan menghancurkan dan
membunuh manusia. Zat-zat tersebut akan membunuh kearifannya,
kebenarannya, dan keindahannya. Zat-zat tersebut akan menghancurkan
keindahan pada wajahnya, keindahan dari hatinya, dan keindahan dari
hidupnya. Zat-zat ini bisa merubah manusia menjadi orang gila.
Beberapa di antaramu telah mengalami hal
ini. Sudahkah engkau mengamati orangtuamu? Pada zaman sekarang, banyak
orangtua yang menggunakan obat bius dan alkohol. Dalam keadaan ini
apakah mereka memiliki pikiran atau pertimbangan akan pasangannya atau
anak mereka? Tidak. Beberapa di antaramu telah mengalami hal ini,
sudahkah? Jika engkau belajar dari pengalaman ini, engkau tidak akan
menggunakan obat bius. Engkau seharusnya berpikir, “Oh, inilah yang
dilakukan orangtuaku. Aku sebaiknya tidak mengulangi kesalahan mereka
dan mengalami penderitaan yang sama, atau hidupku juga akan hancur.”
Engkau harus memikirkannya dan belajar dari pengalamanmu.
Amati apa yang terjadi ketika seseorang
menggunakan heroin, mariyuana, atau kokain, atau pergi ke bar dan
diskotik, atau menyewa pelacur, atau melakukan tarian rock and roll.
Engkau harus melihat hal ini. Apakah yang terjadi di tempat ini? Apakah
hasil dari setiap perbuatan ini? Apakah yang terjadi ketika seseorang
berprilaku seperti ini? Bahaya apakah yang akan ditimbulkan dari
perbuatan ini? Engkau harus benar-benar memikirkan hal ini. Seorang ibu
bisa kehilangan seorang anak. Sang anak kehilangan seorang ibu. Tingkah
laku dan sikap baik mereka telah hilang.
Apakah perbedaan diantara binatang dan
orang-orang yang berada dalam keadaan ini? Sudahkah engkau melihat
bagaimana orang-orang menari di televisi dan cara mereka melompat-lompat
seperti binatang? Sudahkah engkau melihat hal ini? Apakah ini menari?
Hal itu lebih buruk daripada yang dilakukan binatang. Setidaknya bagian
pribadi dari binatang tersebut tertutupi oleh bulu mereka. Bahkan dada
mereka lebih rendah dari tubuh mereka sehingga tersembunyi. Tetapi
orang-orang lebih buruk daripada binatang. Mereka bahkan tidak menutupi
bagian belakang mereka.
Manusia telah diberkati dengan empat
kebajikan yaitu kesopanan, sikap hati-hati, kesungguhan hati, dan takut
akan berbuat salah. Ketika engkau melakukan hal ini, kebajikanmu akan
hilang. Sapi, kambing, dan binatang lainnya memiliki ekor yang menutupi
bagian pribadi mereka. Tetapi manusia memperlihatkan semuanya dan
memamerkan diri mereka sendiri.
Sekarang, seekor sapi hanya
memperlihatkan dirinya kepada pasangannya saja. Setiap beberapa tahun
terdapat beberapa musim dimana sapi akan mengangkat ekornya dan
mengijinkan sapi jantan untuk kawin dengannya. Jika sapi jantan
mendekatinya pada waktu yang lain, dia akan menendangnya. Jika seekor
sapi berada dalam keadaan ini, keadaan seperti apa yang seharusnya ada
pada manusia yang begitu mulia? Tipe seperti apakah seharusnya seorang
manusia? Kita perlu untuk memikirkan hal ini.
Engkau adalah anak kecil. Engkau adalah anak yang cantik. Kita semua di sini sebagai anak laki-laki dan anak perempuan, sebagai saudara. Engkau adalah putra dan putriku, cucu-cucuku. Engkau harus berpikir. Apa hal yang memuliakan manusia, dan apa hal yang menghinakan manusia? Apa yang membuat hidup manusia mulia, dan apa yang membuat hidupnya hina? Engkau harus mengerti hal ini melalui pengalamanmu.
Engkau adalah anak kecil. Engkau adalah anak yang cantik. Kita semua di sini sebagai anak laki-laki dan anak perempuan, sebagai saudara. Engkau adalah putra dan putriku, cucu-cucuku. Engkau harus berpikir. Apa hal yang memuliakan manusia, dan apa hal yang menghinakan manusia? Apa yang membuat hidup manusia mulia, dan apa yang membuat hidupnya hina? Engkau harus mengerti hal ini melalui pengalamanmu.
Amati apa yang terjadi di sebuah rumah
tangga ketika ayahnya adalah seorang pemabuk dan ibunya seorang yang
baik, wanita yang damai. Pikirkan tentang berapa banyak kesulitan dan
masalah yang harus diberikan seorang pria kepada istri dan anaknya
ketika ia pergi ke tempat prostitusi. Atau jika wanita pergi dengan pria
lain dan suaminya adalah orang yang baik, engkau bisa melihat
kesulitan-kesulitan yang harus dialami anak dan suaminya. Engkau harus
memikirkan tentang apa yang engkau amati dan alami.
Engkau memiliki mata, engkau memiliki
telinga, engkau memiliki hidung, dan engkau memiliki lidah untuk
berbicara. Engkau juga memiliki qolbu untuk mengerti hal ini. Sudahkah
engkau mengerti, dengan menggunakan indra ini dan qolbumu, apakah yang
terjadi pada keluarga ini? Sudahkah engkau melihat perceraian,
kesulitan-kesulitan, dan masalah yang mereka derita? Sudahkah engkau
melihat alasan bagi penderitaan ini?
Seorang pria pergi keluar dan minum. Dia
pulang ke rumah larut malam terlambat dan berteriak dan memecahkan
apapun. Atau bisa jadi sebaliknya. Seorang wanita pergi keluar dan tidak
menjaga anaknya. Engkau harus memikirkan hal ini. Engkau harus mengerti
hal ini. Mengerti hal ini adalah pembelajaran sejati. Obat-obatan,
mariyuana, heroin, LSD, dan minuman memabukkan adalah penyebab
penderitaan manusia. Mereka mengubah manusia menjadi anjing, hantu,
keledai, kera, dan binatang lainnya. Hal inilah yang menghancurkan
manusia.
Ketika seseorang pergi bertempur dalam
peperangan, dia diberikan minuman memabukkan ini. Mengapa? Karena dia
akan menjadi seperti orang bodoh yang akan membabi-buta mengikuti apapun
yang diperintahkan kepadanya. Dia akan diperintahkan untuk pergi dan
membunuh, dan dia akan pergi dan membunuh. Tetapi, jika ia tidak
menggunakan minuman memabukkan ini, dia akan memilik kemurahan hati,
perasaan kasihan, dan belas kasih, dan tidak akan mampu melakukan
perbuatan keji ini. Dia tidak akan mampu untuk melakukan dosa-dosa ini.
Dia diberikan minuman memabukkan ini agar dia mengikuti perintah.
Kadang-kadang sebuah perlombaan kuda
diberikan obat-obatan dicampur dengan cairan ini untuk membuatnya
berlari lebih cepat. Obat bius memiliki kekuatan untuk merubah kemampuan
dari binatang dan manusia. Obat bius dapat merubah manusia dan
membuatnya mudah mendapatkan kecelakaan. Obat-obatan ini akan
menghancurkan seluruh hidupnya. Di dalam pengalamanmu mungkin engkau
telah melihat orang mabuk, para penjudi, orang-orang yang pergi ke rumah
bordil dan pergi berkeliling dengan wanita, dan orang-orang yang
menggunakan obat bius. Sudahkan engkau melihat bagaimana menderitanya
mereka dan mengalami begitu banyak kesulitan? Engkau harus belajar dari
setiap pengalaman ini.
Setiap anak harus mempelajari alasan
kenapa keluarga berpisah. Hal ini sering terjadi karena minuman keras.
Apa yang terjadi ketika seorang pria memulai untuk minum? Hal ini
dikatakan di dalam buku May a Veeram, atau Dorongan dari ilusi, yang
ketika seorang pria mabuk oleh alkohol, dia akan menjadikan pemikiran
apapun yang ada di pikirannya. Jika dia berpikir, “Hari ini aku harus
memberikan istriku pukulan yang baik,” dia akan mulai untuk bertengkar
dengan istrinya. Di lain waktu seorang wanita akan lewat di depannya
ketika dia sedang minum. Dia berpikir, “Oh, dia wanita yang menarik. Aku
harus mendapatkannya.” Lalu dia akan mulai menggodanya. Jika wanita
tersebut dalam keadaan yang sama, dia akan mengedipkan matanya dan
mengatakan, “Oh, aku di sini, ikut denganku.” Lalu apakah yang akan
terjadi? Dia akan menjadi pelacur. Dia akan berbicara dan tertawa untuk
mengalihkan pria tersebut. Lalu wanita itu akan memutarnya dan mengambil
apapun yang ada di dalam kantongnya. Dengan senyumnya dia akan
memikatnya dan membuat pria tersebut berada di bawah pengaruhnya.
Beberapa wanita seperti ini bahkan tidak
akan memberikan pria tersebut seks yang diinginkannya. Mereka akan
memberinya minum dan mencuri berapapun uang yang dia miliki. Beberapa
wanita adalah pelacur dalam berbicara. Karena itu, mereka memikatmu
dengan kata-kata mereka. Beberapa adalah pelacur menggunakan magic dan
hipnotis, dan lainnya adalah pelacur seks.
Di lain waktu ketika pria mulai minum
kembali, dia akan memiliki keinginan seksual. Lalu, dia akan mengingat
pelacur dan mulai mencuri apapun yang dilihatnya untuk membayar
pelacurnya. Dia bahkan akan mencuri barang milik anaknya, pakaian-pakain
istrinya, dan perhiasannya. Dia akan mengambil apapun yang terdapat di
dalam rumah dan menjualnya kemudian memberikan uangnya kepada wanita
yang diinginkannya. Jika pelacurnya tidak mendapatkan uang darinya,
pelacur itu tidak akan memenuhi keinginannya. Setiap waktu ketika pria
tersebut pergi bertemu pelacurnya dia akan bertanya untuk mendapatkan
lebih banyak lagi. Inilah yang terjadi. Pertama, pria mulai minum.
Kemudian, nafsu muncul di dalam dirinya. Untuk memuaskan keinginannya,
dia harus mencuri.
Para pecandu obat-obatan juga melakukan
hal ini. Para pemabuk dan pecandu obat-obatan keduanya pergi ke tempat
prostitusi untuk melakukan hal yang sama. Jika pecandu tidak memiliki
obat-obatan, dia harus mencuri. Dia bahkan akan mencuri dari ibunya
sendiri. Dia akan mencuri perhiasan ibunya. Dia akan mencuri dari rumah
lainnya. Dia akan melakukan apapun untuk membeli obat biusnya. Dia tidak
akan memiliki rasa malu, tidak memiliki perasaan aib, tidak berpikir
bagaimana dia sedang menghancurkan hidupnya, dan tidak berpikir bahwa
dia mungkin akan dimasukkan ke dalam penjara.
Apakah engkau mengerti? Ketika ketagihan,
manusia tidak dapat hidup tanpa obatnya. Dia akan melakukan apapun
untuk mendapatkannya. Jika dia tertangkap sedang mencuri sesuatu, dia
bahkan akan mencoba membunuh orang yang menangkapnya. Dia akan melakukan
pembunuhan agar bisa melarikan diri. Kemudian, dia akan lari. Dia akan
mulai merasa takut untuk dilihat oleh siapapun. Dia akan takut jika
polisi melihatnya. Dia akan lari ketakutan hingga polisi menangkapnya.
Cepat atau lambat dia akan tertangkap, dan kemudian dia akan mulai
berbohong.
Saat ini, dia telah melakukan lima dosa
dari mabuk-mabukan, nafsu jahat, pencurian, pembunuhan dan berbohong.
Bahkan jika engkau adalah teman wanitanya atau ibunya, semua yang engkau
percayakan kepadanya akan hilang. Engkau tidak akan melihatnya lagi.
Dia akan mengkhianati kepercayaanmu. Dia akan mengabaikan temannya.
Walaupun dia memiliki hubungan persahabatan di masa lalu, dia akan
berbuat curang dan berbohong kepadanya. Ketika kebenaran keluar, dia
akan berbohong lebih banyak lagi. Ketika dia dibawa ke pengadilan, dia
tetap akan berbohong. Dia akan berusaha untuk menghindar dengan
mengatakan kebohongan demi kebohongan. Kemudian, dia mungkin akan
dimasukkan ke dalam penjara. Dia mungkin bisa dipenjarakan seumur hidup,
atau dia mungkin akan digantung. Di dalam penjara, di akan memiliki
mengalami penderitaan yang tidak terkatakan. Hanya setelah dia akan
berpikir, “Perbuatan-perbuatan yang aku lakukan ini adalah salah.” Hanya
setelah dia tertangkap dan dipenjaran baru dia akan memikirkan hal ini.
Lalu, dia akan menangis. Dia akan melewati semua ini. Hanya setelah
hidupnya telah terperangkap di dalam penjara, baru dia akan berhenti dan
berpikir. Sebelum itu dia tidak akan berhenti. Inilah kenapa
mabuk-mabukan, nafsu jahat, pencurian, pembunuhan, dan berbohong
diketahui sebagai lima dosa yang jalan bersamaan.
Seorang pemuda mulai tergoda untuk
melakukan lima hal ini pada saat berumur sekitar empat belas tahun.
Remaja putri mulai memiliki hubungan dengan hal ini ketika mereka
berumur dua belas tahun. Pada saat-saat umur seperti inilah mereka mulai
dekat dengan teman-teman mereka. Mereka memiliki teman baik,
teman-teman yang menggunakan obat-obatan, teman-teman yang memiliki
kearifan, dan teman-teman yang memiliki sifat-sifat baik. Mereka
memperoleh berbagai macam teman.
Masa dimana hidup manusia akan menjadi
mulia atau hina adalah ditentukan pada saat umurnya dua puluh lima
tahun. Pada masa ini dia akan diasosiakan dengan teman baik, teman
buruk, teman-teman yang menggunakan obat-obatan, atau teman-teman yang
minum alkohol. Teman-teman ini dapat mempengaruhi dan merubahnya pada
saat itu. Jika pertemanannya buruk, mereka dapat merubahnya dan
membuatnya buruk. Mereka dapat membuatnya untuk menggunakan obat-obatan
seperti LSD, mariyuana, heroin, kokain. Mereka bisa membuatnya mencuri,
mengatakan kebohongan, pergi ke prostitusi, pergi ke bar dan diskotik,
dan menghabiskan waktu di taman. Teman-teman yang buruk akan mengajaknya
untuk bergabung bersama mereka dan mempengaruhinya untuk melakukan
hal-hal ini. Lalu hidupnya akan berakhir. Jika dia memiliki teman baik,
teman tersebut akan melihat bahwa dia akan menuju pada jalan yang baik
dan bergabung dengan kumpulan teman-teman yang baik.
Sekarang, engkau mencoba menolong temanmu
untuk menjadi baik, tetapi dia tidak menerima pertolonganmu, dan dia
pergi menjauh. Untuk mengajak orang bergabung di jalan yang benar adalah
sulit. Tetapi banyak orang yang mau untuk bergabung pada jalan yang
buruk. Kebanyakan adalah buruk. Jika engkau mencoba untuk membawa
seseorang menuju jalan yang baik adalah sangat sulit. Teman-teman yang
baik berada dalam minoritas. Teman-teman yang buruk berada dalam
mayoritas. Tetapi untuk mendapatkan teman yang baik adalah sangat sulit.
Dibutuhkan waktu untuk menemukan mereka. Hal inilah yang terjadi ketika
seseorang dalam masa pertumbuhan.
Jika seseorang berubah seperti temannya
yang buruk, seluruh hidupnya akan hancur. Ketika engkau melakukan
keburukan-keburukan ini, seluruh hidupmu akan teracuni. Sifat-sifat
buruk, kemarahan, menggunakan obat-obatan dan mabuk-mabukan, pikiran dan
perbuatan buruk adalah kuman yang akan menghancurkan hidupmu. Engkau
harus melepaskan diri dari hal-hal ini. Walaupun engkau sedang belajar
di sekolahmu, engkau harus belajar dari pengalamanmu sendiri. Engkau
telah melihat orang-orang tertawa dan menangis. Engkau telah melihat
seseorang menjual barang miliknya, bahkan pakaiannya, untuk membeli
obat-obatan. Engkau telah melihat orang mencuri barang orang lain dan
menjualnya untuk membeli obat-obatan. Apakah engkau mengerti? Engkau
telah melihat hal ini di sekelilingmu. Sudahkah engkau melihat hal-hal
ini di sekolahmu?
Bagaimana seseorang terjerumus ke dalam
keadaan ini? Inilah yang harus dipikirkan remaja putra dan putri. Ketika
seorang anak lahir, orang tuanya menginginkan anaknya agar sukses.
Mereka terikat pada anaknya dan mereka menginginkan anaknya untuk hidup
dengan baik. Sayangnya, beberapa orang tua itu sendiri berada dalam
keadaan buruk, dan anaknya, mengamati hal ini, mungkin akan mengikuti
langkah orangtuanya. Dalam hal ini, anak mungkin juga akan jatuh ke
dalam keadaan buruk sebagaimana orang tuanya. Bahkan jika mereka
memiliki orang tua yang baik, beberapa anak mungkin akan terpengaruhi
oleh teman yang ada di sekolah dan merubahnya lebih buruk lagi. Jadi,
terdapat anak-anak yang menjadi buruk karena keadaan orang tua mereka,
dan terdapat anak-anak dengan orang tua yang baik yang menjadi sesat
disebabkan oleh teman yang bergaul dengan mereka.
Dengan hal yang sama dimana hidup kita
dihancurkan oleh sifat-sifat iri hati, kebohongan, keraguan, balas
dendam, kecurigaan, kemarahan, berbangga diri, keangkuhan, karma, ilusi,
prasangka-prasangka pikiran, nafsu buruk, kebencian, kekikiran,
fanatisme, serakah, cemburu, minuman keras, pencurian, pembunuhan,
memisahkan karena warna kulit, dan perbedaan dari “aku” dan “kau”
obat-obatan juga akan menghancurkan hidup kita. Obat bius dan
sifat-sifat buruk pada dasarnya memiliki akibat yang sama. Tingkat
kemuliaan yang bisa kita raih dalam hidup kita tidak akan pernah
tercapai jika kita menyerahkan hidup kita kepada obat-obatan ini,
alkohol, dan sifat-sifat buruk.
Ketika engkau mengamati dengan teliti apa
yang terjadi di dunia ini, engkau akan mengerti hal ini. Beberapa
remaja akan datang kepadamu dan menangis, dan beberapa akan datang
kepadamu dengan tertawa. Beberapa adalah pendiam dan menyimpan apa-apa
bagi mereka sendiri. Beberapa mengeluh dan meratapi. Engkau harus
memikirkan keadaan ini dan memutuskan keadaan yang mana seharusnya
bagimu, dan menyadari bahwa engkau bisa merubah dan meningkatkan hidupmu
dengan sifat-sifat baik, prilaku baik, dan tindakan yang benar. Engkau
harus menghindari bagian yang buruk dan mencoba membawa hidupmu menuju
keadaan yang baik.
Aku berikan cintaku untukmu, cucuku,
anakku, putra dan putriku. Sekarang, terdapat suatu masa yang di
dalamnya engkau membangun kesuksesan atau kegagalan di dalam hidupmu.
Ketika aku melihat benua-benua dari Amerika, Eropa, Asia, Africa dan
Australia, aku melihat beberapa hal terjadi. Beberapa orang tua
mendorong anak mereka, apakah dia laki-laki atau perempuan, untuk pergi
keluar dan mencari teman-teman yang berlawanan jenis. Mereka berkata,
“Sebelum kamu menikah, kamu harus harus memiliki pengalaman tentang
hidup dan seks.” Orang tua mereka sendiri mengirim anaknya kepada dunia
untuk mengetahui tentang hal ini. Mereka mengirim anaknya untuk
menemukan teman-teman yang berlawanan jenis sehingga mereka memiliki
pengalaman sebelum menikah. Aku telah melihat beberapa orang tua
melakukan hal ini.
Sebagai hasil dari didikan ini, banyak anak-anak yang menjadi gila. Beberapa adalah anak-anak yang baik tetapi sekarang mereka telah menjadi gila. Terdapat orang tua yang seperti ini. Jika anak mereka mencoba untuk belajar kearifan, pergi berjalan pada jalan yang baik, dan meningkatkan diri mereka, orang tua mereka tidak akan menyukainya dikarenakan oleh prasangka mereka. Mereka akan berkata, “Kamu bisa menjadi hippies, pergi kemanapun, lakukan apa yang kau inginkan, pergi ke prostitusi, kamu boleh menggunakan obat-obatan, tetapi kamu tidak boleh ikut terlibat dengan orang-orang dari agama dari ras lain.” Terdapat orang tua yang mengatakan hal ini.
Sebagai hasil dari didikan ini, banyak anak-anak yang menjadi gila. Beberapa adalah anak-anak yang baik tetapi sekarang mereka telah menjadi gila. Terdapat orang tua yang seperti ini. Jika anak mereka mencoba untuk belajar kearifan, pergi berjalan pada jalan yang baik, dan meningkatkan diri mereka, orang tua mereka tidak akan menyukainya dikarenakan oleh prasangka mereka. Mereka akan berkata, “Kamu bisa menjadi hippies, pergi kemanapun, lakukan apa yang kau inginkan, pergi ke prostitusi, kamu boleh menggunakan obat-obatan, tetapi kamu tidak boleh ikut terlibat dengan orang-orang dari agama dari ras lain.” Terdapat orang tua yang mengatakan hal ini.
Aku mengatakan kepadamu mengenai hal-hal
yang telah terjadi di tempat tertentu. Anak-anak ini menjadi hancur
karena hal ini. Mereka tidak dapat pergi ke jalan yang baik. Dan ini
disebabkan oleh orang tua tertentu. Jadi banyak anak-anak yang telah
datang kemari dan mengatakannya kepadaku. Beberapa anak-anak ini sedang
berada di rumah sakit jiwa saat ini akibat ulah orang tua mereka.
Bagaimanapun, di beberapa negara asia,
para orang tua tetap mengajarkan anak mereka tingkah laku dan sikap yang
baik. Hingga anaknya melakukan pernikahan, orang tuanya menjaga mereka
di rumah dan membesarkan mereka. Mereka memiliki batasan dan memastikan
bahwa anaknya pulang ke rumah tepat waktu. Mereka membimbingnya dan
melihat mereka pergi ke sekolah. Hingga mereka melakukan pernikahan,
para orang tua melindungi dan membimbing mereka. Tetapi tempat seperti
di Amerika, Eropa, dan Australia, para orang tua mendorong anak-anaknya
untuk mencoba seks bahkan sebelum mereka menikah. Engkau tidak bisa
menemukan kebahagiaan hidupmu di dalam cara ini.
Jika seseorang menghidupi kehidupannya
hanya dengan satu pasangan dan mengalami seks hanya dengan satu
pasangannya tersebut, maka dia tidak akan mengetahui bagaimana
kenikmatan lainnya. Jika seorang pria atau seorang wanita hanya memilih
satu orang dan hanya mengalami seks dengan orang tersebut, lalu pria
atau wanita itu tidak akan menginginkan orang lain. Mereka tidak akan
mengetahui tentang kenikmatan atau penderitaan yang mungkin mereka alami
dengan orang lain. Mereka hanya ingin tetap dengan satu pasangannya
tersebut. Kendatipun terdapat banyak kebahagiaan, penderitaan dan
kesulitan-kesulitan, mereka akan tetap setia dengan pasangannya.
Bagaimanapun, jika mereka memiliki banyak
pengalaman, mereka berpikir, “Yang ini lebih baik dari yang itu, dan
yang itu lebih baik dari yang ini. Yang ini lebih nikmat daripada yang
itu, dan yang itu lebih nikmat daripada yang ini.” Sebagai hasilnya
mereka tetap berganti-ganti dan menjadi bercerai. Orang seperti itu bisa
memiliki anak dari seorang pria, dua anak dari pria lainnya, dan anak
lainnya dari orang lain. Mereka bahkan akan berkata, “Aku tidak
menginginkan anak ini.” Banyak masalah-masalah seperti itu dan
kesulitan-kesulitan yang didapat dikarenakan hal ini.
Jadi seorang wanita yang seharusnya hidup
untuk seratus tahun dengan kecantikan menjadi tua ketika dia berumur
dua puluh tahun. Ketika dia berumur dua puluh lima tahun, dia seperti
seorang nenek-nenek. Lalu dia harus pergi ke dokter bedah plastik untuk
menghilangkan kerutan yang ada di kulitnya. Tetapi bahkan dengan kulit
yang baru, dia tetap seorang yang tua. Masa mudanya telah hilang.
Masyarakat dan para orang tua di beberapa
negara membesarkan anak-anak mereka untuk menjadi seperti ini. Pada
umur empat belas atau lima belas tahun mereka mengirim anak mereka
keluar rumah dan membiarkan mereka melakukan apapun yang mereka suka.
Tanpa bimbingan, anaknya mengikuti emosi mereka sendiri dan mengalami
kesulitan yang besar hingga akhirnya mereka menjadi hancur.
Terdapat suatu masa dimana di dalamnya
anak-anak menjadi sesat dan pergi menuju jalan yang salah. Untuk remaja
putri adalah diantara umur dua belas hingga dua puluh tahun. Untuk
remaja putra adalah diantara umur empat belas hingga dua puluh lima
tahun. Ini adalah masa dimana hidup mereka menjadi hancur, pendidikan
mereka menjadi terganggu, hubungan mereka dengan orang tuanya menjadi
hancur dan prinsip-prinsip dan nilai-nilai kehidupan yang mulia
diabaikan.
Diantara umur dua belas hingga dua puluh
tahun, adalah masa dimana remaja putri menjadi terjerumus. Ini adalah
masa dimana mereka akan mencari teman pria dan teman yang menggunakan
obat-obatan. Ini adalah masa dimana mereka dapat mengikuti keinginan
seksual dan bertingkah laku seperti prostitusi. Dalam periode ini,
pendidikan mereka bisa hancur, mereka bisa keluar dari sekolah, dan
kearifan mereka bisa hancur. Pada periode ini mereka akan tergoda untuk
pergi ke pantai bersama teman prianya. Mereka mungkin akan pergi ke
Atlantic City atau California dan berjalan setengah telanjang. Semua hal
ini datang menggoda remaja putri ketika berumur diantara dua belas
hingga dua puluh tahun. Akibatnya sekolah mereka, tingkah laku baik
mereka, dan hidup mereka mungkin akan hancur. Para orang tua yang sangat
perduli dengan anak mereka harus benar-benar konsentrasi dalam menjaga
dan membimbing remaja putri mereka ketika berumur antar dua belas hingga
dua puluh tahun. Adalah sangat penting untuk mengarahkan mereka pada
umur ini.
Hal yang sama, kehidupan dari remaja
putra bisa hancur ketika berumur diantara empat belas hingga dua puluh
lima tahun. Ini adalah saat-saat penting bagi remaja putra. Para orang
tua harus menentukan batasan, menjaga mereka di rumah, dan melihat
bagaimana mereka belajar dengan baik ketika berumur diantar empat belas
hingga dua puluh tahun. Jika para orang tua melakukan hal ini, mereka
akan mampu dengan baik dalam pendidikan mereka, meraih cita-cita yang
tinggi, mendapatkan perkerjaan, dan meraih keadaan yang tinggi di dalam
kehidupan.
Adalah pada masa ini dimana para orang tua harus benar-benar menjaga anak mereka. Mereka harus membimbing mereka, memberikan mereka cinta, persahabatan, belas kasih dan pertolongan. Orang tua harus merangkul anak mereka dan mengajarkan mereka tingkah laku yang baik, sifat-sifat baik, dan kearifan. Setiap anak harus memikirkan hal ini. Ini adalah saat-saat dimana engkau bisa tersesat dan hidupmu bisa menjadi hancur. Ini adalah saat-saat dimana teman bisa menjadi pengaruh yang buruk bagimu. Ini adalah saat-saat dimana bahkan gurumu bisa salah membimbingmu. Ini adalah saat-saat dimana engkau bisa berubah dan berakhir di jalanan dan menjadi tersesat. Setiap anak harus memikirkan hal ini.
Adalah pada masa ini dimana para orang tua harus benar-benar menjaga anak mereka. Mereka harus membimbing mereka, memberikan mereka cinta, persahabatan, belas kasih dan pertolongan. Orang tua harus merangkul anak mereka dan mengajarkan mereka tingkah laku yang baik, sifat-sifat baik, dan kearifan. Setiap anak harus memikirkan hal ini. Ini adalah saat-saat dimana engkau bisa tersesat dan hidupmu bisa menjadi hancur. Ini adalah saat-saat dimana teman bisa menjadi pengaruh yang buruk bagimu. Ini adalah saat-saat dimana bahkan gurumu bisa salah membimbingmu. Ini adalah saat-saat dimana engkau bisa berubah dan berakhir di jalanan dan menjadi tersesat. Setiap anak harus memikirkan hal ini.
Jika engkau bisa mengatasi godaan pada
masa ini, engkau akan memiliki batas yang kuat di dalam hidupmu. Tuhan
akan memberikan tanda kepadamu dan berkata, “Ini adalah anak yang mulia.
Anak ini tidak akan pernah terhinakan.” Engkau akan mendapatkan tanda
itu dalam pendidikan dan pengetahuan, atau ilmu. Suatu saat ketika
remaja putra berhati-hati dan mendapatkan tanda itu, dia tidak akan
pernah tersesat. Dengan hal yang sama, ketika remaja putri mendapatkan
tanda itu, engkau bisa melihatnya dalam keadaan mulia. Tidak ada
siapapun yang bisa menyesatkannya atau menghancurkan hidupnya setelah
ini. Dia harus mendapatkan tanda itu pada masa-masa tersebut.
Jadi, engkau anakku harus berusaha untuk
mendapatkan tanda ini. Hidupmu bisa berupa keberhasilan atau kehancuran.
Jika engkau berjalan salah pada periode ini, seluruh hidupmu akan
berjalan menurun. Kemudian engkau akan menjadi seperti mayat. Tidak akan
ada perbedaan antara dirimu dan binatang. Setidaknya binatang memiliki
kebebasan pada hidup mereka, tetapi engkau bahkan tidak akan memiliki
kebebasan.
Seekor kuda dapat memiliki beberapa kedamaian. Tetapi engkau tidak akan memiliki kedamaian itu di dalam hidupmu.
Aku berikan cintaku untukmu, cucuku.
Engkau harus memikirkan hal ini. Engkau harus memikirkan dan merenungkan
hal ini. Berusahalah untuk membangun kelengkapan ini di dalam hidupmu.
Engkau harus berusaha untuk hidup di dalam sebuah cara dimana
kesempurnaan dari hidup tercipta lengkap. Jika engkau memberikannya
kepada obat-obatan dan memperoleh teman-teman yang buruk dan sifat-sifat
yang buruk, maka hidupmu akan terganggu dan semuanya akan hilang.
Hidupmu akan menjadi neraka yang panjang. Seluruh hidupmu akan menjadi
seperti iklan bagi neraka. Hidupmu itu sendiri akan menjadi papan iklan
bagi nereka. Putra-putra dan putri-putri engkau harus memikirkan hal
ini.
Anak-anak, engkau harus memikirkan
siapakah sahabatmu selama masa-masa penting ini. Sahabatmu adalah
pendidikanmu. Hal ini akan menjadi temanmu yang akan menyelamatkan
hidupmu. Pendidikanmu adalah teman yang akan selalu bersamamu hingga
akhir waktu. Hingga engkau masuk ke dalam kubur, teman ini akan
menemanimu. Kecuali bagi teman ini, tidak ada apapun yang akan
menyelamatkan hidupmu. Pendidikan ini akan menjadi teman baikmu, temanmu
yang terpercaya, temanmu yang setia dan penuh kasih sayang. Engkau
tidak akan pernah menemukan teman yang lebih baik dari itu. Dalam
masa-masa ini engkau harus memikirkan pendidikanmu sebagai temanmu yang
terbaik. Tetapi, jika engkau meninggalkan teman ini, maka sifat-sifat
jahat akan datang menjadi temanmu, dan hidupmu akan hancur. Ini pasti.
Aku berikan cintaku untukmu, putra dan
putriku, anak-anakku, cucuku. Pikirkan hal ini di dalam hidupmu, dan
pikirkan bahwa pendidikan sebagai satu-satunya temanmu di dalam
kehidupan dan sebagai sahabat di dalam hatimu. Belajarlah dengan baik
dan bertingkah lakulah dengan sifat-sifat baik. Berusahalah untuk
mencapai kejayaan di dalam hidupmu.
Putriku, sebelum engkau berumur dua puluh
tahun, hal ini harus benar-benar engkau teguhkan di dalam dirimu.
Putraku, pelajaran ini harus engkah teguhkan di dalam dirimu selama
periode umur diantara empat belas hingga dua puluh lima tahun. Kamu
semua harus berusaha untuk memiliki ketetapan hati, usaha, keyakinan
yang dibutuhkan untuk melakukan hal ini. Tetapi jika engkau membiarkan
hal ini, engkau akan menghancurkan dirimu. Engkau harus benar-benar
mengerti akan hal ini. Setiap anak-anak harus menyadari dengan penuh
keyakinan bahwa ini adalah teman di dalam hidupmu.
Salah satu cara untuk melakukan hal ini
adalah pergi kepada orang bijak dan bersama dengannya untuk beberapa
waktu. Pelajarilah kearifan, sifat-sifat baik, dan kejernihan dari
dirinya. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan dan kehidupanmu. Hal ini
akan menjadi barang-barangmu ketika engkau berjalan di dalam kehidupan.
Hal ini akan menjadi barang yang sangat berharga bagi pikiranmu. Hal ini
akan menjadi kekayaan dan harta karun bagi hatimu. Ketika engkau sedang
bersedih atau bermasalah, dia akan memberimu nasehat dan ketenangan.
Semua anak-anak, semua putra dan putri, harus berusaha untuk melakukan
hal ini. Jika engkau mensia-siakan saat ini dan hanya bermain-main, hal
ini pasti akan menghancurkan sisa dari hidupmu. Apakah engkau mengerti?
Ini adalah waktu dimana engkau bisa tersesat dan menjadi terganggu.
Ini adalah saat-saat dimana temanmu bisa
memberikan pengaruh buruk kepadamu. Teman yang menggunakan obat-obatan,
teman yang mengunakan mariyuana, LSD, percintaan, seks, teman
mabuk-mabukan, teman-teman yang membengkokkan perasaan dan pertimbangan
yang baik, teman-teman dari kekikiran, keterikatan, dan fanatisme, semua
jutaan teman-teman ini akan datang dan berusaha untuk membawamu
tersesat. Ini bisa menjadi masa-masa dimana hidupmu berubah menjadi
sebuah kegagalan. Untuk itu, engkau harus menjadi anak dari kearifan dan
menggunakan kepintaranmu. Engkau harus memperkuat sifat-sifat baik,
berprilaku dengan benar, dan kemenangan muncul dari masa-masa ini di
dalam hidupmu.
Setelah periode ini, engkau akan
mengetahui apa rahasia dari permainan ini. Kemudian, engkau akan dapat
bermain dengan beberapa pengertian. Engkau akan mengetahui mana
permainan yang benar. Jika engkau menyelesaikan pembelajaranmu selama
periode ini, engkau bisa memainkan permainannya dengan pemahaman mana
yang benar dan mana yang salah. Engkau akan mengetahui mana yang buruk
dan mana yang baik, dan engkau akan mengetahui perbedaan antara terang
dan gelap. Maka engkau tidak akan memainkan permainan yang salah, dan
engkau tidak akan mengalami kesulitan-kesulitan lagi. Tetapi jika engkau
menyerah dan berusaha untuk memainkan permainannya sekarang, hal itu
akan salah. Semua anak-anak harus memikirkan hal ini.
Anakku, aku berikan cintaku. Semua
anak-anak harus memikirkan hal ini. Apa yang buruk? Apa yang baik? Apa
yang jahat? Apa surga dan neraka? Apa sifat-sifat baik dan apa
sifat-sifat buruk? Kita harus memikirkan hal ini. Engkau harus
memikirkan apa itu kebenaran dan apa itu kebohongan dan jalani hidupmu
dengan cara yang baik. Ambil apa yang telah aku katakan kepadamu saat
ini ke dalam hatimu. Renungkan atas apa yang telah aku katakan dan
bertingkah lakulah dengan benar di dalam hidupmu. Hal ini akan
menguntungkanmu dan memberimu kemuliaan, harga diri dan keadaan yang
tinggi di dalam kehidupan. Lalu engkau akan mengerti kekuatan yang akan
diberikannya kepada hidupmu.
Semoga Tuhan membantumu. Simpan ini di
dalam hatimu. Engkau harus memiliki keimanan kepada Tuhan yang telah
menciptakan kita. Engkau membutuhkan pertolongan dan rasa hormat dari
orang tuamu. Jika engkau meraih martabat yang tinggi dalam sikap ini,
engkau bahkan bisa untuk memperbaiki dan membantu orang tua yang tidak
membesarkanmu dengan cara yang baik. Orang lain juga akan melihatmu,
sifat-sifatmu yang mulia dan berusaha untuk meningkatkan diri mereka.
Permata berharga yang menyinari mataku, engkau adalah yang hidup di dalam hatiku, engkau adalah yang lahir bersamaku, engkau adalah buah manis yang ada di dalam hatiku, Aku berikan cintaku untukmu semua. Apakah ini cukup? Apakah sebaiknya aku berbicara hal lainnya?
Permata berharga yang menyinari mataku, engkau adalah yang hidup di dalam hatiku, engkau adalah yang lahir bersamaku, engkau adalah buah manis yang ada di dalam hatiku, Aku berikan cintaku untukmu semua. Apakah ini cukup? Apakah sebaiknya aku berbicara hal lainnya?
Seekor sapi, seekor kambing, seekor
gajah, setiap binatang melindungi dirinya sendiri. Mereka harus
melindungi diri mereka dari singa-singa, harimau-harimau, dan banyak
serangga beracun yang hidup di dalam hutan. Mereka juga harus
menyelamatkan diri mereka sendiri dari ular besar yang hidup di hutan.
Jika binatang ini datang ke hutan, semua binatang lainnya akan
ketakutan. Bahkan bintang yang tidak takut terhadap binatang lainnya
akan takut dengan manusia binatang ini, karena dia akan membunuh
semuanya. Manusia binatang ini akan membunuh tanpa berpikir dua kali,
tanpa merenungkan dan tanpa belas kasih. Maka dari itu, ketika manusia
binatang pergi ke hutan, hewan yang sesungguhnya harus melarikan diri
darinya.
Terdapat begitu banyak jutaan manusia
yang lebih buruk dari binatang yang paling buruk. Terdapat manusia
binatang yang membunuh. Terdapat manusia binatang yang menyiksa orang
lain. Terdapat manusia binatang yang memperkosa orang lain. Terdapat
manusia binatang yang mencari balas dendam dan manusia binatang yang
mencoba untuk menghancurkan kehidupan orang lain. Sebagaimana binatang
di hutan telah mempelajari bagaimana melindungi diri mereka sendiri,
kita juga sebagai manusia harus belajar untuk melindungi diri kita
dengan menggunakan analisis kearifan kita. Jika kita harus hidup di
tengah-tengah manusia binatang ini, kita harus belajar melindungi diri
kita. Kita harus sangat hati-hati dan menggunakan tujuh dari tingkat
kesadaran kita: persepsi, kesadaran, intelek, pertimbangan, kearifan,
kearifan analis Ilahiah, dan kearifan cahaya Ilahi. Dengan perasaan dan
kesadaran, kita harus meraih sifat-sifat tersebut yang akan memungkinkan
kita untuk melindungi diri kita sendiri.
Dengan menggunakan kearifan kita dan
sifat-sifat baik, kita harus belajar untuk keluar dari
binatang-bintangan ini. Jika kita tidak melakukan hal ini, maka dengan
cara yang sama seperti manusia binatang yang pergi ke hutan dan membunuh
segalanya, pikiran kita sendiri, hasrat buruk, dan sifat-sifat buruk
akan membunuh kita. Hal-hal jahat ini adalah binatang-binatang yang
ditemukan di dalam manusia binatang. Jika mereka memasuki diri kita,
lalu hidup kita, sifat-sifat baik kita, kemuliaan kita, perbuatan baik
kita, tingkah laku baik kita, cinta kita, kasih sayang kita, ampunan
kita, dan sifat-sifat Tuhan dan keadilan akan hancur. Pikiran, yang
merupakan binatang, hasrat buruk, yang merupakan binatang, dan
binatang-binatang dari kekikiran dan kemarahan akan menghancurkan kita.
Binatang-bintangan ini tidak memiliki
kemurahan hati dan belas kasih. Mereka hanya memiliki sifat mementingkan
diri sendiri. Dengan sangat hati-hati kita harus berusaha untuk keluar
dari binatang jahat ini dan sifat-sifat jahat ini. Dengan kejernihan dan
kearifan yang besar, kita harus menghindar dan melindungi diri kita.
Kita harus mewujudkan usaha ini. Hanya dengan begitu kita bisa menemukan
kemenangan di dalam hidup kita.
Setiap anak-anak harus memikirkan hal ini. Kita harus berusaha untuk bertingkah laku baik di dalam kehidupan kita dan berjalan menuju jalan yang baik. Kita harus menemukan kejernihan ini di dalam kehidupan kita. Dengan kerendahan hatiku, dengan penuh cinta memohon kepada kalian semua untuk melakukan hal ini. Aku memohon kepadamu untuk tumbuh dan menjadi anak-anak yang bijak, baik, dan penuh kasih. Engkau harus menemukan kecerahan di dalam hidupmu
Amin. Amin. As-salamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatahu. Maka jadilah. Maka jadilah. Semoga kedamaian dan ampunan Tuhan selalu bersamamu.
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Setiap anak-anak harus memikirkan hal ini. Kita harus berusaha untuk bertingkah laku baik di dalam kehidupan kita dan berjalan menuju jalan yang baik. Kita harus menemukan kejernihan ini di dalam kehidupan kita. Dengan kerendahan hatiku, dengan penuh cinta memohon kepada kalian semua untuk melakukan hal ini. Aku memohon kepadamu untuk tumbuh dan menjadi anak-anak yang bijak, baik, dan penuh kasih. Engkau harus menemukan kecerahan di dalam hidupmu
Amin. Amin. As-salamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatahu. Maka jadilah. Maka jadilah. Semoga kedamaian dan ampunan Tuhan selalu bersamamu.
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Tambahan sedikit dari saya:
*”Ayah kita”. Ketika kita membayangkan seorang ayah, hal apakah yang akan terbayang? mungkin akan terbayang suatu sosok yang membesarkan kita, menjaga kita, membimbing kita, menyayangi kita, mencintai kita, dll. Para sufi sering menggunakan metafora untuk menggambarkan suatu “rasa”. Bawa Muhaiyaddeen menggunakan kata “Ayah kita” menggantikan “Tuhan kita” agar “rasa” diatas timbul di hati kita pada saat kita mengingat Tuhan. Lebih lanjut telah jelas bahwa QS. 112:3 “(Allah) Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan”. Bawa Muhaiyaddeen kerap menggambarkan kasih sayang Allah terhadap jiwa-jiwa yang suci bagaikan cinta seorang ayah terhadap anaknya, dan selain itu juga karena setiap jiwa manusia berasal langsung dari Allah Ta’ala.
**********
*”Ayah kita”. Ketika kita membayangkan seorang ayah, hal apakah yang akan terbayang? mungkin akan terbayang suatu sosok yang membesarkan kita, menjaga kita, membimbing kita, menyayangi kita, mencintai kita, dll. Para sufi sering menggunakan metafora untuk menggambarkan suatu “rasa”. Bawa Muhaiyaddeen menggunakan kata “Ayah kita” menggantikan “Tuhan kita” agar “rasa” diatas timbul di hati kita pada saat kita mengingat Tuhan. Lebih lanjut telah jelas bahwa QS. 112:3 “(Allah) Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan”. Bawa Muhaiyaddeen kerap menggambarkan kasih sayang Allah terhadap jiwa-jiwa yang suci bagaikan cinta seorang ayah terhadap anaknya, dan selain itu juga karena setiap jiwa manusia berasal langsung dari Allah Ta’ala.
**********
Kejernihan Hati Imam Ali RA
Oleh M.R. Bawa Muhaiyaddeen
Suatu hari ketika ‘Ali sedang berada dalam pertempuran, pedang musuhnya patah dan orangnya terjatuh. ‘Ali berdiri di atas musuhnya itu, meletakkan pedangnya ke arah dada orang itu, dia berkata, “Jika pedangmu berada di tanganmu, maka aku akan lanjutkan pertempuran ini, tetapi karena pedangmu patah, maka aku tidak boleh menyerangmu.”
Suatu hari ketika ‘Ali sedang berada dalam pertempuran, pedang musuhnya patah dan orangnya terjatuh. ‘Ali berdiri di atas musuhnya itu, meletakkan pedangnya ke arah dada orang itu, dia berkata, “Jika pedangmu berada di tanganmu, maka aku akan lanjutkan pertempuran ini, tetapi karena pedangmu patah, maka aku tidak boleh menyerangmu.”
“Kalau aku punya pedang saat ini, aku akan memutuskan tangan-tanganmu dan kaki-kakimu,” orang itu berteriak balik.
“Baiklah kalau begitu,” jawab ‘Ali, dan dia menyerahkan pedangnya ke tangan orang itu.
“Apa yang sedang kau lakukan”, tanya orang itu kebingungan. “Bukankah aku ini musuhmu?”
Ali memandang tepat di matanya dan
berkata, “Kau bersumpah kalau memiliki sebuah pedang di tanganmu, maka
kau akan membunuhku. Sekarang kau telah memiliki pedangku, karena itu
majulah dan seranglah aku”. Tetapi orang itu tidak mampu.
“Itulah kebodohanmu dan kesombongan berkata-kata,” jelas ‘Ali.
“Di dalam agama Allah tidak ada perkelahian atau permusuhan antara kau dan aku. Kita bersaudara. Perang yang sebenarnya adalah antara kebenaran dan kekurangan kebijakanmu. Yaitu antara kebenaran dan dusta. Engkau dan aku sedang menyaksikan pertempuran itu. Engkau adalah saudaraku. Jika aku menyakitimu dalam keadaan seperti ini, maka aku harus mempertanggungjawabkannya pada hari kiamat. Allah akan mempertanyakan hal ini kepadaku.”
“Di dalam agama Allah tidak ada perkelahian atau permusuhan antara kau dan aku. Kita bersaudara. Perang yang sebenarnya adalah antara kebenaran dan kekurangan kebijakanmu. Yaitu antara kebenaran dan dusta. Engkau dan aku sedang menyaksikan pertempuran itu. Engkau adalah saudaraku. Jika aku menyakitimu dalam keadaan seperti ini, maka aku harus mempertanggungjawabkannya pada hari kiamat. Allah akan mempertanyakan hal ini kepadaku.”
“Inikah cara Islam?” Orang itu bertanya.
“Ya,” jawab ‘Ali, “Ini adalah firman Allah, yang Mahakuasa, dan Sang Unik.”
Dengan segera, orang itu bersujud di kaki ‘Ali dan memohon, “Ajarkan aku syahadat.”
Dan ‘Ali pun mengajarkannya, “Tiada tuhan melainkan Allah. Tiada yang ada selain Engkau, ya Allah.”
Hal yang sama terjadi pada pertempuran
berikutnya.’Ali menjatuhkan lawannya, meletakkan kakinya di atas dada
orang itu dan menempelkan pedangnya ke leher orang itu. Tetapi sekali
lagi dia tidak membunuh orang itu.
“Mengapa kau tidak membunuhku?” Orang itu berteriak dengan marah. “Aku adalah musuhmu. Mengapa kau hanya berdiri saja?, Dan dia meludahi muka ‘Ali.
“Mengapa kau tidak membunuhku?” Orang itu berteriak dengan marah. “Aku adalah musuhmu. Mengapa kau hanya berdiri saja?, Dan dia meludahi muka ‘Ali.
Mulanya ‘Ali menjadi marah, tetapi kemudian dia mengangkat kakinya dari dada orang itu dan menarik pedangnya.
“Aku bukan musuhmu”, Ali menjawab.”Musuh
yang sebenarnya adalah sifat-sifat buruk yang ada dalam diri kita.
Engkau adalah saudaraku, tetapi engkau meludahi mukaku. Ketika engkau
meludahi aku, aku menjadi marah dan keangkuhan datang kepadaku. Jika aku
membunuhmu dalam keadaan seperti itu, maka aku akan menjadi seorang
yang berdosa, seorang pembunuh. Aku akan menjadi seperti semua orang
yang kulawan. Perbuatan buruk itu akan terekam atas namaku. Itulah
sebabnya aku tidak membunuhmu.”
“Kalau begitu tidak ada pertempuran antara kau dan aku?” orang itu bertanya.
“Tidak. Pertempuran adalah antara
kearifan dan kesombongan. Antara kebenaran dan kepalsuan”. ‘Ali
menjelaskan kepadanya. “Meskipun engkau telah meludahiku, dan mendesakku
untuk membunuhmu, aku tak boleh.”
“Dari mana datangnya ketentuan semacam itu?”
“Itulah ketentuan Allah. Itulah Islam.”
Dengan segera orang itu tersungkur di kaki ‘Ali dan dia juga diajari dua kalimat syahadat.
************
Lima Jenis Kegilaan
Oleh: Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen
Terdapat berbagai jenis kegilaan di dunia ini. Kita akan membahas lima jenis kegilaan yang paling umum.
* Gila yang berasal dari akal pikiran
* Gila akan wanita,
* Gila akan uang,
* Gila akan mabuk-mabukan,
* Gila akan kebijaksanaan.
Terdapat berbagai jenis kegilaan di dunia ini. Kita akan membahas lima jenis kegilaan yang paling umum.
* Gila yang berasal dari akal pikiran
* Gila akan wanita,
* Gila akan uang,
* Gila akan mabuk-mabukan,
* Gila akan kebijaksanaan.
Pada sebuah persimpangan jalan di dekat
taman, berdiri sebuah pohon yang teduh. Lima orang dengan lima jenis
kegilaan duduk bersama di bawah pohon tersebut. Mereka berbicara dengan
diri mereka sendiri. Bagi orang yang berlalu-lalang, lima orang ini
terlihat sama, tetapi terdapat alasan yang berbeda atas kegilaan mereka.
Manusia yang sakit jiwa mengambil semua
potongan kertas dan lembaran daun kering yang ada di tanah dan
meletakkannya di sekitar tangannya sembari mengoceh, “Kau pergi ke sini,
kau pergi ke sana.”
Dia yang terobsesi oleh wanita mengambil
semua potongan kertas dan mengira bahwa kertas itu adalah surat cinta.
Dia berkomat-kamit, “Kekasihku menulis ini, kekasihku menulis itu.
Kekasihku berkata, ‘Aku akan datang kepadamu!’”
Dia yang terobsesi oleh uang mengambil semua potongan kertas, melihatnya, membolak-baliknya, dan mengomel kepada dirinya sendiri, “Bank ini, bank itu. Rekening ini, rekening itu. Simpananku.”
Dia yang terobsesi oleh uang mengambil semua potongan kertas, melihatnya, membolak-baliknya, dan mengomel kepada dirinya sendiri, “Bank ini, bank itu. Rekening ini, rekening itu. Simpananku.”
Dia yang gila karena mabuk berdiri dan
berjalan sempoyongan di jalan, menabrak orang lain dan benda-benda yang
ada di sekitarnya. Akhirnya, dia terjatuh tak sadarkan diri di jalan,
dan maling merampok pakaiannya. Ketika dia sadar kembali dia begitu
malu, sehingga dia kembali ke rumah, bertengkar dengan istrinya, dan
menyalahkan keluarganya atas kesalahannya.
Tetapi dia yang terobsesi oleh
kebijaksanaan mengambil sebuah daun kering yang telah mati dan tersenyum
dengan sedih. “Sungguh indah ketika engkau masih bersatu dengan
tunasmu. Pada awalnya engkau adalah sebuah daun indah yang berwarna
hijau yang menyejukkan orang lain. Kemudian engkau berubah menjadi
kuning, dan saat ini warnamu menjadi sama dengan tanah. Engkau adalah
daun kering yang akan kembali ke tanah sebagai pupuk. Setiap orang dan
segala sesuatu akan mendapatkan takdir yang sama. Setiap orang dan
segala sesuatu menjadi makanan bagi tanah.” Dia tertawa dan menangis,
tetapi bukan dari dalam dirinya.
Manusia yang terobsesi dengan
kebijaksanaan tertawa karena penjelasannya sendiri. Dia berkata,
“Sungguh inilah kehidupan! Oh Tuhan, aku mencari-Mu dan menjadi gila.
Engkaulah satu-satunya dokter yang dapat menyembuhkan kegilaanku. Jika
Engkau tidak datang, aku akan mati seperti daun ini. Engkaulah Tuhan
yang menciptakan, melindungi, dan merawatku. Engkaulah Tuhan yang
memahami dan mengerti akan diriku. Berikanlah aku obat rahmat, cinta dan
kebijaksanaan-Mu dan penuhilah kebutuhan-kebutuhanku. Aku adalah
budak-Mu di dunia ini.” Hatinya terbuka, dan dia berserah diri kepada
Tuhan.
Empat orang lainnya tidak menyadari hal
ini. Mereka berbicara akan apa yang ada di dalam diri mereka. Tetapi
bagi dunia, kelima orang ini terlihat gila.
Anakku, pahamilah keadaan ini. Jangan
mengikuti apa yang dunia lakukan. Jika engkau melihat seseorang yang
benar-benar mengerti akan dirinya, kehilangan dirinya dalam meraih
kebijaksanaan, dan mati dalam Tuhan, engkau sebaiknya menghormatinya dan
belajar kebijaksanaan dan kata-kata baik darinya. Hal itu akan
menjadikan engkau mulia.
Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen
***********
Menemukan Kesalahan
Oleh: M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Diterjemahkan oleh Dimas Tandayu
Diterjemahkan oleh Dimas Tandayu
Cintaku untukmu, anakku, cucuku.
Mendekatlah, dan aku akan memberitahu sesuatu kepadamu yang akan
membantumu dalam kehidupanmu. Anakku, apakah kau pernah mengkritik orang
lain dan menemukan kesalahan pada mereka, mengeluh “Kenapa mereka
melakukan hal itu?” atau pernahkah kau melihat penderitaan yang ada di
dunia dan bertanya, “Kenapa Tuhan melakukan hal ini?” manusia yang bijak
tidak pernah memiliki pemikiran seperti itu. Dia akan mempelajari
setiap situasi dan mencoba untuk mengerti apa sebab dan akibatnya.
Akhirnya, ia akan berkata, “Ahh, jadi itulah kenapa hal ini terjadi”.
Dia tidak pernah menyalahkan Tuhan atau bertanya atas cara yang Tuhan
lakukan.
Jika kau berdiri ditengah badai dan
mengkritik, mengatakan “Kenapa angin ini berhembus begitu kencang?” dan
kau pun akan terperangkap di dalam badai tersebut. Jangan mencoba untuk
mencari kesalahan pada badainya. Hal itu hanya akan menghancurkan
dirimu. Lebih baik, pelajari badai tersebut dan carilah jalan keluar.
Anakku, Tuhan telah menciptakan
berpasang-pasang hal yang berlawanan untuk mengajarkan kepada kita
tentang kehidupan kita. Dia menciptakan benar dan salah, baik dan buruk,
aroma harum dan bau busuk. Jika kehidupan tidak menyediakan hal-hal
yang berlawanan ini kepada kita, bagaimana kita dapat mengerti segala
sesuatu?
Kita hanya bisa mengerti kebaikan ketika
kita telah mengenal keburukan. Kita hanya bisa mengenal cahaya ketika
kita telah melihat kegelapan. Kita hanya bisa mengerti surga setelah
kita mengalami neraka. Kita hanya bisa mengetahui terdapat sebuah
kebenaran ketika kita telah menyaksikan sebuah kebohongan. Hanya ketika
kita telah mengalami hasrat (nafs) rendah dan kerusakan yang datang dari
mereka, baru kita akan mengerti pesan-pesan surga. Hanya ketika kita
telah mengalami sifat mementingkan diri sendiri dan keterikatan terhadap
sesuatu, baru kita akan menemukan jalan kita menuju pribadi yang tidak
mementingkan diri sendiri dan tidak terikat terhadap apapun.
Demikian juga tidak ada nilai yang
didapat dari mencari kesalahan dan mengkritik Tuhan atau siapapun. Lebih
baik, kita seharusnya mencoba untuk mengerti setiap situasi dan mencari
penjelasan di dalamnya. Setiap hal di dalam ciptaan terdapat suatu hal
yang dapat mengajari kita, adalah tugas kita untuk menemukan pelajaran
yang ada di dalamnya. Kita dapat memahami kebenaran melalui
contoh-contoh. Itulah yang dinamakan kedewasaan. Manusia yang dewasa
memahami penyebab dan akibat dari segala sesuatu.
Tanpa pemahaman ini, manusia hanyalah
seekor binatang. Dia akan melakukan perbuatan buruk dan kemudian
mengatakan itu adalah tugasnya. Tindakannya akan membawa kerusakan
kepada dirinya dan orang lain. Tetapi manusia yang mengerti perbuatannya
sebelum ia bertindak akan mendapatkan banyak manfaat dan akan memberi
ketenteraman kepada orang lain. Dia akan menyempurnakan karya dari
khazanah Yang Maha Kuasa. Jika keadaan ini dibangun di dalam diri
manusia, dia akan dikatakan seorang insan kamil, manusia yang sempurna.
Dia akan memahami.
Kita harus menemukan nilai dari segala
sesuatu di dalam kehidupan kita. Kita harus menggunakan kearifan kita
untuk memahami segala sesuatu. Kebenaran akan timbul dari dalam diri
kita, dan di dalam kebenaran itu kita akan melihat cahaya Tuhan. Ini
adalah keindahan dan rahmat dari jiwa.
Permataku yang bercahaya, kau harus
merenungkan hal ini. Inilah kehidupan. Mengkritik dan mencari kesalahan
hanya akan mendatangkan keburukan. Kau harus menyadari dimana letak
kesalahannya dan kemudian menyingkirkan mereka. Apakah kesalahannya pada
Tuhan? Apakah kesalahannya pada orang lain? Atau apakah kesalahannya
pada diri kita? Dimana letak kesalahannya? Kita harus memahami ini dan
menghindari mereka.
Cintaku untukmu.
Cintaku untukmu.
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
*********
Menyeberangi Padang Pasir Kehidupan Bersama Guru Tercinta
Diterjemahkan dari Crossing The Desert of Life
Ditulis Oleh: M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Penerjemah Artikel: Dimas Tandayu
Ditulis Oleh: M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Penerjemah Artikel: Dimas Tandayu
Sayangku, cucu-cucuku, anak-anakku,
putra-putriku. Maukah kau ikut denganku ke Arabia? Sejauh kau memandang,
yang terlihat hanyalah padang pasir. Lihat bagaimana angin
menghembuskan pasir hingga menjadi sebuah gurun. Beberapa tebing
bebatuan ada disini dan disana, dan biasanya terdapat semak-semak
berduri atau pohon kurma, tetapi saat ini dapatkah kita melihat air,
orang-orang, perkampungan, atau kehidupan lainnya?. Kemanapun kita
memandang, kita hanya melihat pasir, batu-batu dan cakrawala yang
menjulang. Jika manusia terdampar disini, dia akan berhadapan dengan
badai gurun, angin topan dan matahari yang menyengat.
Cucu-cucuku, berkenala sepanjang padang
pasir ini akan menjadi sangat sulit. Dapatkah kau rasakan kakimu
tenggelam kedalam pasir setiap kali kau melangkah? Kau harus
mengangkatnya pada setiap langkahmu. Oh, lihat disana, diujung
cakrawala. Dapatkah kau melihat burung unta berlari bergerombol
menelusuri gurun? Mereka bisa berlari hingga dua puluh kilometer perjam.
Kita tidak dapat berlari secepat itu. Kenyataannya, kaki kita terasa
sangat berat dipasir dan menyulitkan kita untuk berjalan. Tetapi kita
harus terus bergerak, karena jika kita diam disini kita akan mati. Kita
harus mencari air sebelum badai gurun datang. Jangan sampai keletihan,
kita tidak boleh membuang waktu. Kita harus terus berjalan.
Awas nak! banyak kalajengking dan ular di
dekat batu itu. Beberapa ular adalah jenis ular yang berjalan merayap
kesamping ketika menyusuri pasir. Lihat, kau juga bisa melihat beberapa
iguana dan tikus, dan disebelah sana ada seekor rubah. Bagaimanapun juga
mereka semua bisa hidup di padang pasir ini. Tetapi sangatlah tidak
mungkin bagi manusia untuk bisa bertahan hidup di sini dimana
mataharinya sangat menyengat dan tanahnya yang tandus, dengan hanya
beberapa pohon saja yang bisa memberi keteduhan.
Cucu-cucuku, mari kita berjalan menuju
gunung bebatuan diujung sana. Lihat! Apakah kau melihat asap yang datang
dari sana? Ayo kita berjalan lebih dekat lagi. Sekarang mata kita bisa
melihat dua atau tiga tenda dengan kuda dan unta yang diikat di luar.
Tetap berjalan, kita hampir sampai disana. Sepertinya beberapa keluarga
nomad hidup di sini. Mereka pasti berasal dari suku yang hidup di padang
pasir. Para nomad biasanya dipandang rendah dan digolongkan kedalam
kasta yang rendah oleh mereka yang menggolongkan diri mereka sebagai
kasta yang tinggi. Tetapi mereka ini sangatlah baik dan bijaksana. Lihat
bagaimana mereka mendatangi kita dan menawari kita makanan dan air dari
kendi-kendi mereka.
“Salam, mari bergabung dan makan bersama kami. Apa yang membawa kalian kemari?
“Kami datang untuk menjelajahi padang pasir. Dan kami belum bertemu seseorang pun sampai Tuhan membimbing kami kepadamu.”
“Kami datang untuk menjelajahi padang pasir. Dan kami belum bertemu seseorang pun sampai Tuhan membimbing kami kepadamu.”
“Sahabatku, kau membutuhkan air untuk
perjalananmu. Hanya terdapat sedikit mata air di daerah ini, tetapi kami
bisa memberitahu kepadamu bagaimana untuk menemukan mata air itu. Kami
juga bisa mengarahkanmu kepada beberapa orang yang memiliki rumah di
gunung terdekat. Kau selayaknya bisa menemukan mereka dengan mudah,
tetapi jangan dengan berjalan kaki. Silahkan bawa kuda-kuda dan
unta-unta kami, mereka terlatih untuk berjalan di gurun dan akan membuat
perjalanan kalian lebih mudah. Kami menungganginya kemanapun kami
pergi.”
Cucu-cucuku, apakah kau tidak
bertanya-tanya bagaimana mereka menemukan makanan di tanah yang panas
dan tandus ini? Ayo kita tanya tuan rumah kita. Kita bisa belajar
sesuatu jika kita mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang ia
katakan kepada kita.
“Kami memakan binatang yang hidup di
gurun, burung-burung unta dan unta-unta, beberapa sapi liar dan beberapa
ayam. Kadang-kadang kami menangkap sejenis kambing gunung yang memakan
rumput pada bebatuan. Dimanapun kami menemukan air, kami menggali sumur,
mengisi kendi-kendi kami, dan membawanya kembali ke tenda kami. Kami
juga mendapatkan susu dari unta-unta kami. Bagaimapun kami memutuskan
untuk tetap disini.Hidup mungkin sulit, tetapi kami tidak pernah
kekurangan makanan. Tuhan selalu mencukupi kebutuhan kami.
Cucu-cucuku, ayo kita minum sedikit air dari kendi-kendi ini. Lihat, airnya sebening kristal dengan bayangan agak kebiru-biruan.Mmmm, rasanya begitu segar dan nikmat. Siramkan sedikit ke badanmu. Air itu akan menghilangkan keringatmu dan mendinginkanmu. Ahh, begitu segarnya.
Cucu-cucuku, ayo kita minum sedikit air dari kendi-kendi ini. Lihat, airnya sebening kristal dengan bayangan agak kebiru-biruan.Mmmm, rasanya begitu segar dan nikmat. Siramkan sedikit ke badanmu. Air itu akan menghilangkan keringatmu dan mendinginkanmu. Ahh, begitu segarnya.
Cucu-cucuku, perjalanan hidup kita sama
seperti berjalan mengarungi padang pasir. Kita harus menyeberangi lautan
ilusi dan kemudian menyeberangi padang pasir kehidupan. Hari ini kau
telah mengalami kesulitan-kesulitan yang ada di kehidupan gurun, dan
tetap saja banyak mahluk hidup disini yang hidup tanpa mengalami
kesulitan. Unta-unta, burung-burung elang, rubah-rubah, dan ular-ular
juga tidak kesulitan dengan badai gurun. Hanya manusia yang menderita.
Binatang-binatang hidup hari demi hari, menerima apa saja yang mereka
dapatkan setiap harinya. Mereka tidak memiliki kemampuan analisa yang
bijak untuk mengetahui yang benar dan yang salah. Mereka memakan apapun
yang diberikan kepada mereka, tanpa berpikir akan masa depan.
Tetapi manusia merasakannya sangat sulit.
Ia mengumpulkan barang-barang dan menyimpannya untuk besok, hari
setelah besok, dan juga untuk sepanjang hidupnya. Ia menimbun
barang-barang untuk anaknya dan istrinya. Ia mengumpulkan begitu banyak
barang-barang dan mengikat mereka menjadi sebuah timbunan besar. Dia
membawa keburukan, hasrat, kegelapan, ikatan keturunan, ilusi, dan
fanatisme. Apakah kau melihat bagaimana akan sulitnya bagi dia untuk
berjalan menyeberangi padang pasir kehidupan dengan segala beban ini?
Dia mencoba membawa muatan yang begitu berat, tetapi ia mendapati
kesulitan karenanya bahkan untuk mengangkat kakinya sendiri.
Binatang-binatang tidak membawa beban seperti itu. Kau lihat betapa
mudahnya burung-burung unta berlari menyeberangi padang pasir. Manusia
tidak dapat berlari secepat itu karena ia membawa begitu banyak timbunan
beban. Dan seiring dengan waktu, badai gurun dari pikiran dan hasratnya
berhembus melawan dirinya dan menekannya ke dalam. Betapa menderitanya
ia!
Bahkan jika manusia memutus untuk
berenang menyeberangi lautan ilusi, ketika ia telah gagal keluar dari
daratan padang pasir ini, gundukan pasir menimpanya dari atas dirinya
dan ia mati dalam neraka. Lalu rubah-rubah, anjing-anjing liar,
tikus-tikus besar akan memangsa jasadnya. Manusia datang ke padang pasir
kehidupan dengan sifat-sifat neraka, dan neraka menunggunya disana,
siap untuk memangsanya.
Sayangku, cucu-cucuku. Kita harus
berenang menyeberangi lautan ilusi, menyeberangi padang pasir kehidupan,
dan menaiki gunung bebatuan dari pikiran. Kita harus menghindar dari
semak-semak berduri yang merupakan sifat-sifat beracun yang berkembang
didalam pikiran kita. Kita harus menghindar dari sifat jahat yang
menyambar untuk memangsa kita, dan dari rubah-rubah, anjing-anjing liar,
burung bangkai, singa-singa, harimau-harimau, dan beruang yang siap
untuk mencabik tubuh kita. Kita harus menghindar dari setan yang
berkeinginan amat besar untuk menelan kita.
Anakku, pada perjalanan ini kita belajar betapa sulitnya kehidupan di padang pasir. Tetapi kaum nomad yang kita temui tidak mengalami kesulitan yang berarti. Mereka sangat bahagia hidup disini, karena mereka mengetahui bagaimana untuk bertahan hidup di tanah yang tandus dan kering ini. Mereka memiliki unta-unta dan kuda-kuda untuk membawa mereka di padang pasir, mereka memiliki tenda yang memberi mereka tempat berlindung, dan mereka mengetahui bagaimana dan dimana untuk mencari makanan. Mereka bisa memberi kita kenyamanan dan menunjukkan kita bagaimana menemukan air. Kita menderita karena kehausan, karena kita tidak menyadari bahwa terdapat air di tempat kita berjalan. Tetapi mereka mengetahui.
Anakku, pada perjalanan ini kita belajar betapa sulitnya kehidupan di padang pasir. Tetapi kaum nomad yang kita temui tidak mengalami kesulitan yang berarti. Mereka sangat bahagia hidup disini, karena mereka mengetahui bagaimana untuk bertahan hidup di tanah yang tandus dan kering ini. Mereka memiliki unta-unta dan kuda-kuda untuk membawa mereka di padang pasir, mereka memiliki tenda yang memberi mereka tempat berlindung, dan mereka mengetahui bagaimana dan dimana untuk mencari makanan. Mereka bisa memberi kita kenyamanan dan menunjukkan kita bagaimana menemukan air. Kita menderita karena kehausan, karena kita tidak menyadari bahwa terdapat air di tempat kita berjalan. Tetapi mereka mengetahui.
Cucu-cucuku, sebagaimana ada manusia yang
mengetahui bagaimana untuk hidup di padang pasir, terdapat beberapa
manusia bijak yang mengetahui bagaimana caranya menjelajahi padang pasir
kehidupan. Manusia yang bijak tidak menemukan kesulitan dalam
perjalanan ini, karena ia berjalan pada keimanan, keteguhan, kebenaran,
kebersamaan, dan cinta. Dia berjalan pada kearifan, sifat-sifat dan
perbuatan-perbuatan Tuhan, yang dapat bergerak sangat cepat. Anakku,
manusia seperti itu akan membantu memudahkan perjalananmu dengan
menawarimu bentuk perjalanan yang sama.
Sebagaimana suku nomad bisa memberitahu
dimana kita dapat menemukan makanan dan air, manusia bijak bisa
memberitahu kita dimana menemukan kebenaran. Dia bisa menunjukkan kepada
kita bagaimana untuk meringankan kelelahan, kelaparan, kehausan dan
bagaimana membuat perjalanan kita menjadi mudah. Dia akan menjelaskan
dan menunjukkan setiap jalan dan setiap langkah yang ada diperjalanan.
Dia akan menunjukkan kepada kita bagaimana caranya menyeberangi lautan
ilusi, bagaimana menyeberangi padang pasir kehidupan, dan bagaimana
untuk menghindar dari binatang ketidaktahuan. Dia akan menunjukkan
kepada kita, “Ini adalah sifat-sifat baik, Ini adalah sifat bijak,
inilah Tuhan.” Manusia bijak akan mengajarkan kepada kita bagaimana
menjalani hidup kita, bagaimana menghalau ketidaktahuan dan menghindari
kecelakaan, bagaimana menghindar dari angin topan, dan akhirnya
bagaimana mencapai kebebasan bagi jiwa kita dan membangun hubungan
menuju Tuhan. Manusia bijak mengetahui semua ini. Dan ketika kau
berjalan bersamanya menyeberangi padang pasir kehidupan, kau akan
menemukan perjalananmu lebih mudah karena bantuannya.
Sayangku, cucu-cucuku, tolong pikirkan
dalam-dalam tentang hal ini. Kau harus menemukan manusia bijak seperti
ini, seseorang yang telah menyeberangi padang pasir ini dan mengetahui
jalannya. Dia akan menolongmu pada setiap jalan. Sangatlah sulit untuk
menemukan manusia sejati. Hal ini telah terbukti dimasa lalu, terbukti
di masa sekarang, dan akan tetap terbukti di masa yang akan datang.
Memang sulit untuk menemukan seseorang yang mengetahui jalannya. Juga
cukup sulit untuk menemukan makanan dan air yang kau butuhkan, tetapi
kamu harus belajar bagaimana caranya. Kau jangan berharap keajaiban
untuk membantumu. Apa gunanya keajaiban jika kau tidak bisa keluar dari
padang pasir?
Cucu-cucuku, padang pasir kehidupan penuh
dengan binatang-binatang. Jika kau tidak melewati padang pasir ini, kau
akan mati dan menjadi makanan untuk rubah-rubah dan setan. Tetapi jika
kamu menemukan manusia yang bijak, kau akan berhasil dalam menyeberangi
padang pasir kehidupanmu dengan kebahagiaan, cinta dan kegembiraan. Itu
adalah keajaiban yang sebenarnya. Keajaiban yang terjadi didalam diri,
bukan sesuatu yang orang-orang melakukannya dari luar. Tolong mengerti
hal ini, cucu-cucuku. Semoga Tuhan memberimu kearifan dan kejernihan
hati untuk melakukan ini. Amin
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
**********
Sebuah Pelajaran Dari Burung Pelatuk
Cintaku, cucu-cucuku. Lihat pohon itu di
sana. Apakah engkau melihat burung dengan dada putihnya yang indah,
dihiasi dengan leher berwarna merah dan bulunya yang indah? Amati
keindahan pada kepalanya, pada lehernya, dan pada kakinya. Betapa
indahnya burung itu, bukankah begitu? Aku rasa burung itu adalah burung
pelatuk. Benar, lihat bagaimana burung itu menggunakan paruhnya yang
unik untuk mematuk kulit pohon. Tahukah engkau kenapa ia melakukan hal
itu? Burung itu mencari serangga yang ada dalam kayunya.
Tidak seperti burung lainnya, burung
pelatuk dapat berjalan lurus menaiki sebuah pohon. Ia juga bisa berjalan
naik atau turun, berjalan ke setiap sisi, berputar mengelilingi batang
pohonnya, mematuk-matuk untuk mencari makanan. Ketika seseorang ingin
memanjat sebuah pohon, mereka harus meletakkan kedua tangan mereka di
batang pohon dan memeluknya erat-erat. Tetapi burung pelatuk dapat
berjalan naik-turun dengan mencengkram kuat batang pohonnya. Jika burung
pelatuk harus memeluk batang pohonnya sebagaimana yang dilakukan
manusia, ia tidak akan dapat mematuk dan mengeluarkan makanan dari dalam
kayunya. Tidak ada burung lain yang bisa melakukan apa yang dilakukan
burung pelatuk. Kebiasaan ini aneh untuk dilihat. Engkau tidak akan
menemukannya pada burung lain.
Cintaku, cucu-cucuku. Seorang manusia
bijak adalah seperti burung pelatuk, dan dunia ini adalah seperti sebuah
pohon besar. Dengan keimanan, keyakinan, dan keteguhan hati, seorang
manusia bijak, seorang insan kamil, bisa melakukan apa yang manusia lain
tidak bisa lakukan. Seperti burung pelatuk, dia bisa dengan mudah
memanjat ke atas, mematuk pada setiap tempat. Sebagaimana ia mengarungi
dunia tanpa mengambilnya, ia mematuk dengan sifat-sifat Tuhan dan
mengeluarkan kebenaran yang dibutuhkan bagi penghidupannya. Dia
mengeluarkan cinta, kebijaksanaan, belas kasih, ketenteraman, dan Tuhan.
Seorang manusia bijak tidak bergantung pada pohon dunia atau
mengikatkan dirinya kepada akal pikiran dan keinginan (hasrat). Dunia
tidaklah sulit baginya, karena ia bebas bergerak kemana saja ia
kehendaki. Kehidupan dan hubungan-hubungan di dalamnya tidaklah berat
baginya, karena ia memiliki iman, keyakinan, dan keteguhan hati yang
dikenal sebagai iman. Seorang manusia bijak hanya mengambil kebenaran,
sebuah titik dari segala sesuatu. Hal ini alami baginya. Kebanyakan
manusia, pada sisi lainnya, menempelkan hidung mereka pada segala urusan
dunia dan berusaha untuk mengambil segalanya. Karenanya, mereka
menemukan banyak kesulitan ketika mereka berusaha memanjat pohon itu.
Apakah engkau mengerti?
Burung pelatuk adalah burung yang lembut
(subtle), dan manusia bijak adalah mahluk yang lembut (subtle). Jika
manusia tidak menjadi bijak dan lembut, ia akan terus menggenggam dunia
dan tidak akan mampu untuk memanjat dan terbang. Akan sulit baginya
untuk mengeluarkan kebenaran. Akan sulit baginya untuk memiliki
sifat-sifat baik atau untuk memahami cinta atau untuk meraih kemerdekaan
bagi jiwanya. Karena hal inilah dia menderita dan terjatuh.
Cintaku, cucu-cucuku. Apakah engkau
mengerti bagaimana manusia bijak hidup di dunia ini tanpa
menggenggamnya? Adalah sangat mudah baginya karena ia memiliki iman,
keyakinan, keteguhan hati, dan kebijaksanaan. Renungkan hal ini. Jika
engkau juga belajar bagaimana untuk melakukan hal ini, engkau akan lebih
indah daripada burung pelatuknya. Tuhan akan menempatkan mahkota
keagungan-Nya pada kepalamu dan memberimu dua sayap dari kebijaksanaan
dan iman. Kedua matamu akan begitu indah dan hatimu akan menjadi cahaya
putih yang suci. Hidupmu akan lengkap, dan engkau akan memiliki
ketenteraman.
Seperti itulah seorang manusia bijak.
Semua manusia lainnya, semua yang tidak memiliki kebijaksanaan, berada
dalam derita. Walaupun mereka membutuhkan Tuhan, kebijaksanaan dan
cinta, mereka bergantung pada dunia dan karena itulah mereka menderita.
Cucu-cucuku, semakin kuat engkau bergantung pada pohon dunia, engkau pun
akan semakin menderita.
Cintaku, tolong renungkan hal ini. Semoga Tuhan memberimu kebijaksanaan.
Amin.
- M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Cintaku, tolong renungkan hal ini. Semoga Tuhan memberimu kebijaksanaan.
Amin.
- M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Sekuntum Mawar Hati
Penanya: Apa yang dimaksud dengan hati terbuka? Mengapa hati harus dibuka? Dan apa yang menyebabkan hati terbuka?
Bawa Muhaiyaddeen: Hanya ketika sekuntum
mawar mengembang dan merekah, barulah keharumannya menyebar. Bukankah
begitu? Sebelum merekah bisakah engkau merasakan keharuman mawarnya?
Tidak, engkau tidak bisa. Bisakah engkau melihat keindahan mawarnya?
Tidak bisa, ia hanyalah sebuah kuncup. Hanya tatkala mawarnya merekah
barulah keindahan dan keharumannya terpancar.
Lubuk hati yang paling dalam, atau qolbu,
adalah seperti sekuntum bunga mawar. Walaupun ia ada di sana, selama ia
masih dalam keadaan kuncup, engkau tidak akan bisa merasakan keindahan
mawarnya, warnanya atau keharumannya. Hanya ketika mawar qolbu merekah
barulah engkau akan mengetahui kebahagiaan ketika mencium dan
melihatnya. Pada saat itulah keindahan, keharuman, kebenaran dan
keagungan qolbu diketahui. Hal-hal ini tidak bisa dilihat tatkala mawar
masih dalam keadaan kuncup. Untuk itulah mengapa mawar qolbu tersebut
harus dibuka. Ia harus merekah.
Sebuah taman mawar haruslah dikunci agar
binatang tidak masuk dan merusaknya. Oleh sebab itu, kita harus membuka
kuncinya, memasukinya dan merawatnya. Kita harus menyiram tanamannya,
memberinya pupuk, dan menjaga mereka. Dengan hal yang sama, menggunakan
kunci hikmah kebijaksanaan dari kebenaran, kita harus membuka taman
mawar dari hati dan masuk ke dalamnya. Ketika di dalam, kita harus
mengetahui apa yang dibutuhkan agar kuncup bisa merekah. Kita harus
memberinya pupuk sifat-sifat Tuhan, tindakan Tuhan, perbuatan-Nya,
kemulian-Nya, dan cinta-Nya. Dan kita harus menyiramnya dengan
sifat-sifat Tuhan. Inilah hal-hal yang harus kita berikan kepada
tanamannya.
Seiring kita melaksanakan tugas-tugas
ini, suatu keindahan yang menakjubkan akan mulai merekah, dan kita akan
mulai merasakan keharumannya. Itulah taman mawar dari hati. Dan Sang
Penjaga dari taman ini adalah “Tuhanku!” Kita akan dapat melihat
Penjaganya dan merasakan keindahan dan keharuman mawarnya di sana.
Inilah mengapa kita harus membuat bunganya merekah. Inilah cara yang
harus kita lakukan.
- M. R. Bawa Muhaiyaddeen
*********
True Love (Cinta Sejati)
True Love (Cinta Sejati)
Sahabatku…kita semua pasti sering
mendengar yang namanya Cinta. Bertahun-tahun kita hidup, pernahkah kita
merenung sejenak untuk memahami apa arti cinta yang sebenarnya?. Sering
kita berusaha untuk mencintai dan dicintai, tetapi terkadang situasi
memberikan keadaan yang berbeda dari apa yang kita harapkan. Beberapa
orang menemukan cinta sejatinya, dan beberapa orang lainnya hatinya
terluka karena cinta. Seorang guru berkata “Salah satu kekuatan yang
paling besar di alam semesta ini adalah Cinta”. Bahkan Tuhan menciptakan
alam semesta ini karena CintaNya.
Sahabatku, mari kita belajar arti Cinta
Sejati dari seseorang yang menghabiskan hidupnya di Jalan Cinta. Semoga
Cinta Tuhan selalu menaungi hatimu sahabatku…
with love, dimas.
with love, dimas.
True Love
Oleh: M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Seorang bijak berkata kepadaku, “Anakku, mari kita bicara tentang cinta. Cinta apa yang kau miliki?” Merasa diri ini memang belum paham apa makna cinta yang sebenarnya, maka aku dengarkan baik-baik setiap wisdom yang menyemburat seperti cahaya.
Anakku, kamu harus membuka hatimu lebar-lebar agar bisa menangkap esensi cinta yang akan aku sampaikan. Simpan pertanyaanmu nanti, karena setiap pertanyaan itu terlahir dari akal. Seperti langit, akal melayang tinggi di atas bumi tempatmu berpijak. Dan kau pun akan jauh dari hati pijakanmu, satu-satunya titik yang mampu menangkap esensi cinta.
Seorang bijak berkata kepadaku, “Anakku, mari kita bicara tentang cinta. Cinta apa yang kau miliki?” Merasa diri ini memang belum paham apa makna cinta yang sebenarnya, maka aku dengarkan baik-baik setiap wisdom yang menyemburat seperti cahaya.
Anakku, kamu harus membuka hatimu lebar-lebar agar bisa menangkap esensi cinta yang akan aku sampaikan. Simpan pertanyaanmu nanti, karena setiap pertanyaan itu terlahir dari akal. Seperti langit, akal melayang tinggi di atas bumi tempatmu berpijak. Dan kau pun akan jauh dari hati pijakanmu, satu-satunya titik yang mampu menangkap esensi cinta.
Lihat batang bunga mawar itu. Dia punya
potensi untuk mempersembahkan bunga merah dan harum yang semerbak. Namun
jika batang itu tak pernah ditanam, tak akan pernah mawar itu menghiasi
kebunmu. Maka, hanya dengan membuka diri untuk tumbuhnya akar dan daun
lah, batang mawar itu akan melahirkan bunga mawar yang harum. Demikian
juga dengan hatimu, anakku. Kau harus membukanya, agar potensi cinta
yang terkandung di dalamnya bisa merekah, lalu menyinari dunia sekitarmu
dengan kedamaian.
Anakku, begitu sering kau bicara cinta.
Cinta kepada istri, cinta kepada anak, cinta kepada agama, cinta kepada
bangsa, cinta kepada filosofi, cinta kepada rumah, cinta kepada
kebenaran, cinta kepada Tuhan… Apakah isi atau esensi dari cintamu itu?
Kau bilang itu cinta suci, cinta sejati, cinta yang keluar dari lubuk
hati yang paling dalam, cinta sepenuh hati, cinta pertama, … Apakah
benar begitu, anakku?
Mungkin di kampung kau punya seekor kuda.
Begitu sayangnya kau pada kuda itu. Setiap hari kau beri makan, minum,
kau rawat bulunya, kau bersihkan, kau ajak jalan-jalan. Seolah kuda itu
telah menjadi bagian dari hidupmu, seperti saudaramu. Kau mencintai kuda
itu sepenuh hati. Namun, suatu ketika datang orang yang ingin
membelinya dengan harga yang fantastis. Hatimu goyah, dan kau pun
menjualnya. Cintamu tidak sepenuh hati, karena kau rela menjual cinta.
Kau mencintai kuda, karena kegagahannya membuatmu bangga dan selalu
senang ketika menungganginya. Namun, ketika datang harta yang lebih
memberikan kesenangan, kau berpaling. Kau cinta karena kau mengharapkan
sesuatu dari yang kau cintai. Kau cinta kudamu, karena mengharapkan
kegagahan. Cintamu berpaling kepada harta, karena kau mengharapkan
kekayaan. Ketika keadaan berubah, berubah pula cintamu.
Kau sudah punya istri. Begitu besar
cintamu kepadanya. Bahkan kau bilang, dia adalah pasangan sayapmu. Tak
mampu kau terbang jika pasangan sayapmu sakit. Cintamu cinta sejati,
sehidup semati. Namun, ketika kekasihmu sedang tak enak hati yang
keseratus kali, kau enggan menghiburnya, kau biarkan dia dengan
nestapanya karena sudah biasa. Ketika dia sakit yang ke lima puluh kali,
perhatianmu pun berkurang, tidak seperti ketika pertama kali kau
bersamanya. Ketika dia berbuat salah yang ke sepuluh kali, kau pun
menjadi mudah marah dan kesal. Tidak seperti pertama kali kau
melihatnya, kau begitu pemaaf. Dan kelak ketika dia sudah keriput
kulitnya, akan kau cari pengganti dengan alasan dia tak mampu mendukung
perjuanganmu lagi? Kalau begitu, maka cintamu cinta berpengharapan. Kau
mencintainya, karena dia memberi kebahagiaan kepadamu. Kau mencintainya,
karena dia mampu mendukungmu. Ketika semua berubah, berubah pula
cintamu.
Kau punya sahabat. Begitu sayangnya kau
kepadanya. Sejak kecil kau bermain bersamanya, dan hingga dewasa kau dan
dia masih saling membantu, melebihi saudara. Kau pun menyatakan bahwa
dia sahabat sejatimu. Begitu besar sayangmu kepadanya, tak bisa
digantikan oleh harta. Namun suatu ketika dia mengambil jalan hidup yang
berbeda dengan keyakinanmu. Setengah mati kau berusaha menahannya.
Namun dia terus melangkah, karena dia yakin itulah jalannya. Akhirnya,
bekal keyakinan dan imanmu menyatakan bahwa dia bukan sahabatmu, bukan
saudaramu lagi. Dan perjalanan kalian sampai di situ. Kau mencintainya,
karena dia mencintaimu, sejalan denganmu. Kau mendukungnya,
mendoakannya, membelanya, mengunjunginya, karena dia seiman denganmu.
Namun ketika dia berubah keyakinan, hilang sudah cintamu. Cintamu telah
berubah.
Kau memegang teguh agamamu. Begitu besar
cintamu kepada jalanmu. Kau beri makan fakir miskin, kau tolong anak
yatim, tak pernah kau tinggalkan ibadahmu, dengan harapan kelak kau bisa
bertemu Tuhanmu. Namun, suatu ketika orang lain menghina nabimu, dan
kau pun marah dan membakar tanpa ampun. Apakah kau lupa bahwa jalanmu
mengajak untuk mengutamakan cinta dan maaf? Dan jangankan orang lain
yang menghina agamamu, saudaramu yang berbeda pemahaman saja engkau
kafirkan, engkau jauhi, dan engkau halalkan darahnya. Bukankah Tuhanmu
saja tetap cinta kepada makhlukNya yang seperti ini, meskipun mereka
bersujud atau menghinaNya? Kau cinta kepada agamamu, tapi kau
persepsikan cinta yang diajarkan oleh Tuhanmu dengan caramu sendiri.
Anakku, selama kau begitu kuat terikat
kepada sesuatu dan memfokuskan cintamu pada sesuatu itu, selama itu pula
kau tidak akan menemukan True Love. Cintamu adalah Selfish Love, cinta
yang mengharapkan, cinta karena menguntungkanmu. Cinta yang akan luntur
ketika sesuatu yang kau cintai itu berubah. Dengan cinta seperti ini kau
ibaratnya sedang mengaspal jalan. Kau tebarkan pasir di atas sebuah
jalan untuk meninggikannya. Lalu kau keraskan dan kau lapisi atasnya
dengan aspal. Pada awalnya tampak bagus, kuat, dan nyaman dilewati.
Setiap hari kendaraan lewat di atasnya. Dan musim pun berubah, ketika
hujan turun dengan derasnya, dan truk-truk besar melintasinya.
Lapisannya mengelupas, dan lama-lama tampak lah lobang di atas jalan
itu. Cinta yang bukan True Love, adalah cinta yang seperti ini, yang
akan berubah ketika sesuatu yang kau cintai itu berubah. Kau harus
memahami hal ini, anakku.
Sekarang lihatlah, bagaimana Tuhanmu
memberikan cintaNya. Dia mencintai setiap yang hidup, dengan cinta
(rahman) yang sama, tidak membeda-bedakan. Manusia yang menyembahNya dan
manusia yang menghinaNya, semua diberiNya kehidupan. KekuasaanNya ada
di setiap yang hidup. Dia tidak meninggalkan makhlukNya, hanya karena si
makhluk tidak lagi percaya kepadanya. Jika Dia hanya mencintai mereka
yang menyembahNya saja, maka Dia namanya pilih kasih, Dia memberi cinta
yang berharap, mencintai karena disembah. Dia tidak begitu, dia tetap
mencintai setiap ciptaanNya. Itulah True Love. Cinta yang tak pernah
berubah, walau yang dicintai berubah. Itulah cinta kepunyaan Tuhan.
Anakku, kau harus menyematkan cinta sejati ini dalam dirimu. Tanam
bibitnya, pupuk agar subur, dan tebarkan bunga dan buahnya ke alam di
sekitarmu.
Dan kau perlu tahu, anakku. Selama kau
memfokuskan cintamu pada yang kau cintai, maka selama itu pula kau tak
akan pernah bisa memiliki cinta sejati, True Love. Cinta sejati hanya
kau rasakan, ketika kau melihat Dia dalam titik pusat setiap yang kau
cintai. Ketika kau mencintai istrimu, bukan kecantikan dan kebaikan
istrimu itu yang kau lihat, tapi yang kau lihat “Oh my God! Ini
ciptaanMu, sungguh cantiknya. Ini kebaikanMu yang kau sematkan dalam
dirinya.” Ketika kau lihat saudaramu entah yang sejalan maupun yang
berseberangan, kau lihat pancaran CahayaNya dalam diri mereka, yang
tersembunyi dalam misteri jiwanya. Kau harus bisa melihat Dia, dalam
setiap yang kau cintai, setiap yang kau lihat. Ketika kau melihat
makanan, kau bilang “Ya Allah, ini makanan dariMu. Sungguh luar biasa!”
Ketika kau melihat seekor kucing yang buruk rupa, kau melihat
kehidupanNya yang mewujud dalam diri kucing itu. Ketika kau mengikuti
sebuah ajaran, kau lihat Dia yang berada dibalik ajaran itu, bukan
ajaran itu yang berubah jadi berhalamu. Ketika kau melihat keyakinan
lain, kau lihat Dia yang menciptakan keyakinan itu, dengan segala
rahasia dan maksud yang kau belum mengerti.
Ketika kau bisa melihat Dia, kemanapun
wajahmu memandang, saat itulah kau akan memancarkan cinta sejati kepada
alam semesta. Cintamu tidak terikat dan terfokus pada yang kau pegang.
Cintamu tak tertipu oleh baju filosofi, agama, istri, dan harta benda
yang kau cintai. Cintamu langsung melihat titik pusat dari segala
filosofi, agama, istri, dan harta benda, dimana Dia berada di titik
pusat itu. Cintamu langsung melihat Dia.
Dan hanya Dia yang bisa memandang Dia.
Kau harus memahami ini, anakku. Maka, dalam dirimu hanya ada Dia, hanya
ada pancaran cahayaNya. Dirimu harus seperti bunga mawar yang merekah.
Karena hanya saat mawar merekah lah akan tampak kehindahan di dalamnya,
dan tersebar bau wangi ke sekitarnya. Mawar yang tertutup, yang masih
kuncup, ibarat cahaya yang masih tertutup oleh lapisan-lapisan jiwa.
Apalagi mawar yang masih berupa batang, semakin jauh dari terpancarnya
cahaya. Bukalah hatimu, mekarkan mawarmu.
Anakku, hanya jiwa yang telah berserah
diri saja lah yang akan memancarkan cahayaNya. Sedangkan jiwa yang masih
terlalu erat memegang segala yang dicintainya, akan menutup cahaya itu
dengan berhala filosofi, agama, istri, dan harta benda. Lihat kembali,
anakku, akan pengakuanmu bahwa kau telah berserah diri. Lihat baik-baik,
teliti dengan seksama, apakah pengakuan itu hanya pengakuan sepihak
darimu? Apakah Dia membernarkan pengakuanmu? Ketika kau bilang “Allahu
Akbar,” apakah kau benar-benar sudah bisa melihat keakbaran Dia dalam
setiap yang kau lihat? Jika kau masih erat mencintai berhala-berhalamu,
maka sesungguhnya jalanmu menuju keberserahdirian masih panjang. Jalanmu
menuju keber-Islam-an masih di depan. Kau masih harus membuka kebun
bunga mawar yang terkunci rapat dalam hatimu. Dan hanya Dia-lah yang
memegang kunci kebun itu. Mintalah kepadaNya untuk membukanya. Lalu,
masuklah ke dalam taman mawarmu. Bersihkan rumput-rumput liar di sana,
gemburkan tanah, sirami batang mawar, halau jauh-jauh ulat yang memakan
daunnya. Kemudian, bersabarlah, bersyukurlah, dan bertawakkallah.
InsyaAllah, suatu saat, jika kau melakukan ini semua, mawar itu akan
berbunga, lalu merekah menyebarkan bau harum ke penjuru istana.
Semoga Allah membimbingmu, anakku.
Semoga Allah membimbingmu, anakku.
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
****************
ANGIN API
Sebuah chapter dari buku Come to the Secret Garden: Sufi Tales of Wisdom
Dulu, sebelum mesin pemutar baling-baling yang menggerakkan roda kapal ditemukan, perjalanan mengarungi luasnya lautan atau menyusuri panjangnya sungai cuma bisa dilakukan dengan bantuan tiupan angin kencang. Tenaga sejumlah manusia yang disatukan memang mampu juga mengayuh perahu mengarungi lautan, tapi perlu waktu berpekan-pekan untuk tiba di tujuan. Itu pun belum tentu sampai, sebab bisa saja keburu dihantam badai di tengah jalan.
Dulu, sebelum mesin pemutar baling-baling yang menggerakkan roda kapal ditemukan, perjalanan mengarungi luasnya lautan atau menyusuri panjangnya sungai cuma bisa dilakukan dengan bantuan tiupan angin kencang. Tenaga sejumlah manusia yang disatukan memang mampu juga mengayuh perahu mengarungi lautan, tapi perlu waktu berpekan-pekan untuk tiba di tujuan. Itu pun belum tentu sampai, sebab bisa saja keburu dihantam badai di tengah jalan.
Kalau sedang tak ada tiupan angin, maka
kapal pun terombang-ambing di tengah lautan atau perahu terpaksa
dilabuhkan. Tanpa angin, kapal atau perahu tak akan pernah sampai ke
tujuan. Maka kepergian orang pun terhenti di tengah jalan, dan barang
kebutuhan hidup tak pernah tiba di tangan orang-orang yang membutuhkan.
Maka, bahaya kelaparan pun datang mengancam.
Tanpa adanya tiupan angin, tentu tak akan pernah terjadi penyatuan serbuk bunga. Akibatnya tumbuhan tak akan mengeluarkan buah. Maka, sekali lagi bahaya kelaparan mengancam kehidupan manusia. Sebab, di mana pun di dunia ini, makanan pokok orang pada dasarnya adalah buah. Buah padi, buah gandum, buah pisang, atau buah kurma.
Tanpa adanya tiupan angin, tentu tak akan pernah terjadi penyatuan serbuk bunga. Akibatnya tumbuhan tak akan mengeluarkan buah. Maka, sekali lagi bahaya kelaparan mengancam kehidupan manusia. Sebab, di mana pun di dunia ini, makanan pokok orang pada dasarnya adalah buah. Buah padi, buah gandum, buah pisang, atau buah kurma.
Tapi, jika angin bertiup kelewat kencang
dan mengubah dirinya menjadi badai atau topan, maka kapal pun tenggelam,
perahu karam, pohon bertumbangan, rumah ambruk, perkampungan porak
poranda. Angin yang berlebihan ternyata membawa malapetaka. Dan tak cuma
angin sebenarnya, apa pun yang berlebihan kerap mendatangkan celaka.
Kekayaan yang berlimpah ruah, misalnya, bisa membuat orang pongah
sehingga lupa kepada Yang Mahapemurah. Begitu pula kemiskinan yang
kelewatan kerap membuat orang putus asa, lalu bunuh diri untuk segera
tiba di neraka.
Namun demikian, ada angin yang
sesungguhnya teramat panas tapi justru menjadi berkah. Namanya Angin Api
yang cuma bertiup di gurun pasir. Angin Api inilah yang meranumkan
sekaligus membuat manis buah kurma yang kerasnya tak terkira. Tanpa
adanya Angin Api, kurma tak akan pernah matang dan tentunya tak bisa
dimakan.
Ketika angkutan umum seperti kereta api,
bus, pesawat terbang, belum menyentuh peradaban dunia, maka perjalanan
panjang melintasi daratan dilakukan orang dengan menunggang binatang.
Orang Badui yang tinggal di gurun pasir, misalnya, selalu menunggang
unta untuk ke mana-mana. Padahal di padang pasir nyaris tak tersedia
makanan. Tapi orang Badui sudah ditakdirkan dapat bertahan hidup dengan
menggunakan sedikit sekali makanan. Kurma adalah makanan utama mereka.
Orang Badui sepenuhnya bergantung kepada
kurma selama dalam perjalanan mengarungi gurun yang gersang untuk
mempertahankan kehidupan. Sari buah kurma seperti madu. Mereka
mengoleskannya ke atas roti, dan menggunakannya untuk memaniskan susu
unta yang sebenarnya sangat asin rasanya.
Hati manusia sekeras buah kurma yang hanya akan matang setelah mendapat terpaan panasnya Angin Api kehidupan. Seperti kurma yang ranum, hati manusia yang matang juga akan memberikan kehidupan bagi sekelilingnya.
Hati manusia sekeras buah kurma yang hanya akan matang setelah mendapat terpaan panasnya Angin Api kehidupan. Seperti kurma yang ranum, hati manusia yang matang juga akan memberikan kehidupan bagi sekelilingnya.
“Jika kalian menjadi pohon kurma karunia
Tuhan bagi seluruh kehidupan, maka kelaparan mereka akan hilang dan
kesulitan mereka akan ringan.”
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
********
Berdiri Di Bawah Keteduhan Kebenaran Tuhan
Cintaku, cucu-cucuku, permata bercahaya
yang menyinari mataku. Kemarilah, mari kita beristirahat di bawah
keteduhan pohon ini dan mencari perlindungan dari teriknya matahari.
Jika kita duduk di bawah cabangnya, kita akan terlindungi dari matahari
dan hujan. Tetapi jika kita tetap berada di kejauhan, kita tidak akan
menemukan kenyamanan. Sebaliknya kita akan mengeluh “Oh mataharinya
begitu terik!” atau “Hujannya membasahiku!” aku tidak mampu
menghadapinya! Pohon yang tidak berguna ini tidak memberiku perlindungan
apapun!” Kenapa menyalahkan pohonnya sedangkan kita sendiri tidak
berdiri pada sisi yang memberikan keteduhan?
Manusia juga menyalahkan Tuhan seperti
ini. Dia tidak mencari tempat berteduh dimana Tuhan berada. Dia tidak
mencari tempat berteduh pada tindakan-tindakan Tuhan, sifat-sifat-Nya,
atau keindahan-Nya. Sebaliknya, manusia berdiri ter-ekspos langsung
kepada penderitaan, pada panas dan dingin, dan kepada badai dan penyakit
dunia. Dia berdiri pada kegelapan dari ilusi dan menyalahkan Tuhan dan
kebenaran karena tidak melindungi dirinya. “Apa itu Tuhan?” katanya.
“Dimana Dia sekarang, ketika aku berhadapan dengan begitu banyak bahaya
dan penderitaan dari kesulitan-kesulitan yang begitu banyak? Angin badai
dan panas yang sangat terik menyiksaku,” katanya sembari menangis.
“Kenapa Tuhan tidak menolongku?”
Cucu-cucuku, adalah suatu kebodohan jika
menyalahkan Tuhan. Itulah yang dilakukan dunia. Adalah salah kita
sendiri jika kita berdiri di tengah-tengah ilusi, neraka, dan kegelapan.
Hanya jika berdiri di bawah keteduhan kebenaran Tuhan dan bertindak
atas dasar kebijaksanaan dan sifat-sifat-Nya, barulah kita akan
ternaungi oleh keteduhan. Engkau harus memikirkan hal ini.
Cintaku, permata yang menyinari mataku. Berdirilah di dalam keteduhan-Nya dan sambutlah kenyamanan-Nya. Amin
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
******
Bisakah Bawa Memberiku Sebuah Doa Spesial Untuk Diucapkan?
Sebuah percakapan Bawa Muhaiyaddeen dengan anak-anak kecil yang disusun dalam sebuah buku Why Can’t I See the Angels?
Penanya (berusia 7 tahun): Bisakah Bawa memberiku sebuah doa spesial untuk diucapkan?
Penanya (berusia 7 tahun): Bisakah Bawa memberiku sebuah doa spesial untuk diucapkan?
Bawa Muhaiyaddeen: Kami tidak bisa
memberikanmu doa yang tinggi saat ini karena engkau masih kecil. Masih
banyak yang harus engkau pelajari. Engkau harus memulainya dengan
perlahan-lahan, dan sepanjang perjalanan engkau akan melaju lebih
tinggi.
Doa pertama adalah: La ilaha illallah,
Muhammadur-Rasulullah. Tuliskan kalimat ini untuknya. (Bawa Muhaiyaddeen
lalu mengucapkannya kata per kata secara perlahan-lahan agar anak itu
bisa mengucapkannya.) Ambil ini sebagai doa spesialmu.
La ilaha bermakna batin: Tiada apapun
yang bukan Engkau. Illallah bermakna batin: Engkau, Allah. Tidak ada
tuhan yang sebanding dengan-Mu atau setara dengan-Mu. Engkau pemilik
segala kebesaran. Engkaulah satu-satunya Tuhan. Engkaulah Allah yang
Maha Berdiri Sendiri. Engkaulah Allah yang menciptakan seluruh ciptaan.
Engkaulah Allah yang memberikan rezeki kepada segala sesuatu. Engkaulah
Ayah* yang melindungi seluruh mahluk hidup, Allah yang menciptakan
segala sesuatu, menjaga segala sesuatu, dan memelihara segala sesuatu.
Engkaulah Allah yang menjadikan yang hidup menjadi mati dan engkaulah
Allah yang membangkitkan kembali mereka yang telah mati. Engkaulah Allah
yang akan mengajukan pertanyaan besok [pada hari pembalasan] mengenai
kebaikan dan keburukan yang telah kita lakukan. Engkaulah Allah yang
memberikan keputusan di hari pembalasan. Engkaulah Allah; tiada tuhan
selain Engkau. Ini adalah sebagian kecil arti dari doa ini.
Illallah. Engkaulah Allah.
Muhammadur-Rasulullah, Muhammad (SAL.) adalah utusan-Mu. Dia adalah
rasul dari kerajaan-Mu. Dia adalah utusan bagi seluruh kerajaan
rahmat-Mu. Engkau menciptakan dia, Rasul (SAL.) melalui
kebijaksanaan-Mu, Engkau menurunkan kebijaksanaan-Mu melalui bentuknya.
Seorang Rasul (SAL.) adalah bentuk dari kebijaksanaan-Mu dan adalah
cahaya bagi iman, bagi kepercayaan, keyakinan, dan keteguhan hati. Bagi
mereka yang memiliki kepercayaan kepada Engkau, bagi mereka yang
memiliki iman, seorang Rasul (SAL.) hadir sebagai cahaya. Melalui cahaya
itu, dia membimbing kita mengetahui-Mu dan melihat-Mu. Muhammad,
seorang Rasul (SAL.), adalah budak-Mu, utusan-Mu, Kebijaksanaan-Mu, dan
kebesaran-Mu.
La ilaha illallah, Muhammadur-Rasulullah.
Aku mengikuti dan mempercayai para Rasul (pembawa pesan) yang telah
Engkau datangkan. Aku menerima kebenaran ini sebagai iman dan kebenaran
ini sebagai kesucian, sebagaimana aku menerima Engkau, aku menerima
utusan-Mu, dan aku bergerak meraih-Mu.
Berikan salinan penjelasan kalimat ini kepada anak ini. Masih banyak penjelasan dari kalimat ini. Terdapat begitu banyak arti di dalamnya, tetapi ini hanyalah satu bagian penjelasan bagi imanmu, kepercayaanmu, keyakinan, dan keteguhan hatimu. Amin.
Berikan salinan penjelasan kalimat ini kepada anak ini. Masih banyak penjelasan dari kalimat ini. Terdapat begitu banyak arti di dalamnya, tetapi ini hanyalah satu bagian penjelasan bagi imanmu, kepercayaanmu, keyakinan, dan keteguhan hatimu. Amin.
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Dengan Tanda Apa Kita Bisa Menyadari Eksistensi Tuhan?
Dengan Tanda Apa Kita Bisa Menyadari Eksistensi Tuhan?
Wawancara dengan seorang Sufi Syeikh
Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen
Diterjemahkan oleh: Dimas Tandayu
Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen
Diterjemahkan oleh: Dimas Tandayu
Pertanyaan: Dengan tanda apa kita bisa
menyadari eksistensi Tuhan? Apakah buktinya? Apakah dengan suara, atau
bentuk, atau beberapa tanda lainnya?
Bawa Muhaiyaddeen: Segala sesuatu adalah
tanda dari Tuhan. Segala sesuatu menceritakan ceritaNya. Apapun yang
diciptakan manusia tidak dapat bergerak. Tetapi apa yang diciptakan oleh
Tuhan dapat bergerak.
Kita hanya dapat menganalisa hal-hal yang
telah diciptakan. Kita tidak mempunyai kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru. Contohnya, kita dapat mengambil sperma (yang Tuhan
telah ciptakan) dan menggabungkannya kedalam sebuah ovum (yang Tuhan
juga telah ciptakan) dan kemudian ‘menciptakan’ sebuah embrio. Dengan
hal itu kita bisa menciptakan kehamilan, tetapi hanya dengan
menggabungkan benih yang telah ada dengan benih lainnya. Kita juga dapat
menciptakan listrik, tapi hanya dengan menghasilkannya dari zat
lainnya. Kita juga menggunakan sinar matahari (yang Tuhan telah
ciptakan) untuk berbagai keperluan.
Segala hal yang telah diciptakan
menceritakan diriNya. Segalanya adalah pertanda dari kekuasaanNya,
sebuah bukti dari eksistensiNya. Jika kita ingin mengerti hal ini, kita
memerlukan keimanan yang tepat, keimanan yang melebihi tingkat akal dan
pikiran. Keimanan tersebut kita butuhkan untuk merefleksikanNya. Tapi
mari kita kesampingkan hal ini untuk sementara.
Tanda atau bukti bahwa Tuhan itu nyata
ada di dalam diri kita. Andaikan kau merasakan marah, benci, atau ragu,
atau buruk sangka kepada seseorang, dan kau menyakiti orang tersebut,
mungkin juga memukulnya. Dan andaikan orang tersebut pergi berlalu
begitu saja tanpa ada pembalasan, mengatakan kepada dirinya, “Oh Tuhan!
Engkau mengetahui segalanya. Ini tanggungjawabMu. Kaulah saksinya.
Engkaulah yang harus menjelaskannya.” Lalu, setelah dia pergi, muncul
suara peringatan dari dalam dirimu, yang menyebabkan hatimu sakit,
berkata, “Apa yang kau lakukan adalah salah. Kau memakinya, tetapi ia
tidak memaki kau kembali. Kau memukulnya, tetapi ia tidak memukulmu
kembali. Bukankah yang kau lakukan salah? Bukankah itu melanggar
keadilan? Renungkan hal ini dan kau akan merasakannya.Walaupun kau
memakinya dan memukulnya, ia tidak membalasmu, tetapi ia menerimanya
dengan sabar dan pergi begitu saja. Kau tidak berpikir sebelum
bertindak. Hanya karena kecurigaanmu dan kemarahanmu, kau memukulnya.”
Lalu sesuatu berbicara didalam dirimu,
memberitahumu untuk merenungkan kejadian yang baru saja terjadi dan
untuk meminta maaf kepada orang tersebut. Sesuatu hal memperingatkan
engkau dan membuat engkau menyadari apa yang telah engkau lakukan. Ia
juga menjelaskan akibatnya. Hal yang berada didalam diri tersebut
berperan sebagai saksi. Itulah Tuhan. Orang yang engkau sakiti
menyerahkan masalahnya kepada Tuhan dan pergi.Tuhan lalu hadir didalam
dirimu dan menegurmu. Renungkanlah hal ini. Saksi tersebut ada didalam
diri kita. Ini adalah poin pertama.
Kemudian, seandainya kita mengingkari
eksistensi Tuhan. Contohnya, Stalin mengatakan bahwa Tuhan tidak ada dan
mendirikan komunisme. Tetapi kemudian tumbuh sebuah tumor pada
badannya, dan pada saat ia menderita ketika mendekati ajalnya, dia
berteriak “Ya Tuhan!”. Dari mana dia mendapat dorongan untuk berkata
seperti itu? Ia adalah manusia yang mengingkari eksistensi Tuhan, tetapi
ketika dia menderita dia berteriak, “Ya Tuhan!” Sebelumnya dia
menegaskan tidak mempercayai Tuhan. Tuhan tidak ada didalam pemikiranya.
Jadi darimana kata tersebut datang? Dari dalam dirinya. Ia terletak
didalam diri sebagai sebuah kekuatan, tanpa tubuh ataupun bentuk, tanpa
suku atau kasta ataupun agama, tanpa perbedaan warna kulit, atau
perbedaan antara “Aku” dan “engkau”. Kekuatan tersebut melihat setiap
orang sama. Ia menilai dengan Kasih Sayang dan Cinta. Ketika ada bahaya
yang mengancam, Kekuatan itulah yang membuat orang berteriak, “Ya
Tuhan!” Segera setelah Ia menetap didalam keimanan kita, Ia membimbing
kita dan membuat kita terjaga. Itulah bukti yang berada didalam diri
kita. Walaupun kita tidak dapat melihatnya dari luar, peringatan
tersebut muncul dari dalam diri kita, bukankah begitu? Itulah buktinya.
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Ini Bukanlah Ujian, Tetapi Sebuah Kesempatan
Oleh: M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Diterjemahkan oleh: Dimas Tandayu
Diterjemahkan oleh: Dimas Tandayu
Tuhan membawa pelajaran (Hikmah) kepada
kita melalui berbagai cara. Seseorang bisa mendapatkan pelajaran melalui
anaknya, ada yang melalui istrinya, ada juga yang melalui
perkerjaannya. Dengan banyak jalan Tuhan memberikan kita pelajaran.
Jadi, setiap saat kita berhadapan dengan sebuah masalah atau kesulitan,
kita perlu menerimanya karena dengannya kita telah diangkat menuju
langkah yang lebih tinggi. Setiap hal yang menyebabkan sakit atau
penderitaan atau kekhawatiran, kita perlu menyadari bahwa Tuhan telah
merancang hal tersebut untuk menaikkan langkah kita ke tinggkat yang
lebih tinggi. Melalui kehidupan , Dia selalu memberikan kita hikmah
sehingga dengannya, satu per satu, kita bisa naik menuju 99 langkah.(1)
Sayangnya, kita cendrung berpikir bahwa
situasi seperti ini adalah musibah, lalu kita menderita dan mengeluh.
Sebuah pelajaran bisa datang melalui berbagai bentuk – problem ditempat
kerja, masalah menyangkut gelar atau ketenaran, pertanyaan tentang kasta
atau suku, masalah politik, atau melalui kelaparan, sakit, atau wabah
penyakit. Tetapi setiap hal ini merupakan kesempatan bagi kita untuk
menaiki derajat kecintaan kita kepada Tuhan. Ini adalah suatu kesempatan
untuk menguatkan keimanan kita kepadaNya dan memperoleh sifat-sifatNya.
Untuk itu, kita seharusnya tidak
mengkritik Tuhan, mengatakan, “Dia memberiku terlalu banyak masalah!”
Kita perlu menyadari bahwa melalui setiap masalah Dia mencoba untuk
mengangkat kita dari keterpurukan, keadaan yang tidak stabil yang kita
tempati saat ini dan menempatkan kita pada langkah yang lebih tinggi,
langkah yang akan menguatkan iman dan rasa syukur kita, dimana kita
menjadikannya sebagai tempat berpijak.
Jangan pernah berpikir Tuhan mengujimu.
Itu bukanlah caraNya. Selalu berpikir apapun yang datang adalah
kesempatan Tuhan untuk mengangkatmu. Lihatnya seperti itu dan
berpikirlah, “Hal ini terjadi untuk menunjukkan aku sesuatu, untuk
menjelaskan sesuatu kepadaku.”
Jadi panjatlah. Panjatlah menuju langkah
berikutnya dengan keimanan, kesabaran, dan keihklasan. Jika kau berhasil
dalam melakukan semua 99 langkah ini, lalu semua masalah yang kau
hadapi akan hilang. Kau akan meninggalkannya dibelakang. Kau hanya akan
melihat Tuhan. Masalah-masalah ini tidak baik untukmu, bahkan mereka
tidak mau bersamamu, jadi tinggalkan mereka dibelakang dan panjatlah
lebih tinggi. Jika kau kembali kepada tingkat mereka, itu hanya akan
mendatangkan banyak masalah lainnya. Jadi panjatlah, dan tetaplah
memanjat. Tuhan berkata, “Panjatlah, percayakan kepadaKu. Naiklah dan
menetaplah di tempatKu, tempat kebaikan. Datanglah menujuKu dan
panjatlah dengan keimanan dan kesabaran yang tinggi.” Itulah yang kau
butuhkan. Lalu kau akan mengerti tentangNya.
Hentikan keluhan dan rengekanmu. Berhenti
berkata, “Aduh, Tuhan mengujiku, Dia memberiku ujian ini. Jika Tuhan
itu ada, kenapa Dia memberiku masalah-masalah ini?” Tidak seharusnya kau
bersikap seperti itu. Tuhan telah mengatakan kepada kita, “Aku
menciptakan kebaikan dan keburukan agar kau melihatnya dan menilai mana
yang baik dan mana yang buruk. Kebaikan adalah untukmu dan keburukan
adalah musuhmu. Jadi ketika keburukan mendekatimu, tinggalkan ia
dibelakang dan panjatlah.”
Ketika masalah selanjutnya muncul,
panjatlah lebih tinggi. Kau harus menghadapi masalah-masalah ini agar
kau menjadi lebih arif. Jika kau tetap menyalahkan Tuhan dan mengeluh
tentang kehidupanmu, kau akan menyerah dihadapan Tuhan daripada berjalan
menujuNya. Kau harus mengerti akan hal ini. Ini adalah sikap keimanan.
Kau harus menjaga agar tetap sabar dan tawakal dalam berjalan menujuNya.
Manusia yang berhasil memanjat seluruh langkah akan menjadi manusia
yang sempurna.
Catatan:
1)Ini adalah referensi dari 99 nama Tuhan dalam Islam, nama seperti Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Untuk memanjat adalah menerapkan sifat-sifat dari nama tersebut.
1)Ini adalah referensi dari 99 nama Tuhan dalam Islam, nama seperti Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Untuk memanjat adalah menerapkan sifat-sifat dari nama tersebut.
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
*******
KELAHIRAN KEMBALI, REINKARNASI
Bawa Muhaiyaddeen: Berikut ini adalah sesuatu yang perlu kalian pahami.
Masa hidupmu di dunia, masa kelahiranmu satu-satunya inilah saat ketika engkau menjalani seluruh kelahiran kembali (rebirth). Ada 105 juta kali kelahiran kembali. Setiap hari, engkau terlahir kembali. Setiap munculnya sifat baru di dalam dirimu adalah sebuah kelahiran kembali. Engkau menjalani seluruh kelahiran baru ini dalam rentang kehidupanmu satu-satunya ini.
Perhatikan wajah seseorang, sebagai contoh.
Masa hidupmu di dunia, masa kelahiranmu satu-satunya inilah saat ketika engkau menjalani seluruh kelahiran kembali (rebirth). Ada 105 juta kali kelahiran kembali. Setiap hari, engkau terlahir kembali. Setiap munculnya sifat baru di dalam dirimu adalah sebuah kelahiran kembali. Engkau menjalani seluruh kelahiran baru ini dalam rentang kehidupanmu satu-satunya ini.
Perhatikan wajah seseorang, sebagai contoh.
Suatu kali wajahnya tampak sedemikian
marah, seperti wajah harimau. Kali yang lain ia menyerupai wajah gelap
setan. Dan kali yang lain lagi, wajah yang tadinya ramah tiba-tiba
menjadi berkerut. Begitu banyak ‘muka’ di wajah seseorang. Hati dan
wajah menggambarkan keadaan seseorang ketika itu, apakah ia senang,
sedih, marah, dendam, dan berbagai keadaan lain yang dialaminya.
Masing-masing keadaan itu adalah suatu bentuk, suatu “tubuh” yang
dikenakan seseorang pada saat itu. Begitulah, tanpa ia sadari, seseorang
terlahir kembali ke berbagai bentuk di kehidupannya. Hal ini terjadi
setiap saat, baik ketika ia tidur atau bangun, baik ketika ia berpikir
atau bermimpi.
Tiap perbuatan di kehidupan ini bisa jadi
baik atau buruk, benar atau salah. Di dalam kubur nanti, kita akan
ditanya, dan penilaian akan ditentukan. Mereka yang berbuat baik akan
memperoleh kebaikan, yang berbuat jahat akan terhukum. Masing-masing
orang akan memperoleh apa yang telah diusahakannya.
Ketika Kiamat tiba, Israfil, sang
malaikat udara, akan meniupkan sangkakalanya. Ketika itu semua orang
akan dibangkitkan, masing-masing akan bangkit dengan bentuk kelahiran
kembalinya sesuai dengan sifat atau perbuatannya di dunia. Hanya saat
itulah, bentuk atau tubuh yang baru akan dikenakan kepadanya. Bisa jadi
ia bertubuh anjing, kucing, tikus, atau makhluk lain, dan hanya dengan
tubuh itulah ia akan menghadapi berbagai pertanyaan dan
mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya.
Seperti apakah pertanggungjawaban akhir
ini? Itu adalah hasil dari segala yang kita bawa. Apa itu surga? Surga
adalah segala yang kita bawa bersama kita. Apa itu kebaikan? Kebaikan
adalah segala yang kita bawa bersama kita. Untuk setiap perbuatan baik,
sekecil apapun, seribu atau bahkan sepuluh ribu keindahan akan ditebar
di sana. Sebersit kebaikan akan menjadi ribuan kebaikan. Apa saja yang
kita perbuat di dunia ini, baik atau buruk, akan berlipat-lipat ganda
yang nanti akan dibukakan untuk kita. Surga adalah sebuah tempat di mana
segala perbuatan dan niat baik menjadi ribuan kali bahkan puluhan ribu
kali, dan itu semua dipersiapkan bagi kita.
Anak-anakku terkasih, apa makna dari
ucapan, “Kita harus mati sebelum mati“? Itu artinya kita harus berjuang
agar seluruh sifat-sifat keji, sifat-sifat setan di dalam diri kita itu
mati sebelum kematian mendatangi kita. Bila sifat-sifat itu mati, maka
keduniaan di dalam diri kita pun akan mati. Dan bila keduniaan di dalam
diri kita itu mati, maka segala dosa, makhluk-makhluk jahat dan setan
yang bersembunyi di dalamnya pun akan mati. Nafsu dan keinginan akan
tanah, emas, dan zina akan mati berbarengan dengan matinya keduniaan
kita. Maka yang tinggal hanya Allah dan qudrat-Nya. Bila semua
sifat-sifat keji di dalam diri kita itu mati, maka itu lah mati sebelum
mati dan hanya sifat-sifat Allah, tindakan dan perilaku-Nya lah yang
akan tinggal. Maka tak ada lagi kematian bagi kita. Kita akan menjalani
hidup yang kekal, yang sejati. Bila kita menjalani hidup seperti itu, di
manakah kita hidup? Kita hidup di dalam surga, kerajaan-Nya.
Seperti itulah, anakku. Bila hari itu
tiba, orang seperti itu tak akan lagi masuk ke dalam kubur. Dia akan
hidup di surga, karena di manapun ia berada adalah sebuah surga. Ia tak
memiliki kematian. Di manapun ia berada adalah istana baginya. Di bumi,
ia berada di istana. Di surga, ia pun berada di istana. Ketika dikubur,
ia berada di istana. Ia memiliki satu istana di luar dan satu di dalam.
Ada ucapan seorang bijak dari Tamil,
“Bila aku gagal di kelahiranku ini, ya Tuhan, adakah kesempatan lain
bagiku?” Penjelasannya seperti ini: Kelahiran ini adalah kelahiran kita
satu-satunya sebagai manusia dengan potensi kebijaksanaan tertinggi
(pahuth arivu). Bila kita gagal dalam pencapaian di sini, kapankah kita
memperoleh kelahiran yang serupa? Tak akan pernah. Bila kita tak
mempelajari apa yang seharusnya kita datang untuk mempelajarinya, kita
akan terperangkap ke dalam sekian banyak kelahiran kembali. Sifat dan
kebijakan kita akan memburuk. Tindakan kita akan memburuk. Bentuk kita
akan memburuk. Ini adalah satu-satunya kelahiran kita sebagai makhluk
manusia, dan bila kita tidak meraih tingkat kehidupan sejati dengan mati
sebelum mati, kita akan sulit beroleh rahmat-Nya. Namun bila kita
melepas kesempatan di kehidupan yang ini, maka segenap sifat
kebijaksanaan tertinggi akan meninggalkan kita, dan semua sifat
kebinatangan, sifat jahat, sifat setaniah akan masuk ke dalam diri kita.
Kita akan termangsa oleh amarah dan benci, dan kita akan mengalami
banyak kesulitan. Sifat iri dan dengki, dan sifat terlampau
membeda-bedakan “aku dan engkau”, “agamamu dan agamaku” akan
mencengkeram dan menggiring kita ke tempat yang berbeda. Itu semua akan
merubah diri kita. Itu sebabnya dikatakan bahwa bila kita kehilangan
kesempatan di kelahiran yang ini, kita pun akan kehilangan bentuk
kemanusiaan kita dan terperangkap ke dalam berbagai bentuk lain dan
kelahiran kembali. Inilah yang dimaksud oleh para orang bijak itu.
Bila seorang manusia menjadi manusia yang
sesungguhnya (insaan), maka hanya akan ada satu kelahiran. Bila segala
sifat buruk dan keduniaan di dalam dirinya mati sebelum kematian fisik
menjemputnya, maka ia akan mati ke dalam haribaan Allah dan tercerap ke
dalam sifat-sifat-Nya. Inilah arti dari ucapan itu. Mengertikah engkau,
anakku? Kasih sayangku untukmu.
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
*******
MAJELIS AGUNG
Sebuah tulisan yang aslinya berjudul
“Divine Assembly”, diterjemahkan dari buku The Tree That Fell To The
West, karya Bawa Muhaiyaddeen.
oleh Bawa Muhaiyaddeen
oleh Bawa Muhaiyaddeen
Pencarian saya akan Tuhan berlangsung 21
tahun lamanya pada tahap pertama: tahapan syari’at. Saya pergi mencari
Tuhan di pura dan candi-candi, gereja, masjid-masjid — tanpa makan,
minum dan tidur, selama 21 tahun. Dan sepanjang itu pula saya menemui
para tokoh, swami atau yogi. Pengalaman bersama mereka seperti
meyakinkan saya bahwa walaupun apa yang mereka ajarkan tampak benar,
namun terasa seperti tanpa garam, tak berasa apa-apa. Saat saya tanyakan
apakah mereka melihat Tuhan, mereka tak sanggup menjelaskan-Nya.
Kata-kata mereka hambar. Mereka sempat mengatakan bahwa satu-satunya
jalan untuk melihat Tuhan adalah dengan bersemedi. Maka saya pun mendaki
bukit di hutan, duduk di bawah sebuah pohon, menutup mata dan bersemedi
41 tahun lamanya. Namun saya tetap tak melihat Tuhan. Meski banyak hal
tampil di sana, kerlap-kerlip, kilau cahaya dan berbagai keajaiban,
namun kala saya acungkan senjata yang diberikan guru, mereka pun habis
terbakar, pupus.
Saya telah bertemu banyak tokoh agama,
swami, orang-orang suci yang datang meminta tolong kepada saya, karena
tak mampu menunjuki apapun. Mereka mohon perlindungan. Mereka meminta
agar saya tak menghancurkan mereka. Lantaran tak seorang pun sanggup
memenuhi apa yang saya inginkan, saya pun mengurung diri ke pegunungan
Himalaya selama 12 tahun. Di puncak gunung, di atas sana, saya berdiri
dengan satu kaki pada bekas tetesan air yang telah membeku yang
kelihatan seperti akar sebuah pohon. Saya berdiri seperti itu 12 tahun
lamanya, berharap untuk dapat melihat Tuhan. Jika kalian mencoba berdiri
dengan posisi yoga seperti itu, kalian tak akan sanggup membengkokkan
tubuh.
Setelah 12 tahun waktu berjalan, saya pun
terbangun dan menemukan tubuh saya telah tertutup es dan ditangkupi
kabut tebal. Saya gunakan senjata dari guru untuk memecah es itu, dan
seketika itu pun saya menyaksikan sebuah pemandangan yang luar biasa.
Saya melihat banyak orang, yakni mereka yang telah begitu lama berada di
tempat itu, mereka yang berdiri dengan dua kaki, dan mereka yang
tertidur atau yang sekedar beristirahat beberapa tahun. Kebanyakan
mereka tak sanggup bertahan dan meninggalkan tempat itu setelah sekian
lama. Saya juga melihat bangkai-bangkai orang mati di sekeliling saya.
Beberapa di antaranya tanpa jantung atau bahkan tak lagi berdaging,
sementara yang lainnya benar-benar hanya tinggal tengkorak. Mereka
adalah orang-orang yang datang untuk yoga, namun mereka tak lagi
bernyawa. Saya katakan kepada pikiran saya sendiri, “Lihatlah,
pikiranku, engkau telah menyia-nyiakan masa hidupku. Aku menghabiskan 70
tahun mencoba menemukan Tuhan, namun tak sedikit pun suara-Nya,
kata-kata-Nya atau bahkan gaung-Nya terdengar. Kita berdua telah
membuang waktu sia-sia. Demikian pula orang-orang di sini, mereka binasa
di tengah jalan. Tuhan tidak di sini, aku harus mencarinya lebih jauh.”
Saya pun turun dan pergi dari tempat itu.
Lalu terdengarlah sebuah suara. Saya
acungkan senjata ke arah suara itu. Saya mendengarnya seperti sebuah
nyanyian, tapi bukan nyanyian sihir, bukan nyanyian yang memperdayakan.
Ternyata kemudian, itulah waktu ketika hati (qalb) saya menerima Hikmah
Agung. Diri saya disulut oleh Al-Hikmah. Segalanya menjadi terang
benderang dan saya melihat segalanya, segala yang ada! Seluruh misteri
ditampakkan di hadapan saya. Lewat pemahaman akan misteri-Nya dan
rahasia-rahasia dari ciptaan-Nya itu, saya melihat Tuhan Sendiri bagai
pelita suci yang terang benderang.
Itulah tahapan ketika saya menjadi guru
di wilayah empat agama, bekerja sekuat tenaga mempelajari makna dari
agama-agama ini. Dari keempat agama ini, masing-masing terpilih 60 orang
yang telah mencapai tahapan hikmah yang sangat tinggi, dan saya menjadi
guru bagi mereka, mencerahkan mereka dengan hikmah yang lebih dalam.
Saya bertemu mereka dalam keberagamaan mereka masing-masing, di pura
atau candi-candi, di gereja, di masjid, mencoba memberi mereka pemahaman
tentang Tuhan dan kebenaran-Nya. Saya mengajari mereka tentang apa yang
mereka cari selama ini. Mereka masih hidup sampai kini, tidak mati.
Meski mereka telah meninggalkan wujud fisik mereka, tapi mereka tetap
hidup, walau tersembunyi. Mereka tidak mati.
Mereka termasuk ke dalam sebuah majelis yang mengatur bumi. Seperti halnya Kongres di negeri ini, ada sebuah kongres Ketuhanan, Majelis Agung. Dan seperti halnya Kongres yang terdiri dari Senat dan dewan-dewan perwakilan, Majelis Agung ini yang berisi orang-orang suci di dalamnya, juga terbagi ke dalam dewan-dewan yang memiliki urusan yang berbeda-beda. Sebagian berurusan dengan penyakit, bagaimana ia menjangkiti, dan apa penyebabnya. Sementara bagian lain bertanggungjawab pada produksi dan distribusi makanan. Ada juga yang berurusan dengan penyebaran hikmah dan pengetahuan. Sementara yang lainnya lagi, yakni para utusan Tuhan, gnani dan wali-wali bertugas menyampaikan pesan-pesan Tuhan bagi dunia ini. Mereka berada di pucuk gunung, bertugas menjaga kebutuhan fisik dan spiritual kaumnya. Yang lainnya adalah para wali yang ditugaskan untuk melaksanakan urusan tertentu. Seperti itulah alam ini berjalan.
Mereka termasuk ke dalam sebuah majelis yang mengatur bumi. Seperti halnya Kongres di negeri ini, ada sebuah kongres Ketuhanan, Majelis Agung. Dan seperti halnya Kongres yang terdiri dari Senat dan dewan-dewan perwakilan, Majelis Agung ini yang berisi orang-orang suci di dalamnya, juga terbagi ke dalam dewan-dewan yang memiliki urusan yang berbeda-beda. Sebagian berurusan dengan penyakit, bagaimana ia menjangkiti, dan apa penyebabnya. Sementara bagian lain bertanggungjawab pada produksi dan distribusi makanan. Ada juga yang berurusan dengan penyebaran hikmah dan pengetahuan. Sementara yang lainnya lagi, yakni para utusan Tuhan, gnani dan wali-wali bertugas menyampaikan pesan-pesan Tuhan bagi dunia ini. Mereka berada di pucuk gunung, bertugas menjaga kebutuhan fisik dan spiritual kaumnya. Yang lainnya adalah para wali yang ditugaskan untuk melaksanakan urusan tertentu. Seperti itulah alam ini berjalan.
Barangsiapa menyerahkan tubuh fisiknya
untuk masuk ke wilayah hikmah, maka ia akan masuk ke dalam kelompok ini,
Majelis Agung, menjalankan tugas-tugas di 18.000 alam. Majelis ini
bertanggungjawab atas hujan, bagaimana dan di mana ia turun, seperti apa
pengendaliannya. Mereka bertanggungjawab atas makanan, siapa yang
menanam, di mana, dan bagaimana ia didistribusikan. Mereka mengawasi
penyakit-penyakit, paceklik, dan wabah, bagaimana datangnya, bagaimana
cara mengendalikannya. Seluruh aspek kehidupan dijalankan oleh mereka
yang berada di majelis ini, termasuk pula di dalamnya para malaikat yang
agung: Jibril a.s., Mikail a.s., Izrail a.s. sang pencabut nyawa,
Israfil a.s., Munkar a.s. dan Nakir a.s., Raqib a.s. dan Atid a.s. Para
malaikat ini membawa perintah Tuhan kepada majelis untuk didiskusikan,
dan ketika sesuatu hal selesai dibahas, berbagai keputusan pun diambil.
Saya pun terhubung dengan majelis ini.
Saya pernah ditugaskan mengepalainya, yakni sebagai sheikh dari majelis
ini. Ini bukan satu hal yang saya inginkan, tapi ini dilimpahkan kepada
saya. Tapi sudahlah, saya tak akan membicarakan itu lebih jauh lagi,
mari kita membahas yang lain.
Anak-anakku terkasih, lebih dari 400
tahun terakhir, tak seorang pun di bumi ini tergabung dengan Majelis
Agung. Dan untuk itulah alasan saya didatangkan ke sini, yakni menemukan
orang-orang di dunia ini untuk kemudian dijadikan anggotanya. Dalam
menjalankan misi ini, saya telah membawa dan menebarkan hal-hal, cukup
banyak sampai memenuhi sebuah bahtera yang bahkan sanggup membawa jutaan
kapal-kapal kecil. Demikian banyak yang telah saya bawa dan coba
berikan, namun selama seratusan tahun terakhir itu hanya
enambelas-setengah orang yang benar-benar menjadi manusia yang
sesungguhnya. Berapa jutakah jumlah orang di dunia ini? Dari semua itu,
hanya sedikit sekali yang menerima apa yang saya tawarkan. Mereka
menginginkan apa yang ada di dalam bahtera, namun ketika mereka datang
kepada saya, mereka membawa beban-beban yang begitu banyak sehingga tak
sanggup lagi menampung apa yang saya coba tawarkan.
Tampaknya tak seorang pun siap menerima
apa yang saya bawa. Malahan, semua orang mencoba menawari saya dengan
apa-apa yang mereka miliki, mereka berusaha menjual barang-barang yang
saya tak mungkin membelinya. Juga meski sebagian orang berkeinginan
menerima apa yang saya bawa, akan tetapi gudang mereka telah penuh, dan
tak ada lagi ruang bagi apa-apa yang hendak saya berikan. Bahkan ketika
mereka telah meraihnya sekalipun, seketika itu pula mereka membuangnya
kala menyadari mereka tiada sanggup menyimpannya. Beberapa dari mereka
berkata, “Tunjukkan Tuhanmu kepadaku, tunjukkan Tuhan yang engkau
bicarakan itu. Kami punya satu tuhan yang dapat kami lihat. Lihat, Bawa,
lihat tuhan milik kami ini,” dan mereka menunjukkan saya tuhan anjing
mereka, patung Krishna mereka, atau tuhan apapun yang mereka miliki.
Mereka berkata, “Bawa, engkau berbicara tentang Tuhan yang tak tampak,
mana Tuhanmu?”
Saya jawab, “Meski engkau dapat melihat tuhanmu, dapatkah engkau berbicara dengannya, dapatkah ia berbicara denganmu?”
Mereka bilang, “Tidak, kami tak dapat bercakap-cakap dengannya, tapi paling tidak kami bisa melihatnya.” Apa yang mereka inginkan hanyalah sesuatu yang mereka bisa lihat dengan mata kepala. Lalu mereka bertanya lagi, “Mana Tuhan yang engkau omongkan itu?”
Mereka bilang, “Tidak, kami tak dapat bercakap-cakap dengannya, tapi paling tidak kami bisa melihatnya.” Apa yang mereka inginkan hanyalah sesuatu yang mereka bisa lihat dengan mata kepala. Lalu mereka bertanya lagi, “Mana Tuhan yang engkau omongkan itu?”
Saya jawab, “Dia ada di dalam dirimu, Dia
ada di dalam diriku, Dia di sini, Dia di sana, Dia ada di mana-mana.
Jika engkau menginginkan-Nya, engkau musti menempatkannya di sebuah
bejana khusus. Lihat ini, ambil pelita ini. Ini adalah permata yang tak
ternilai harganya. Jika engkau menyimpannya dengan baik, engkau akan
melihat di mana Tuhan berada. Begitu permata ini memandang kepada-Nya,
seketika itu pula ia akan mengeluarkan pelita pesan-pesannya. Engkau tak
akan sanggup melihat Tuhan tanpa kekuatan dari cahaya ini.”
“Mana cahaya itu?” tanya mereka,
“Tunjukkan cahaya itu, tunjukkan mana Tuhanmu!” Namun ketika saya
berusaha menunjukkannya, saya perhatikan mereka membawa empat bejana
yang berbeda untuk menampung apa yang saya coba berikan kepada mereka.
Bejana yang pertama adalah saringan, persis seperti serat-serat pohon
kelapa. Bejana yang kedua mirip seekor kerbau. Yang ketiga bagai pot
rusak. Dan yang keempat menyerupai angsa. Semua yang datang, membawa
salah satu dari keempat bejana ini untuk mewadahi apa yang saya coba
berikan.
Ketika dijelaskan kepada mereka, “Tuhan
adalah seperti nektar yang lezat tiada putus-putusnya,” ketika saya
mengajak mereka untuk minum madu ilahiah ini, dan ketika saya
mengarahkan dan mencoba menuangkannya kepada mereka, bejana yang mereka
miliki tak sanggup menampungnya. Saya serukan kepada mereka yang datang
dengan pikiran yang seperti saringan, “Kemarilah wahai anakku, ini madu,
ini nektar.” Namun ketika saya menuangkannya, madunya hanya meluncur ke
bawah; dan hanya kotoran yang tertinggal di atasnya.
Kala mereka melihatnya, mereka bilang, “Apa ini? Aku hanya melihat sampah di sini!” dan mereka pun pergi.
Selanjutnya datanglah mereka yang
memiliki pikiran layaknya pot rusak. Saya berkata, “Ini, simpan ini,
minumlah.” Saya pun menuang nektar itu, mereka melihat ke dalam pot itu
dan menemukannya telah kosong.
Segala yang saya tuang hanya lewat saja
melalui lubang-lubang pot. Pot rusak dari pikiran rendah yang tanpa iman
ini tak sanggup menampungnya. Lalu mereka mulai membentak saya, “Mana
hal-hal yang engkau ceritakan itu? Aku tak melihatnya. Engkau berbohong,
engkau tak benar-benar melihat Tuhan,” dan mereka pun pergi.
Kemudian datanglah mereka yang memiliki
pikiran kerbau. Saya menunjuk kepada lautan nektar di sana, danau yang
berisi air jernih yang lezat tiada tara, mengajak mereka meminum
sarinya. Akan tetapi, bukannya berdiri di tepi danau dan meminumnya
perlahan, mereka masuk ke tengah danau, melompat-lompat dan
mengaduk-aduk lumpur di bawahnya, mengotori airnya. Mereka kembali dari
tengah danau dan bertanya-tanya, “Mana air jernih yang engkau ceritakan
itu, mana rasa yang lezat itu? Kami hanya melihat lumpur dan kotoran
ini!” Mereka yang mengotori air, mereka pula yang kembali bertanya.
Mereka adalah orang-orang yang mengambil tiga langkah awal dari
perjalanan mendaki: sariyai, kiriyai, dan yogam, mengganggu kejernihan
nektar dengan tiga langkah ini. Mereka pun akhirnya pergi.
Yang keempat adalah mereka yang seperti
angsa, seekor burung yang begitu indah, putih bersih dengan paruhnya
yang panjang. Angsa semacam ini, konon, sukar ditemui di dunia ini. Jika
engkau mencampur air dengan susu, burung ini akan memasukkan paruhnya
dan menghisap hanya susunya dan menyisakan air di dalamnya. Ia memiliki
kemampuan untuk membedakan susu dengan air. Mereka yang datang bak angsa
ini sanggup membedakan antara yang duniawi dan yang ilahiah. Mereka
dengan hati-hati menyerap yang ilahiah dan meninggalkan apa yang cuma
sekedar ilusi. Dalam kata-kata seorang guru atau apa saja yang ada dalam
pikiranmu, senantiasa ada campuran antara susu murni dengan air.
Barangsiapa sanggup membedakan antara keduanya dan mengambil sari-sari
kemurnian, sari-sari kebenaran, mereka telah mencapai tingkatan gnani,
sosok yang memiliki hikmah agung.
Hanya ia yang mampu membedakan realitas
dari yang bukan-realitas akan mampu pula melihat dirinya, melihat Tuhan
dan bersatu dengan-Nya. Ia akan dapat melihat kebenaran, paham akan
ilusi-ilusi. Ia akan melihat kehidupannya sendiri, ia akan melihat
kehidupan yang lainnya dan dapat berkomunikasi dengan semuanya. Ia akan
mendengar tasbih atau meditasi yang berbeda-beda dari setiap makhluk di
bumi ini. Ia akan paham sifat dari tasbih-tasbih ini. Ia akan mendengar
suara-suara keluar dari tasbih-tasbih ini. Ia akan sanggup menyetel
telinganya untuk mendengar suara-suara malaikat atau makhluk-makhluk
lainnya, memahami tasbihnya. Ia pun sanggup menyetel telinganya untuk
mendengar suara-suara Tuhan keluar dari dalam dirinya. Kebanyakan orang
melihat dengan kedua belah matanya, namun ia melihat dengan setiap
pori-pori di kulitnya. Setiap pori adalah mata yang dengannya ia dapat
melihat. Ia memiliki milyaran pori yang dibangkitkan dengan cahaya
ilahiah, dan seluruh pori ini melihat apa yang di sekelilingnya, di
belakang, depan, dan di semua sisi. Ia melihat surga, dunia dan
semuanya, semua yang ada. Ia melihat semuanya dengan sangat jelas,
total. Tak ada satu makhluk pun luput dari mata seperti ini, karena
setiap helai bulu, setiap pori di kulitnya adalah penglihatan baginya.
Jika engkau nyalakan dirimu dengan baterai hikmah, setiap pori akan disinari dengan pelita, seperti bola lampu. Jika semua pelita di sini menyala, seluruh kota adalah cahaya yang lengkap gemerlap. Engkau akan bagaikan mentari, senantiasa terang, tiada pernah malam. Suatu tingkatan yang tak ada lagi siang atau malam, segalanya adalah siang. Anakku tersayang, semoga Tuhan menganugerahkanmu hikmah yang seperti ini. Banyak di antara kalian datang meminta untuk memberi kalian apa yang ada padaku. Namun jika engkau membawa bersamamu hal-hal semacam tadi, tak akan ada ruang bagi apa yang hendak kuberikan kepadamu. Buang semua hal itu. Tak ada ruang di gudangmu untuk hal-hal seperti itu. Datanglah dengan tanpa apa-apa dan tangan terbuka, maka engkau akan mampu menyimpan apa-apa yang kuberikan kepadamu. Semoga engkau dapat mencapai hikmah yang seperti ini. Amin.
Jika engkau nyalakan dirimu dengan baterai hikmah, setiap pori akan disinari dengan pelita, seperti bola lampu. Jika semua pelita di sini menyala, seluruh kota adalah cahaya yang lengkap gemerlap. Engkau akan bagaikan mentari, senantiasa terang, tiada pernah malam. Suatu tingkatan yang tak ada lagi siang atau malam, segalanya adalah siang. Anakku tersayang, semoga Tuhan menganugerahkanmu hikmah yang seperti ini. Banyak di antara kalian datang meminta untuk memberi kalian apa yang ada padaku. Namun jika engkau membawa bersamamu hal-hal semacam tadi, tak akan ada ruang bagi apa yang hendak kuberikan kepadamu. Buang semua hal itu. Tak ada ruang di gudangmu untuk hal-hal seperti itu. Datanglah dengan tanpa apa-apa dan tangan terbuka, maka engkau akan mampu menyimpan apa-apa yang kuberikan kepadamu. Semoga engkau dapat mencapai hikmah yang seperti ini. Amin.
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
*******
Mengapa Manusia Tidak Mendapatkan Kebahagiaan
Sebuah Kisah Bijaksana dari seorang Sufi Sheikh
Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen
dari buku My Love You My Children
Diterjemahkan dari oleh: Dimas Tandayu
Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen
dari buku My Love You My Children
Diterjemahkan dari oleh: Dimas Tandayu
Anakku yang mulia, yang aku sayangi, yang aku cintai, cucu-cucuku. Aku akan menceritakan sebuah kisah.
Tuhan menciptakan manusia dengan cara yang indah. Lalu Tuhan bertanya kepadanya, “Apa yang kamu inginkan?”
Manusia menjawab, “Aku menginginkan hidup yang tenteram. Aku ingin menyembahmu, Oh Tuhan. Aku ingin beribadah kepadaMu. Lalu aku akan mendapatkan ketenangan hati. Inilah yang aku inginkan. Aku mohon engkau memberikannya kepadaku!”
“Baiklah”, kata Tuhan. “Apa yang kamu ingingkan?”
“Aku ingin menjadi raja. Setelah itu aku bisa beribadah kepadaMu dengan tenang.”
“Baiklah, kamu bisa menjadi raja.”
Setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Bagaimana kabarmu ? Apakah kamu sudah merasa tenang sekarang?”
“Tidak, aku tidak merasakan ketenangan,” keluh manusia. “Oh Tuhan, aku membutuhkan kekayaan. Agar hidupku menjadi tenang.”
Tuhan menciptakan manusia dengan cara yang indah. Lalu Tuhan bertanya kepadanya, “Apa yang kamu inginkan?”
Manusia menjawab, “Aku menginginkan hidup yang tenteram. Aku ingin menyembahmu, Oh Tuhan. Aku ingin beribadah kepadaMu. Lalu aku akan mendapatkan ketenangan hati. Inilah yang aku inginkan. Aku mohon engkau memberikannya kepadaku!”
“Baiklah”, kata Tuhan. “Apa yang kamu ingingkan?”
“Aku ingin menjadi raja. Setelah itu aku bisa beribadah kepadaMu dengan tenang.”
“Baiklah, kamu bisa menjadi raja.”
Setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Bagaimana kabarmu ? Apakah kamu sudah merasa tenang sekarang?”
“Tidak, aku tidak merasakan ketenangan,” keluh manusia. “Oh Tuhan, aku membutuhkan kekayaan. Agar hidupku menjadi tenang.”
Lalu Tuhan memberikannya segala kekayaan
dunia kepadanya, dan setelah beberapa waktu Dia bertanya, “Apakah kamu
tenang sekarang?”
“Tidak, Oh Tuhan, aku tidak tenang.”
“Apa yang kamu inginkan?”
“Aku ingin hidup dengan wanita yang cantik. Setelah itu baru hatiku tenang.”
Lalu Tuhan memberikannya seorang wanita yang kecantikannya bagaikan rembulan yang indah.
Lalu setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Tidak, Oh Tuhan, aku tidak tenang. Aku menginginkan sebuah istana yang terlihat seperti surga. Setelah itu aku baru tenang.”
“Baiklah, kata Tuhan, lalu Tuhan memberikan istana yang keindahannya seperti surga. Setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang? Apakah kamu sudah merasa tenang sekarang?”
“Oh Tuhan, andaikata Engkau memberikanku sebuah taman bunga yang bagus, setelah itu aku baru dapat hidup dengan tenang. Aku membutuhkan sebuah taman yang indah seperti surga.”
Lalu Tuhan memberikannya sebuah taman bunga yang indah, dan setelah beberapa saat Dia bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Tidak, aku tidak tenang,” keluh manusia. “Disini banyak lebah dan serangga yang menggigitku dan menyengatku, dan bau dari tempat ini membuatku alergi dan sakit kepala. Aku tidak mendapatkan ketenangan apapun.”
“Kamu tidak tenang sekarang?”
“Tidak, Tuhan. Aku menginginkan angin sepoi-sepoi yang menyegarkan. Jika aku mendapatkan angin yang wangi dan menyegarkan, baru aku bisa hidup dengan tenang.”
“Baiklah”, kata Tuhan, dan Dia memberikan beberapa wewangian, angin yang segar. Setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Oh Tuhan, aku tidak tenang, walaupun angin itu menyegarkanku, aku tidak tenang.”
“Jadi, apa yang kamu inginkan?”
“Oh Tuhan, berikan aku keturunan. Aku akan hidup tenang jika aku mempunyai keturunan.”
“Baiklah, Aku berikan engkau keturunan,” kata Tuhan. Setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?
“Tidak, aku tidak tenang.”
“Lalu apa yang kamu inginkan?” tanya Tuhan.
“Aku ingin menjadi seorang pemimpin dunia. Setelah itu aku baru merasa tenang.”
Tuhan menjadikannya seorang pemimpin dunia, dan setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Oh Tuhan. Jika saja aku dapat melakukan suatu keajaiban, aku akan menemukan ketenangan. Aku rasa itu yang aku butuhkan.”
“Lakukanlah keajaiban. Kau dapat melakukan empat ratus trilliun sepuluh ribu keajaiban.Kau dapat melalukan apapun yang kau pikir bisa kau lakukan. Setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kau tenang sekarang?”
‘Tidak, oh Tuhan. Ketenangan belum juga datang.”
“Lalu apa yang kamu ingingkan?”
“Andaikata aku dapat menjadi seorang yang bijak, aku akan mendapatkan ketenangan. Lalu aku dapat memberikan ketenangan kepada setiap orang.”
Lalu Tuhan merubahnya menjadi seorang yang bijak, setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
”Tidak, aku tidak tenang.”
“Lalu apa yang kamu inginkan?”
“Jika saja aku dapat melakukan perjalanan dengan sebuah pesawat ke tempat yang jauh, jika saja aku dapat melihat seluruh negara-negara di dunia, aku akan mendapatkan ketenangan.”
“Baiklah,” kata Tuhan, dan Dia memberikannya sebuah pesawat. Setelah beberapa waktu, Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Tidak, aku tidak merasakan ketenangan. Aku sendirian disini.”
“Lalu apa yang kamu inginkan?”
“Jika saja aku dapat konstan dalam berdoa, aku akan dapat mencapai ketenangan.”
“Baiklah, lalu berdoalah,” kata Tuhan, dan setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Sebenarnya, aku tidak tenang. Aku duduk disini dan berdoa, tetapi aku tidak dapat konsentrasi. Pikiranku melayang-layang. Aku tidak tenang.”
“Jadi apa yang kamu inginkan? Ketenangan seperti apa yang kamu inginkan?
“Mungkin jika aku mempunyai lima atau enam wanita yang dapat melayaniku dan menghormatiku, lalu aku akan mendapatkan ketenangan.”
“Baiklah, engkau dapat memiliki selusin wanita. “Jadi Tuhan memberinya selusin wanita, dan setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Tidak, ketenangan belum datang juga.”
“Apa yang kamu inginkan?”
“Aku menginginkan baju yang berlapiskan permata. Mungkin keindahan permata akan menghilangkan kesedihanku, dan Aku akan hidup bahagia penuh dengan ketenangan.”
Kemudian Tuhan memberikannya seluruh permata yang terbaik dari dunia, dan setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Tidak. Kilauan cahaya permatanya terlalu terang dan menyakiti mataku. Aku tetap tidak tenang.”
“Lalu apa yang kamu inginkan?”
“Jika aku tidak lapar, aku dapat beribadah kepadaMu.”
“Baiklah,” kata Tuhan, lalu Tuhan mengambil kelaparan dari manusia. Setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Tidak, Tuhan. Aku terlalu kurus. Aku tidak dapat melihat dengan baik, dan aku sulit ketika jalan.”
“Lalu apa yang kamu inginkan? Apa yang kamu inginkan?”
“Oh Tuhan, ratap manusia. “Aku tidak mengerti apapun. Kau memberiku begitu banyak, tapi aku tidak mengerti apapun. Aku tidak tahu mengapa aku tidak bahagia. Tolong jelaskan kepadaku kenapa aku tidak merasakan ketenangan hati.”
Lalu Tuhan menjelaskan, “Sebelum sifatKu datang kepadamu, kau tidak akan pernah merasakan ketenangan hati. Sebelum kearifanKu datang kepadamu, kau tidak akan pernah tenang. Tidak ada hal lain yang membuatmu tenang.
“Tidak, Oh Tuhan, aku tidak tenang.”
“Apa yang kamu inginkan?”
“Aku ingin hidup dengan wanita yang cantik. Setelah itu baru hatiku tenang.”
Lalu Tuhan memberikannya seorang wanita yang kecantikannya bagaikan rembulan yang indah.
Lalu setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Tidak, Oh Tuhan, aku tidak tenang. Aku menginginkan sebuah istana yang terlihat seperti surga. Setelah itu aku baru tenang.”
“Baiklah, kata Tuhan, lalu Tuhan memberikan istana yang keindahannya seperti surga. Setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang? Apakah kamu sudah merasa tenang sekarang?”
“Oh Tuhan, andaikata Engkau memberikanku sebuah taman bunga yang bagus, setelah itu aku baru dapat hidup dengan tenang. Aku membutuhkan sebuah taman yang indah seperti surga.”
Lalu Tuhan memberikannya sebuah taman bunga yang indah, dan setelah beberapa saat Dia bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Tidak, aku tidak tenang,” keluh manusia. “Disini banyak lebah dan serangga yang menggigitku dan menyengatku, dan bau dari tempat ini membuatku alergi dan sakit kepala. Aku tidak mendapatkan ketenangan apapun.”
“Kamu tidak tenang sekarang?”
“Tidak, Tuhan. Aku menginginkan angin sepoi-sepoi yang menyegarkan. Jika aku mendapatkan angin yang wangi dan menyegarkan, baru aku bisa hidup dengan tenang.”
“Baiklah”, kata Tuhan, dan Dia memberikan beberapa wewangian, angin yang segar. Setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Oh Tuhan, aku tidak tenang, walaupun angin itu menyegarkanku, aku tidak tenang.”
“Jadi, apa yang kamu inginkan?”
“Oh Tuhan, berikan aku keturunan. Aku akan hidup tenang jika aku mempunyai keturunan.”
“Baiklah, Aku berikan engkau keturunan,” kata Tuhan. Setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?
“Tidak, aku tidak tenang.”
“Lalu apa yang kamu inginkan?” tanya Tuhan.
“Aku ingin menjadi seorang pemimpin dunia. Setelah itu aku baru merasa tenang.”
Tuhan menjadikannya seorang pemimpin dunia, dan setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Oh Tuhan. Jika saja aku dapat melakukan suatu keajaiban, aku akan menemukan ketenangan. Aku rasa itu yang aku butuhkan.”
“Lakukanlah keajaiban. Kau dapat melakukan empat ratus trilliun sepuluh ribu keajaiban.Kau dapat melalukan apapun yang kau pikir bisa kau lakukan. Setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kau tenang sekarang?”
‘Tidak, oh Tuhan. Ketenangan belum juga datang.”
“Lalu apa yang kamu ingingkan?”
“Andaikata aku dapat menjadi seorang yang bijak, aku akan mendapatkan ketenangan. Lalu aku dapat memberikan ketenangan kepada setiap orang.”
Lalu Tuhan merubahnya menjadi seorang yang bijak, setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
”Tidak, aku tidak tenang.”
“Lalu apa yang kamu inginkan?”
“Jika saja aku dapat melakukan perjalanan dengan sebuah pesawat ke tempat yang jauh, jika saja aku dapat melihat seluruh negara-negara di dunia, aku akan mendapatkan ketenangan.”
“Baiklah,” kata Tuhan, dan Dia memberikannya sebuah pesawat. Setelah beberapa waktu, Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Tidak, aku tidak merasakan ketenangan. Aku sendirian disini.”
“Lalu apa yang kamu inginkan?”
“Jika saja aku dapat konstan dalam berdoa, aku akan dapat mencapai ketenangan.”
“Baiklah, lalu berdoalah,” kata Tuhan, dan setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Sebenarnya, aku tidak tenang. Aku duduk disini dan berdoa, tetapi aku tidak dapat konsentrasi. Pikiranku melayang-layang. Aku tidak tenang.”
“Jadi apa yang kamu inginkan? Ketenangan seperti apa yang kamu inginkan?
“Mungkin jika aku mempunyai lima atau enam wanita yang dapat melayaniku dan menghormatiku, lalu aku akan mendapatkan ketenangan.”
“Baiklah, engkau dapat memiliki selusin wanita. “Jadi Tuhan memberinya selusin wanita, dan setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Tidak, ketenangan belum datang juga.”
“Apa yang kamu inginkan?”
“Aku menginginkan baju yang berlapiskan permata. Mungkin keindahan permata akan menghilangkan kesedihanku, dan Aku akan hidup bahagia penuh dengan ketenangan.”
Kemudian Tuhan memberikannya seluruh permata yang terbaik dari dunia, dan setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Tidak. Kilauan cahaya permatanya terlalu terang dan menyakiti mataku. Aku tetap tidak tenang.”
“Lalu apa yang kamu inginkan?”
“Jika aku tidak lapar, aku dapat beribadah kepadaMu.”
“Baiklah,” kata Tuhan, lalu Tuhan mengambil kelaparan dari manusia. Setelah beberapa waktu Tuhan bertanya, “Apakah kamu tenang sekarang?”
“Tidak, Tuhan. Aku terlalu kurus. Aku tidak dapat melihat dengan baik, dan aku sulit ketika jalan.”
“Lalu apa yang kamu inginkan? Apa yang kamu inginkan?”
“Oh Tuhan, ratap manusia. “Aku tidak mengerti apapun. Kau memberiku begitu banyak, tapi aku tidak mengerti apapun. Aku tidak tahu mengapa aku tidak bahagia. Tolong jelaskan kepadaku kenapa aku tidak merasakan ketenangan hati.”
Lalu Tuhan menjelaskan, “Sebelum sifatKu datang kepadamu, kau tidak akan pernah merasakan ketenangan hati. Sebelum kearifanKu datang kepadamu, kau tidak akan pernah tenang. Tidak ada hal lain yang membuatmu tenang.
Anakku, Tuhan telah memberikan segala
sesuatu yang diminta manusia. Dia memberikan dunia, Dia memberikan
kekayaan, Dia memberikan segalanya, tetapi apakah manusia mendapatkan
ketenangan? Tidak. Manusia telah hidup dengan jangka waktu yang lama,
tetapi apakah ia telah mencapai ketenangan? Apakah ia mendapatkan
ketenangan melalui keajaiban? Apakah ia mendapatkan ketenangan melalui
doa? Apakah manusia akan tenang walaupun dia tidak akan pernah merasa
kelaparan? Apakah harta bendanya membuatnya tenang? Apakah kekuasaan
akan membuatnya tenang? Apakah ketenangan datang melalui wanita? Kenapa
manusia tidak tenang? Kenapa memiliki semua hal ini tetap tidak dapat
membuat manusia tenang?
Permata hatiku yang menyinari mataku,
Kita tidak dapat mencapai ketenangan melalui semua hal tersebut. Tuhan
memberikan segala sesuatu yang kita minta, Dia memberikan apa yang kita
harapkan, Dia memberikan apapun yang kita inginkan. Tetapi hal-hal ini
tidak pernah memberikan kita ketenangan, dan kita bahkan mulai
menyalahkan Tuhan.
Kita harus memikirkan apa yang akan
membuat kita tenang. Apakah permata dari ketenangan? Apa yang memberikan
kita ketenangan? Jika kita memikirkannya dan mengerti, lalu kita akan
menemukan kebahagiaan didalam hidup kita. Kita tidak dapat menemukannya
melalui emas atau dunia atau wanita atau anak, melalui kekuasaan,
melalui politik, melalui pesawat, melalui lautan, melalui matahari atau
bulan. Kita tidak akan pernah mendapatkan ketenangan melalui hal
tersebut.
Tuhan memberikan kita segalanya, permata
hatiku yang menyinari mataku, tetapi apa yang membuat kita tenang?
Apakah seorang raja memiliki ketenangan? Apakah seorang presiden
memiliki ketenangan? Apakah orang-orang yang kaya memiliki ketenangan?
Apakah para penguasa dunia memiliki ketenangan? Apakah para karyawan
memiliki ketenangan?
Apalah para orang tua memiliki
ketenangan? Apakah orang yang telah menikah memiliki ketenangan? Apakah
orang yang mempunyai taman-taman yang indah memiliki ketenangan? Apakah
orang yang mempunyai kolam renang memiliki ketenangan? Tidak. Kita tidak
akan pernah menemukan ketenangan melalui hal tersebut. Kita akan di
bodohi pada akhirnya, idiot. Kita hanya akan berakhir sebagai manusia
yang bodoh.
Berpikirlah. Apakah ketenangan itu? Apa
yang memberi kita ketenangan? Ketenangan hati adalah sifat-sifat Tuhan,
bertindak sesuai Tuhan, bersikap sesuai petunjuk Tuhan, bertingkah laku
baik sesuai petunjuk Tuhan, berbuat baik sesuai petunjuk Tuhan,
bertindak atas dasar kebajikanNya Tuhan, cintaNya Tuhan, belas kasihNya
Tuhan, keadilanNya Tuhan, kedamaianNya Tuhan, kesabaranNya Tuhan,
ketabahanNya Tuhan, kesukaanNya Tuhan, percaya kepada Tuhan, memuji
Tuhan, dan Ihklas dan Tawakal kepada Tuhan. Kearifan yang murni dan
sifat-sifat ini akan memberikan manusia ketenangan. Tidak ada hal
lainnya.
Oleh sebab itu, permata hatiku yang menyinari mataku, ketika kita mengerti maksud hal tersebut, kita akan mendapatkan ketenangan hati. Ketika kita telah membangun sifat ini didalam diri kita, kita akan tenang dan tenteram. Selain itu, kita tidak akan pernah tenang. Anakku yang aku sayangi. Kita harus memikirkan hal ini. Untuk menemukan kebebasan bagi jiwa kita, pertama kita harus mengetahui apa yang membuat kita tenang. Lalu kita akan mencapai tahap Kasih Sayang Tuhan, Surga, dan Kerajaan Tuhan. Kita dapat menjadi wakil (khalifa)Nya Tuhan, hidup dengan penuh kebebasan, tanpa kelahiran atau kematian. Tidak ada apapun yang dapat membuat kita tenang.
Oleh sebab itu, permata hatiku yang menyinari mataku, ketika kita mengerti maksud hal tersebut, kita akan mendapatkan ketenangan hati. Ketika kita telah membangun sifat ini didalam diri kita, kita akan tenang dan tenteram. Selain itu, kita tidak akan pernah tenang. Anakku yang aku sayangi. Kita harus memikirkan hal ini. Untuk menemukan kebebasan bagi jiwa kita, pertama kita harus mengetahui apa yang membuat kita tenang. Lalu kita akan mencapai tahap Kasih Sayang Tuhan, Surga, dan Kerajaan Tuhan. Kita dapat menjadi wakil (khalifa)Nya Tuhan, hidup dengan penuh kebebasan, tanpa kelahiran atau kematian. Tidak ada apapun yang dapat membuat kita tenang.
Setiap dari kita harus memikirkannya dari
hati kita. Kita harus membuka hati kita, pikirkan tentang hal ini, dan
amati dengan penuh kesadaran. Lalu kita akan mengetahui bahwa hanya
keadaaan ini yang bisa memberikan kita ketenangan. Kita tidak dapat
meraih ketenangan melalui hal apapun.
Anakku yang aku sayangi. Ini cukup untuk saat ini. Mari kita merenungkannya. Jika kita dapat mengerti hal ini, ini akan lebih dari cukup untuk keabadian. Hanya Tuhan lah yang kita butuhkan. Semoga Ia memberikan kita Kasih Sayang untuk membangun ketenangan didalam diri kita. Amin. Amin. Semoga Ketenangan akan Tuhan dan Rahmatnya tercurah kepada kita semua!
Anakku yang aku sayangi. Ini cukup untuk saat ini. Mari kita merenungkannya. Jika kita dapat mengerti hal ini, ini akan lebih dari cukup untuk keabadian. Hanya Tuhan lah yang kita butuhkan. Semoga Ia memberikan kita Kasih Sayang untuk membangun ketenangan didalam diri kita. Amin. Amin. Semoga Ketenangan akan Tuhan dan Rahmatnya tercurah kepada kita semua!
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
*******
Rasulullah, pengemis tua, dan satu sen
oleh Bawa Muhaiyaddeen
oleh Bawa Muhaiyaddeen
Cucu-cucuku tersayang, perempuan maupun
laki-laki. Tuhan telah menempatkan seluruh kekayaan-Nya di dalam diri
kita. Dia telah menganugrahkan kepada kita kekayaan mubarokat, kekayaan
tiga dunia. Temukanlah khazanah ini melalui perilaku yang baik. Kekayaan
itu benar-benar ada, namun tersembunyi jauh di dalam diri kita. Kita
sendirilah yang telah menguburnya, terpendam oleh rasa iri dan dengki,
dan kini kita musti menggalinya dalam-dalam untuk memperoleh kembali
kekayaan itu. Kita musti mengeruk dan menepis jauh-jauh kegelapan untuk
memperolehnya.
Anak-anakku terkasih. Untuk menjelaskannya, ijinkan aku bercerita tentang sebuah kisah. Cerita tentang Rasulullah s.a.w.
Di kota Madinah, tersebutlah seorang tua.
Hidupnya sangatlah nestapa. Kesulitan demi kesulitan menimpanya,
masalah demi masalah. Ia mengadukan nasib hidupnya ini kepada
orang-orang yang kemudian menyuruhnya pergi ke tempat ini dan itu.
Awalnya ia memohon kepada raja dan raja berkenan membantunya, namun pak
tua itu tak beroleh banyak dari uluran tangannya. Lalu ia pergi ke para
guru yang kemudian membantunya ala kadarnya, namun ia tetap miskin.
Tampaknya tak seorang pun sanggup mengangkat kesulitan yang dihadapinya.
Tak satu pun cara mampu mengubah keadaannya. Dan tiada henti ia
bertanya siapa gerangan yang dapat mengakhiri kesengsaraan hidupnya ini.
Lalu, seseorang memberi nasihat
kepadanya, “Temuilah Rasulullah s.a.w. dan mintalah tolong kepadanya. Ia
tinggal di ujung sana. Pergilah kepadanya.”
Maka pengemis tua itu pergi menemui
Muhammad s.a.w., “Wahai, Rasulullah. Kehidupanku sungguh sulit,”
ujarnya. “Aku datang meminta tolong kepadamu demi mengakhiri kenestapaan
ini.”
“Wahai, saudaraku, sebab itukah kau
datang kemari? Bagus sekali,” jawab Rasulullah s.a.w. “Baiklah, kini
serahkan kepadaku semua yang kau miliki.”
“Wahai Rasulullah, aku tak punya apa-apa!” seru orang tua itu.
“Tak punya sama sekali? Sungguh sulit
memang bila kau tak punya apa-apa. Pastilah engkau memiliki sesuatu. Ada
satu hal yang semestinya kau miliki agar kesulitanmu itu sirna. Tahukah
kau apa itu? Satu hal itu adalah Allah s.w.t. Jika engkau ‘memiliki’
Allah, maka tiada yang akan menyulitkanmu. Namun bila tidak, engkau akan
senantiasa dirundung kesengsaraan. Engkau hanya akan menjadi kaya bila
engkau memiliki yang satu itu.”
“Benarkah?” tanya pak tua.
“Tentu. Maukah engkau menyimpan satu hal itu?”
“Bilamana saja aku memilikinya, sepertinya aku akan menyimpannya. Tapi kini aku tak memilikinya,” keluh pengemis tua itu.
“Baiklah. Pertama, teguhkanlah imanmu,
keyakinanmu. Ucapkan, ‘La ilaha ill-Allahu Muhammadur-Rasulullah: tiada
tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-nya’. Ini adalah jalan
menuju kekayaan itu. Maka pertama, tegakkan jalan itu di hatimu yang
terdalam, di dalam qalb-mu. Namun sekarang, serahkan padaku segala yang
kau miliki.”
“Apa maksudmu?” tanya pak tua itu.
“Serahkan saja padaku apa saja yang kau miliki. Apakah kau tak punya sesuatu yang bisa kau berikan padaku?”
“Ya. Aku punya satu sen.”
“Berikan padaku,” ujar Rasulullah s.a.w. dan pak tua itu pun menyerahkan uangnya satu-satunya.
Lalu Rasulullah s.a.w. bertanya lagi, “Apa lagi yang engkau punya selain ini?”
“Tidak ada. Cuma itu.”
“Jika cuma ini yang kau miliki, mustinya
tiada yang akan menyulitkanmu. Tapi engkau menyimpan duka lara itu,
kemiskinanmu, kenestapaanmu. Serahkan itu semua kepadaku, dan simpan apa
yang tadi kuberikan kepadamu: Kalimah itu. Berikan padaku yang lainnya,
pikiran-pikiranmu, masalahmu, dan kesedihanmu. Simpan kekayaan Allah
dan buang segala duka dan apa saja yang menyengsarakanmu. Serahkan
kepada Allah s.w.t.”
Maka Rasulullah s.a.w. mengambil uang itu
dengan satu tangan, lalu memindahkannya ke tangan yang lain. Dan
diserahkannya kembali uang itu kepada pak tua seraya berkata, “Ini
adalah rahmat, kekayaan Allah. Ini, ambillah. Ambil ini dan jalankan
perdagangan dengan baik.”
“Perdagangan macam apa yang bisa kujalankan hanya dengan satu sen?” tanya pak tua itu heran.
“Uang itulah perdagangannya,” jawab Muhammad s.a.w.
“Tapi bagaimana aku bisa berdagang hanya dengan satu sen?” ujarnya terus.
“Tapi bagaimana aku bisa berdagang hanya dengan satu sen?” ujarnya terus.
“Bukankah engkau berjanji akan menyimpan
kekayaan lain yang tadi keserahkan kepadamu. Simpan itu. Ambillah pula
uang ini, dan berdaganglah dengannya. Ambillah, dan jalani hidupmu.”
Maka pak tua itu pun mengambil uangnya,
walau dengan sedikit kebingungan, “Bagaimana mungkin aku berdagang
dengan hanya satu sen ini?! Engkau hanya mengembalikan uangku. Engkau
tak memberiku sesuatu yang lain!”
“Aku mengubahnya. Engkau berikan kepadaku
dan aku mengubahnya. Kini uang itu bukan sekedar satu sen. Sebelumnya
memang satu sen, namun ketika aku mengambilnya, aku memindahkannya dari
tangan yang satu ke tangan yang lain. Kini uang itu tak lagi satu sen.
Uang itu kini adalah rahmat, kekayaan Tuhan. Ambillah, itu adalah
rahmat.” Maka orang tua itu mengambilnya dan pergi.
Pada saat yang sama, sang raja sedang
menderita bengkak yang amat parah di kakinya, penuh nanah dan darah yang
tak seorang pun sanggup menyembuhkan. Lalu salah seorang tabib memberi
nasihat kepada sang raja, “Satu-satunya cara untuk menyembuhkannya
adalah dengan meletakkan satu sen di atas luka itu. Maka bengkak itu pun
akan sembuh.”
Maka sang raja memerintahkan para
menterinya untuk mencari orang yang memiliki satu sen. Tepat ketika itu
pula, pak tua tadi berdiri tak jauh dari situ seraya memandangi uang
miliknya dan merenungi bagaimana cara menggunakannya. Salah seorang
menteri menemukan pak tua itu, lalu membawanya ke hadapan sang raja.
“Apa yang ada di tanganmu itu? Serahkan padaku. Aku akan mengganti
dengan satu kepeng untuk satu sen uangmu,” ujar sang raja, dan pengemis
tua itu pun memberikan satu sen uangnya. Sang raja menyerahkan satu
kepeng, dan meletakkan satu sen di atas lukanya. Karena uang itu
mengandung rahmat Rasulullah s.a.w., bengkak di kaki sang raja pun
mengering seketika dan tak lama kemudian sembuh.
Riang rasanya hati pak tua. Ia mengambil
uang pengganti itu dan pergi untuk membeli unta, sapi, kambing, sebidang
tanah, dan kurma. Ternak dan kebunnya tumbuh pesat, jumlahnya pun
berlipat. Dan tak lama kemudian, ia pun telah memiliki berbagai
buah-buahan, kurma, susu dan sari kurma. Ia membungkusnya dan membawanya
kepada Rasulullah s.a.w. yang memandangnya seraya berkata, “Wahai
saudaraku, apa ini semua?”
“Wahai, manusia agung. Allah s.w.t. telah
memberiku kekayaan mubarokat, kekayaan tiga dunia. Kini aku mengerti.
Engkau memberiku satu kepeng lewat satu senku itu, dan begitu banyak
kekayaan mendatangiku semenjak itu, dan kini aku membawanya di
hadapanmu.”
“Benarkah?” kata Rasulullah s.a.w. “Bagus
sekali. Allah-lah yang telah menganugerahkannya bagimu. Dan kepada
siapa engkau membagi semuanya ini? Apakah engkau berbagi dengan orang
lain yang berkesulitan seperti yang engkau alami dulu?”
“Tidak, aku belum berbagi dengan
siapa-siapa. Aku ingin menghadiahimu terlebih dulu. Aku telah memiliki
rumah, istana, benteng, kebun kurma yang luas, unta, sapi, kerbau, dan
kekayaan yang melimpah.”
“Ingatkah engkau akan kesengsaraanmu
dulu?” tanya Rasulullah s.a.w. “Bukankah bila engkau ingat dan mengerti,
pasti engkau akan membantu semua fakir miskin di sekelilingmu? Engkau
seharusnya membantu mereka. Allah s.w.t. telah memberimu banyak sekali,
dan sudah semestinya engkau berbagi dengan mereka. Bagilah kekayaan yang
telah Tuhan anugerahkan itu kepada mereka yang kelaparan, nestapa, dan
miskin. Bantu mereka. Kini, pergi dan bantulah mereka.”
“Allah s.w.t. adalah satu-satunya
kekayaanku. Dialah kekayaan yang telah Dia berikan kepadaku. Aku tak
menginginkan kekayaan yang Dia anugerahkan kepadamu. Berbagilah dengan
orang-orang di sekitarmu.” Inilah yang dikatakan Rasulullah kepada pak
tua itu.
Seperti itulah, cucu-cucuku. Jika engkau
bertemu dengan seorang Guru atau Syeikh seperti Rasulullah s.a.w ini,
maka sang Guru akan mengubah apapun yang engkau berikan kepadanya. Jika
engkau memberinya satu sen, ia akan mengubahnya. Dan jika engkau
menerima dengan hati-hati apa yang ia kembalikan kepadamu, maka rahmat
itu akan menjadi kekayaanmu. Ia akan mengubahnya, dari tangan yang satu
ke tangan yang lain, dan mengembalikan kepadamu sebagai rahmat, kekayaan
Allah. Itu akan menjadi kekayaanmu yang sesungguhnya, kekayaan yang
tiada habisnya.
Apapun yang engkau bawa kepadanya,
pikiran, pengetahuan, daulat dan harta, perilaku yang baik, ia akan
mengubahnya dengan memindahkan dari satu tangan ke tangan yang lain,
lalu ia akan menyerahkannya kembali kepadamu. Ia tak akan menyimpannya,
karena hanya Allah yang ia butuhkan. Ia akan menerimanya, memindahkannya
dari tangan satu ke tangan yang lain, lalu menyerahkannya kembali
sebagai rahmat. Ia akan melipatgandakan apa yang engkau berikan dan
mengembalikannya kepadamu.
Namun jika engkau menganggap, “Ah, ia tak
memberiku apa-apa!” maka itu adalah kesalahanmu, keraguanmu sendiri.
Jika engkau memiliki iman dan keyakinan yang teguh, maka apapun yang
engkau berikan akan berlipat ganda. Seperti halnya dirimu sendiri yang
tumbuh dari sebintik atom lalu menjadi bentuk, begitulah kekayaanmu akan
berkembang. Pengetahuan ilahiah yang dikenal sebagai ‘ilm, kekayaanmu,
kekayaan mubarokat, semuanya tumbuh dari sebintik atom, dan engkau musti
teguh berjuang untuk memperolehnya.
Sang Syeikh akan mengubah dan
melipatgandakan apa saja yang engkau berikan kepadanya. Jika engkau
ajukan dirimu, jika engkau serahkan segala pikiranmu, dan jika engkau
hadir secara penuh di dalam dirinya, maka keutuhan itu akan menjadi
kekayaanmu. ‘Ilm, pengetahuan ilahiah itu, akan menghiasi kehidupanmu.
Namun jika engkau enggan meneguhkan imanmu dan keyakinanmu, maka engkau
akan gagal. Keraguan akan senantiasa meliputimu, dan hidupmu akan jatuh.
Itu akan menjadi siksaanmu, kesengsaraanmu, kepedihanmu.
Cucu-cucuku, serahkan seluruh
tanggungjawab kepada Guru-mu, dan ambil apa yang diberikannya kepadamu.
Ia akan mengganti sebintik atom itu dengan cahaya cemerlang yang
bertebaran. Ia akan menukarnya dengan kekayaan rahmat yang melimpah, dan
menyerahkannya kembali kepadamu. Percayalah. Pikirkan tentang hal ini,
cucu-cucuku.
Jangan mengira bahwa Syeikh akan
menghadiahimu rumah atau istana atau bank. Tidak seperti itu. Ia
mengubah apa-apa yang kau bawa kepadanya. Yakinilah. Ia mengambil segala
yang kau berikan kepadanya dan mengubahnya menjadi surga, kerajaan
Tuhan, mubarokat Allah, sifat-sifat-Nya, tindakan-Nya, kemurahan-Nya,
dan ‘iman‘-Nya. Ia meneguhkan itu semua, dan itu yang akan menjadi
kekayaanmu yang sebenarnya. Tanpa merusaknya, ia akan membuat pemberian
itu tumbuh dan berkembang. Teguhkan iman dan keyakinanmu tentang
kekuatan itu, maka kekayaan hidupmu tiada akan pernah habis. Kekayaan
‘ilm, kekayaan mubarokat tak akan musnah. Pikirkanlah. Inilah yang ia
akan berikan kepadamu. Ia akan ambil apapun yang kau berikan kepadanya
dan mengubahnya dengan cara seperti itu. Ia tak akan memberimu selain
apa yang telah engkau berikan kepadanya. Ia akan ambil apapun yang kau
berikan kepadanya, menyerahkannya kepada Allah, dan mengembalikannya
kepadamu. Ini adalah baidah-nya, kekayaan kasat mata yang ia akan
serahkan kembali kepadamu. Pikirkanlah.
Berjuanglah untuk memperoleh rahmat-Nya. Cucu-cucuku yang kukasihi. Semoga Allah melindungimu dengan kasih sayang-Nya. Amin.
* * *
Credits: Tulisan di atas diterjemahkan
dari salah satu bagian dari buku My Love You My Children karya Bawa
Muhaiyaddeen. Foto pertama, sesosok tangan pengemis, dicuri langsung
dari Internet. Yang kedua adalah Beggar in a Large Coat karya Adriaen
van Ostade, seorang pelukis Belanda. Selanjutnya, gambar orang berkuda
yang bertemu pengemis, adalah St. Martin’s Beggar karya André Durand.
Gambar kecil tentang seorang alchemist kuno Mesir (alchemist adalah
seorang yang dapat mengubah logam menjadi emas) juga dicuri dari
Internet, termasuk ilustrasi selanjutnya tentang perbincangan Kreshna
dengan Arjuna dari sebuah buku tentang Bhagawad Gita.
Bawa Muhaiyaddeen
*********
Sebuah Perspektif Bisnis Oleh Sufi
My beloved brothers and sisters, posting
kali ini adalah mengenai bisnis. Mungkin selama ini kita mengira bahwa
seseorang yang mencari Tuhan harus melupakan kehidupan dunianya, atau
seseorang yang berada dijalan spiritual harus mengorbankan kehidupan
duniawinya. Mungkin seseorang yang mencari kebenaran harus pergi ke
gunung-gunung untuk bertapa, atau pergi mengasingkan diri dari kehidupan
dunia. Ada beberapa yang melakukan seperti itu, tetapi manusia sejati
adalah mereka yang melayani manusia dan hidup normal sebagai masyarakat
biasa. Mereka bekerja, berkeluarga, hidup layaknya manusia biasa.
Perbedaannya adalah walaupun diri mereka sibuk bekerja, hati mereka
tidak sedetikpun melupakan Tuhan. Hati mereka terus berzikir (mengingat
Tuhan) di setiap aktifitasnya. Pada akhirnya semua aktifitas dunia
mereka, di dedikasikan kepada Tuhan.
Banyak manusia suci yang hidup normal
sebagai manusia biasa. Contoh yang paling jelas adalah Nabi Muhammad
SAW. Beliau adalah seorang pedagang yang profesional dan terkenal akan
kejujurannya. Masyarakat Arab memberikan gelar al-Amin (Yang Terpercaya)
kepada beliau atas seluruh sikapnya yang sangat terpuji. Para wali-wali
(kekasih Allah) juga banyak yang menghidupi diri mereka dengan
berdagang. Farid al-Din Attar adalah seorang sufi asal persia yang
berdagang parfum, Hasan al-Bashri yang juga seorang sufi adalah seorang
pedagang batu permata, sedangkan Syeikh Bawa Muhaiyaddeen sendiri hidup
layaknya manusia biasa, ia pernah menjadi pencukur rambut, pernah
menjadi penjaga toko roti, ia juga memiliki ladang sawah yang ia garap
dengan keringat dan usahanya sendiri.
Syeikh Bawa menceritakan bahwa ketika
beliau menggarap sawah, beliau membangunnya dengan tujuan membaktikan
hasilnya untuk orang lain. Beliau membangun sawahnya dengan kerja keras
siang dan malam, menanam padinya, mengairinya, membuat irigasinya,
membuat pagar di sekeliling sawahnya, semua hasilnya ia dedikasikan
untuk orang-orang miskin. Setiap saat ketika bekerja, di dalam hatinya
ia tidak pernah berpikir bahwa hasil dari sawahnya adalah untuk dirinya,
yang ada di pikiran beliau hidupnya adalah untuk orang lain, tidak
untuk dirinya sebagaimana syeikh Bawa Muhaiyaddeen mengatakan “Do it
everything selfessly” lakukan semuanya tanpa mementingkan dirimu.
Sekarang mari kita duduk manis. Untuk
sejenak, lupakan semua kata-kata diatas. Mari kita tenangkan hati kita
agar kita bisa mengambil ilmu yang bermanfaat dari ceramah yang akan
disampaikan oleh Bawa Muhaiyaddeen dibawah ini.
Bismillahirrohmanirrohim, Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sebuah Perspektif Bisnis Oleh Sufi
Oleh: M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Diterjemahkan oleh: Dimas Tandayu
Oleh: M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Diterjemahkan oleh: Dimas Tandayu
Putra dan putriku, semoga Tuhan
melindungimu. Semoga Dia selalu melindungimu dan membimbingmu dengan
rahmatNya. Hanya Dia satu-satunya pelindung yang bisa kita gantungi.
Semoga Dia membawamu dan memberikan kedamaian kepadamu baik didunia ini
maupun diakhirat nanti.
Putra dan putriku, kau ada sebagai cinta
didalam cintaku, hati didalam hatiku. Karena kesabaran dan niatmu yang
tulus, Tuhan akan selalu melindungi dan membimbingmu kepada jalan yang
lurus. Karena sifat-sifatmu yang baik, belas kasih dan perhatian yang
ada didalam hatimu kepada orang lain, Tuhan akan membantu kesabaran dan
sifat-sifat baikmu untuk tumbuh dan menyingkirkan kegelapan dan
ketumpulan dari hidupmu. Jangan khawatir, engkau berada di tangan Tuhan.
Ini adalah poin yang harus
dipertimbangkan dan diingat. Ketika air hujan berkumpul dan akan ada
bahaya dari banjir, apa yang kita butuhkan adalah sebuah bendungan untuk
menampung air. Kita memilih untuk menghentikan laju air atau
mengalihkannya. Hal yang sama, ketika pikiran kekanakan membanjiri akal
pikiran dan kearifan kita dengan air yang keruh dari keraguan dan
ketidakpedulian(1), apa yang kita butuhkan adalah bendungan dari
kearifan dan iman yang sempurna. Kita harus memilih apakah mengalihkan
pikiran-pikiran keruh mengalir menuju lautan ilusi(2) atau menampung air
yang keruh dengan bendungan yang kuat untuk mengalirkannya menuju
danau. Jika bendungan dari iman dan kearifan yang sempurna bisa
dibangun, kotoran akan mengendap kedasar danau, dan engkau akan bisa
menggunakan airnya yang bersih untuk diminum atau untuk menyediakan air
bagi ternak-ternak dan ladangmu.
Air keruh dari ketidakpedulian yang
membanjiri akal pikiran dan kearifanmu ini muncul dari beberapa yang
bisa dinamakan teman yang tidak baik untukmu. Teman-teman ini adalah
tujuh tingkatan hasrat, atau nafs(3), yang menciptakan
keinginan-keinginan di dunia ini. Mereka berasal dari lima elemen, dari
tanah, udara, api, air dan eter, bersama-sama dengan pikiran dan hasrat.
Mereka selalu mencoba untuk menarik kebawah kearifan manusia dan
membungkusnya dengan lumpur. Bagaimanapun, terdapat hubungan yang tidak
stabil yang suatu hari akan bubar. Tubuh ini suatu hari akan mati dan
terurai kembali menuju lima elemen yang membentuknya.
Melalui rahmat dan perlindungan dari
Tuhan, engkau akan dapat keluar dari banjir lumpur pikiran jika engkau
menumbuhkan iman dan kearifan. Engkau harus menumbuhkan keimanan bahwa
Tuhanlah satu-satunya dan bertingkah laku sesuai dengan
tindakan-tindakan, sifat-sifat, dan niatnya Tuhan. Engkau harus
menghubungkan dirimu dengan orang-orang yang memiliki kearifan. Ini akan
menjadi teman yang akan menjernihkan kehidupanmu, yang dapat
menunjukkan kepadamu Cinta Tuhan dan memberikan kedamaian. Apa yang
paling dibutuhkan dalam kehidupan kita adalah kestabilan iman yang
sempurna, kearifan, dan sifat-sifat pengasih Tuhan.
Putra putriku, ketika ular berbisa
menggigit kita, kita tidak bisa melihat kadar bisa yang dikeluarkannya,
bahkan bisa itu dapat menyebabkan kematian langsung. Hal yang sama,
hanya dibutuhkan jumlah dari ketidakpedulian yang sangat kecil untuk
membunuh kebenaran dan kearifan yang berada di dalam dirimu dan untuk
menghancurkan keimananmu. Setidaknya engkau harus memikirkan hal ini.
Jika engkau tidak membawa poin ini di dalam pertimbanganmu, pikiran akan
kesana-kemari dan menarik kearifanmu ke bawah.
Beberapa pemikiran manusia bergerak
kesana-kemari dengan sebuah prasangka, “Bisnis menyakiti orang. Bisnis
mengambil uang orang lain dan mengeksploitasi mereka. Aku tidak ingin
seperti itu, jadi bagaimana aku bisa menjadi seorang pebisnis?” Apa
mereka tidak sadari adalah bahwa segala sesuatu didunia melakukan bisnis
secara alami. Petani melakukan bisnis, penceramah, dan pemimpin
religius lainnya melakukan bisnis. Dokter menarik bayaran dari pasien,
bukankah begitu? Tunjukkan kepadaku siapa didunia ini yang tidak
melakukan bisnis. Sepanjang kita membutuhkan sandang, pangan, dan papan,
kita harus melakukan berbagai bentuk bisnis.
Hanya orang-orang yang jauh dari kearifan
dan kepintaran yang mencoba untuk menyakiti dan mengeksploitasi orang
lain ketika melakukan bisnis. Mereka yang memiliki kearifan dapat
mencukupi kebutuhan sendiri dan keluarga mereka dengan menggunakan
kearifan dan sifat-sifat Tuhan. Mereka bisa mengendalikan dan keluar
dari perangkap setan di dunia.
Jangan pernah berpikir untuk menyerah
dalam belajar berbisnis. Pelajaran ini akan bermanfaat untukmu dan
kehidupanmu. Manusia yang bisa hidup di dunia ini tanpa membiarkan dunia
hidup di dalam dirinya adalah yang paling pintar. Sangatlah mudah untuk
menghasilkan keuntungan yang besar dengan berbuat curang kepada
pelanggan, atau dengan memotong gaji pegawai menjadi setengahnya dan
dengan mempekerjakan mereka dua kali lebih lama, pada dasarnya
memperbudak mereka. Hal ini sangat mudah. Manusia yang arif,
bagaimanapun, akan mencari cara untuk menyediakan apa yang diinginkan
pemilik bisnis, apa yang diinginkan karyawan, nilai-nilai keadilan bagi
pelanggan, dan bahkan dirinya sendiri dengan menyediakan apa yang ia
butuhkan untuk tubuh dan pikirannya.
Jika tidak ada siapun yang melakukan
bisnis, tidak akan ada yang memiliki makanan, tempat tinggal, atau
kebutuhan-kebutuhan hidup. Jika bisnis bisa dilakukan dengan cinta,
keadilan, kearifan, dan kecerdikan, memiliki keimanan kepada Tuhan
semata dan tidak mempercayakan kepada dunia, maka bisnis itu akan menuju
kesuksesan baik didunia maupun diakhirat. Cara seperti inilah yang
harus engkau lakukan dalam berbisnis, dan hal ini akan memberikan
manfaat yang besar kepada umat manusia.
Engkau harus belajar bagaimana
menjalankan bisnis dengan baik. Jadilah yang pertama dan terkemuka
didalam jalur bisnismu, dan kemudian lakukan dengan cinta dan keadilan.
Jika engkau melakukannya hal ini akan menguntungkan dirimu dan semua
manusia. Jangan malas. Belajarlah dengan giat. Untuk memimpin sebuah
bisnis dengan adil engkau harus mengetahui lebih banyak dari mereka yang
belajar hanya untuk memuaskan keserakahan dan nafsu untuk kekuasaan,
seks, harta benda dan status. Engkau harus membuat kepintaranmu dua kali
lebih tajam daripada mereka, jadi engkau bisa mengendalikan mereka dan
mencegah mereka dari menyakiti dirinya dan orang lain.
Engkau harus menyerahkan seluruh
tanggungjawab kepada Tuhan dan kemudian melakukan kewajibanmu. Dengan
kearifan, cinta, keadilan, dan akhirnya diperkuat dengan kepintaran,
lakukanlah bisnis yang baik. Jangan malas. Seseorang yang berprilaku
seperti ini didalam kegiatan bisnisnya akan dikenal sebagai pebisnis
yang luarbiasa. Dia akan menjadi manusia suci untuk dunia ini.
Jangan pernah berpikir bahwa bisnis yang
dipimpin dengan kearifan akan menyakiti orang lain. Engkau harus belajar
tentang bisnis, dan engkau juga harus belajar mengenai Tuhan,
sifat-sifatNya, dan perbuatan kasih sayangNya. Lakukan belajarmu dengan
giat dan juga lakukan tugasmu kepada Tuhan. Hal ini akan sangat baik.
Engkau harus memberikan keduanya, lakukan pekerjaanmu dengan usahamu
yang terbaik dan serahkan tanggungjawabnya kepada Tuhan semata. Maka
semuanya akan berjalan baik.
Putra dan putriku, permata hatiku, engkau
hadir sebagai cinta didalam cintaku dan hidup didalam hidupku. Semoga
Tuhan menganugerahimu kearifan dan menyediakan yang terbaik kepadamu
didunia ini dan diakhirat. Semoga Dia memberimu iman yang teguh,
kesucian, Sifat-sifatNya yang pengasih, niat, tindakan, dan kewajiban,
dan melindungi, menjaga dirimu, keluargamu dan kerabatmu selamanya.
Semoga Dia menyediakanmu kearifan manusia yang sempurna. Berikan cinta
dan salam kedamaianku untuk setiap orang. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
melindungi dan menjaga kita semua. Amin.
Tambahan sedikit dari saya:
1) Diterjemahkan dari kata “ignorance”. Saya mengartikannya dengan ketidakpedulian. Maksud dari ketidakpedulian disini adalah orang-orang yang tidak perduli terhadap kebenaran. Orang-orang seperti itu disebutkan didalam Al-Quran sebagai: “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli dan buta.” (QS 25:73)
1) Diterjemahkan dari kata “ignorance”. Saya mengartikannya dengan ketidakpedulian. Maksud dari ketidakpedulian disini adalah orang-orang yang tidak perduli terhadap kebenaran. Orang-orang seperti itu disebutkan didalam Al-Quran sebagai: “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli dan buta.” (QS 25:73)
2) “Lautan ilusi” adalah metafora tentang
wujud yang fana. Segala sesuatu di alam semesta yang adalah fana hanya
Tuhan yang kekal. Segala sesuatu yang tercipta dari unsur ruang dan
waktu bisa dikatagorikan fana karena unsur-unsur ini pada akhirnya akan
hancur. Cahaya Tuhan kekal karena tidak terikat unsur ruang dan waktu.
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
RAJA YANG INGIN MEMBUAT EMAS
Oleh :M. Rahim Bawa Muhaiyaddeen
Diterjemahkan : Drs. Muhammad Achjar
Diterjemahkan : Drs. Muhammad Achjar
Salam sayangku padamu, cucu-cucuku,
anak-anakku, saudara-saudaraku. Ikutlah aku dan kita akan mengunjungi
apa yang pernah menjadi sebuah kerajaan besar. Satu abad yang lalu,
kerajaan besar ini diperintah oleh seorang raja yang kuat.
Lihatlah ke sebelah sana! Itu adalah
tempat dimana istana raja pernah berdiri. Dan di sini, di tempat kita
berdiri hari ini, raja tersebut membangun sebuah ashram untuk para yogi,
guru-guru, swami dan ganis yang mengembara dan orang-orang yang punya
kearifan untuk beristirahat dan menyegarkan kembali diri mereka.
Lihatlah betapa remuk dan terpencilnya ashram itu sekarang. Pondasinya
masih berdiri, tapi dinding-dindingnya sudah runtuh. Cucu-cucuku, aku
akan bercerita kepadamu tentang raja itu dan mengapa dia membangun
sebuah tempat peristirahatan khusus bagi orang-orang bijak yang
mengembara. Ini adalah cerita yang seharusnya engkau ketahui.
Konon, sebelum dia memerintah kerajaan
ini, raja itu dulunya hanya seorang laki-laki biasa, yang hidup di
pegunungan di sebelah Timur. Bagaimana engkau menyangka dia menjadi
raja? Pada zaman dulu, para perampok akan berkumpul untuk memilih
seorang pimpinan dan menjarah daerah pedesaan di semua arah. Jika
pimpinan tersebut pandai, maka kekuatannya akan tumbuh. Inilah cara
bagaimana laki-laki ini menjadi raja. Dia ditunjuk sebagai pimpinan
gerombolan yang berkembang ukuran dan kekuatannya, merampas tanah yang
semakin banyak, sampai dia menguasai sebuah kerajaan secara keseluruhan.
Dan ketika dia dan para prajuritnya menaklukkan kerajaan-kerajaan di
sampingnya satu persatu, maka kekayaan dan kekuatannya semakin besar.
Pada suatu hari, raja tersebut berpikir,
“Inilah bagaimana hal-hal terjadi di dunia. Jika seseorang lebih pandai
dariku muncul, maka dia akan merebut kerajaanku persis seperti aku
merebut banyak sekali kerajaan lain. Sekalipun aku berhasil lolos,
kemana aku akan pergi? Jika seseorang merampas kekayaanku, bagaimana aku
mendapatkan penghasilan? Apa yang seharusnya aku lakukan?”
Kemudian pada suatu hari, raja membaca
dalam Puranas tentang para ahli kimia yang tahu bagaimana membuat emas.
“Jika aku belajar cara membuat emas dari logam, misalnya tembaga dan
besi, aku akan aman,” pikirnya. “Sekalipun seseorang merampas kerajaan
dan semua harta bendaku, maka itu tidak menjadi masalah. Aku tidak akan
membutuhkan sebuah kerajaan. Aku bisa membuat emas di mana-mana. Aku
harus menemukan ahli kimia seperti itu.”
Demikianlah, raja itu membangun sebuah
ashram untuk orang-orang bijak yang mengembara. Atap dan pilar-pilarnya
dibuat dari tembaga. Ada dua pintu, yang satu ada di depan dan yang
lainnya ada di belakang. Di atas pintu masuk, ada tanda yang berbunyi :
“Selamat datang gnani, swami, yogi para
orang suci dan arif, serta para guru! Silahkan dan makanlah tiga kali
sehari selama tiga hari.”
Dan di atas pintu keluar, ada tanda yang berbunyi :
Dan di atas pintu keluar, ada tanda yang berbunyi :
“Wahai orang-orang suci dan arif yang
agung! Anda telah makan dengan baik. Kini tolonglah kami jika Anda
mampu. Jika Anda mengetahui bagaimana mengubah tembaga menjadi emas.
Lantas kita akan mampu melanjutkan kedermawanan kita untuk
selama-lamanya.”
Raja menempatkan para pengawal di sekeliling ashram tadi, dengan mengintruksikan kepada mereka, “Barangsiapa bisa mengubah ashram itu menjadi emas, maka hentikanlah dia dan bawalah kepadaku. Jangan biarkan dia pergi!”
Raja menempatkan para pengawal di sekeliling ashram tadi, dengan mengintruksikan kepada mereka, “Barangsiapa bisa mengubah ashram itu menjadi emas, maka hentikanlah dia dan bawalah kepadaku. Jangan biarkan dia pergi!”
Berjuta-juta orang berhenti makan dan
berlalu, tapi tidak seorangpun tahu bagaimana mengubah tembaga menjadi
emas. Kemudian pada suatu hari, pada akhirnya, seorang guru datang
dengan sepuluh atau sebelas murid. Guru itu membaca tanda pertama. Dia
tahu bahwa murid-muridnya lapar, jadi dia membiarkan murid-muridnya
makan di dalam. Meskipun guru itu hanya makan sedikit, namun
murid-muridnya makan dengan lahap.
Ketika mereka akan meninggalkan tempat
itu, guru tersebut membaca tanda kedua. Setelah menyuruh para muridnya
untuk menunggu, dia keluar dan kembali dengan ramuan khusus. Dia berdiri
di tengah ruangan itu, di antara pintu masuk dan pintu keluar,
meremas-meremas ramuan tersebut dalam tangannya, dan meniup remasan
ramuan tadi. Kepingan kecil-kecil ramuan yang diremas tersebut hancur ke
udara, dan ashram itu seluruhnya berubah menjadi emas.
Ketika guru tersebut berjalan menuju
pintu keluar, para pengawal segera mengelilinginya. “Swami, janganlah
pergi. Raja ingin menemui Anda. Anda telah memberikan begitu banyak
harta kepada kami. Silahkan Anda datang ke istana!”
Demikianlah, guru tersebut dibawa seorang
hulubalang ke istana, raja tak seberapa lama memberi hormat, dan
kemudian mulai bersumpah, “Engkau adalah dewaku. Aku telah membangun
ashram ini dan mengundang orang-orang arif bijaksana untuk datang
sehingga aku bisa belajar bagaimana membuat emas. Aku telah menunggu
begitu lama orang sebijaksana engkau. Engkau harus mengajarku tentang
seni rahasia ini!”
“Betulkah demikian, wahai Raja?” tanya
sang guru. “Baiklah, Anda bisa belajar untuk membuat emas, tapi apakah
Anda benar-benar ingin sesuatu yang berubah dan menghilang? Emas tidak
akan tetap bersama Anda. Baik itu kekayaaan ataupun kemiskinan tidaklah
permanen. Keduanya akan meninggalkan Anda, sebagaimana Anda akan
meninggalkan dunia ini kelak. Jadi apa manfaat belajar membuat emas?
Duhai Baginda Raja, apakah Anda mengerti?”
“Tapi, Swami, belajar membuat emas adalah keinginan dalam hidupku. Tolong ajarkan aku bagaimana caranya!” sang raja menghiba.
“Baiklah, jika ini yang Anda inginkan,
Anda harus datang dan tinggal bersamaku selama dua belas tahun.
Kemudian, aku akan mengajari Anda, tapi pertama-tama, Anda harus membuat
diri Anda tampak seperti murid-muridku lainnya. Anda harus menanggalkan
perhiasan, pakaian yang mewah, dan bahkan sandal. Anda hanya boleh
membawa dua potong pakaian, satu dipakai dan satu lagi untuk ganti.”
Keinginan raja untuk belajar membuat emas
begitu kuat sehingga dia setuju untuk mengorbankan semua kemewahan dan
pergi dengan guru tersebut. Sesudah pengambilalihan kerajaan secara
menyeluruh pada pengawasan para menterinya, dia berjalan keluar istana,
meninggalkan semua kemakmuran dan pakaian kebesarannya. Dengan
bertelanjang kaki, dia memasrahkan dirinya kepada guru dan memulai
perjalanannya.
Mereka berjalan dan terus berjalan.
Betapa menderitanya raja itu! Dia berjalan pincang sepanjang jalan
dengan pedihnya, kakinya yang lembut terbakar oleh batu-batu dan pasir
yang panas. Akhirnya, rombongan ini berhenti untuk beristirahat di
sebuah gua kecil dalam hutan. Setiap hari, guru menyuruh raja dan
seorang murid lainnya masuk ke dalam hutan untuk memetik buah-buahan,
menggali ubi jalar dan menghisi air. Duri-duri menusuk kaki raja dan
menggores wajah dan badannya. Karena dia terbiasa dengan kebersihan dan
kenyamanan yang mewah, raja itu kemudian sadar bahwa sungguh sukar hidup
di hutan. Dalam beberapa minggu saja, seluruh tubuhnya penuh luka dan
diapun menderita demam.
“Ya Allah!” pikirnya pada dirinya
sendiri, “Mengapa aku harus menderita? Aku tidak membutuhkan emas.
Betapa nyamannya aku jika tinggal di istanaku! Bahkan tanpa mengetahui
bagaimana membuat emas, aku bisa menikmati makanan sehari-hariku.
Sebagaimana kini, aku belum mempelajari kearifan apapun, dan aku belum
mempelajari seni ilmu kimia. Aku hanya menderita.”
Hari demi hari, tahun demi tahun,
penderitaannya kian bertambah. Dari kepala sampai ujung kaki berdarah,
luka yang tidak sembuh-sembuh, dan sekujur badannya gatal-gatal.Dia
hanya bisa berjalan tetapi dia dan seorang muurid lainnya diperintahkan
keluar untuk mengerjakan setiap tugas yang dibebankan. Murid-murid
lainnya bergiliran, tapi raja itu harus pergi keluar setiap hari selama
sebelas tahun. Sering dia menangis, dan bermalam-malam dia sering tidak
bisa tidur. Seringkali dia ingin menyerah dan kabur. Tapi kemudian dia
berpikir, “Tidak, aku telah datang ke sini untuk belajar, dan aku harus
menguasainya.”
Pada akhirnya, suatu hari, guru itu berkata, “Bawa raja itu ke sini.”
Ketika raja itu menghadap sang guru, guru itu bertanya, “Apakah engkau seorang raja ataukah seorang murid?”
“Aku seorang murid,” jawab raja tersebut. “Aku tidak lagi menjadi raja. Aku akan mati segera.”
“Engkau belum belajar apa yang harus dipelajari di sini.”
“Lebih dari sebelas tahun berlalu, Swami.”
“Ikutlah aku,” kata sang guru tadi dan
membimbing raja ke kaki gunung yang berkarang. “Petiklah daun itu!”
perintah guru itu. Remaslah daun itu di antara kedua tanganmu, tiuplah
ramasan daun tersebut, kemudian gosok-gosokkan pada batu-batu itu.
Engkau akan melihat batu-batu itu berubah. kemudian, buatlah gundukan
dari semua batu yang telah berubah itu!”
Raja melakukan apa yang diperintahkan guru, dan batu-batu tersebut berubah menjadi gumpalan-gumpalan besi. Itu terjadi pada hari pertama. Pada hari berikutnya, guru menyuruh raja memetik daun tumbuhan yang lain, meremas dan meniupnya. Kali ini, batu-batu yang digosokkan berubah menjadi timah, dan raja menumpuknya pada satu sisi. Pada hari berikutnya, guru memerintahkan raja untuk menggunakan selembar daun lainnya, dan kali ini, batu-batu tersebut berubah menjadi tembaga. Raja tersebut membuat sebuah gundukan lainnya. Hari berikutnya, guru itu berkata, “Ambillah dua lembar daun ini, remaslah keduanya bersama-sama, kemudian tiuplah, dan sebarkan di atas batu-batuan itu!” Batu-batu itu berubah menjadi perak, dan raja membuat sebuah gundukan lainnya. Pada hari berikutnya, guru memberitahu raja untuk memetik dan meremas campuran dua helai daun lainnya. Raja meremas daun-daun tadi, meniupnya, dan batu-batu tadi berubah menjadi emas batangan murni. raja menumpuk batangan-batangan emas murni tadi. Dia sekarang mempunyai enam tumpukan besar.
Raja melakukan apa yang diperintahkan guru, dan batu-batu tersebut berubah menjadi gumpalan-gumpalan besi. Itu terjadi pada hari pertama. Pada hari berikutnya, guru menyuruh raja memetik daun tumbuhan yang lain, meremas dan meniupnya. Kali ini, batu-batu yang digosokkan berubah menjadi timah, dan raja menumpuknya pada satu sisi. Pada hari berikutnya, guru memerintahkan raja untuk menggunakan selembar daun lainnya, dan kali ini, batu-batu tersebut berubah menjadi tembaga. Raja tersebut membuat sebuah gundukan lainnya. Hari berikutnya, guru itu berkata, “Ambillah dua lembar daun ini, remaslah keduanya bersama-sama, kemudian tiuplah, dan sebarkan di atas batu-batuan itu!” Batu-batu itu berubah menjadi perak, dan raja membuat sebuah gundukan lainnya. Pada hari berikutnya, guru memberitahu raja untuk memetik dan meremas campuran dua helai daun lainnya. Raja meremas daun-daun tadi, meniupnya, dan batu-batu tadi berubah menjadi emas batangan murni. raja menumpuk batangan-batangan emas murni tadi. Dia sekarang mempunyai enam tumpukan besar.
Kemudian, pada hari terakhir, guru
memerintahkan raja untuk memetik sembilan macam helai daun yang berbeda.
Guru berkata, “Sesudah meremas sembilan helai daun ini, tiuplah ke
sembilan bagian gunung batu yang tersisa.” Setelah raja melakukannya,
sisa gunung tadi berubah menjadi sembilan gundukan besar batu permata
yang berkilauan. Ada zamrud, berlian, batu merah delima, lazuli jenis
lapis, batu kayu manis (cinnamon), mutiara, safir, coral dan topaz
(ratna cempaka).
“Wahai Raja, engkau boleh pergi sekarang,
jika menginginkannya, tapi terlebih dahulu, lihatlah seksama harta yang
ada di depan matamu, dan kemudian beritahukan padaku apa keputusan
akhirmu!”
Raja memperhatikan tumpukan-tumpukan
permata dan emas. Dia mengambil beberapa genggam permata, melemparkannya
ke udara dan membiarkannya mengguyur dirinya. Kemudian dia
berguling-guling di atas benda-benda yang gemerlapan itu. Tapi sesaat
kemudian dia berpikir, “Apa yang sedang aku lakukan? Ini bukan yang aku
butuhkan.” Dan raja kembali kepada gurunya.
“Engkau telah menyelesaikan tugas yang engkau maksudkan,” kata guru kepada raja. “Ini semua milikmu. Engkau boleh membawanya.”
“Duhai swami!” jawab raja, “Aku telah
bersamamu selama sebelas tahun dan pada akhirnya aku menyadari bahwa apa
yang engkau katakan kepadaku benar adanya. Sekarang aku tahu bahwa aku
tidak membutuhkan kekayaan ini. Kekayaan adalah sesuatu yang datang dan
pergi. Engkau mempunyai kemampuan untuk membuat gunung batu menjadi
emas, sungguhpun demikian, engkau telah memilih untuk menjauhi kekayaan
duniawi ini dan hidup di sebuah gua yang sederhana. Kekayaan yang engkau
miliki sungguh berbeda. Engkau telah memilih kekayaan dari kerajaan
Allah, yaitu harta keagungan Allah yang tidak akan pernah berubah atau
menghilang. Tidak satupun yang bisa dibandingkan dengan kekayaan
kearifan, cinta, keadilan, persamaan hak, kedamaian, kasih sayang. Tidak
ada yang menyamainya.”
“Aku telah melihat segala sesuatu yang
ingin dilihat pikiranku, segala sesuatu yang dicari keinginanku. Emas
bukanlah kekayaan sejati, emas hanyalah tanah. Aku memang pernah
menginginkannya dan menikmati kekayaan duniawi, tapi sekarang tidak
lagi. Meskipun aku seorang raja, namun aku tidak memiliki kedamaian yang
engkau miliki.” Dengan melihat emas dan batu permata murni yang sangat
mulia menumpuk di sekelilingnya, dia berkata, “Aku tidak akan memperoleh
keuntungan dari semua ini. seseorang mungkin mencoba membunuhku untuk
mendapatkan emas-emas ini. Ini merupakan penyakit yang bisa merusakku
dan juga merusak harta keagungan.”
“Swami, terimalah aku sebagai muridmu.
Aku membutuhkan harta yang tidak bisa berkurang dan tidak bisa rusak.
Berikanlah itu padaku. Aku ingin mempelajari bagaimana memperoleh harta
keagungan Allah darimu.”
“Sekarang engkau benar-benar menjadi
muridku,” jawa guru tersebut. “Engkau adalah kekasih Allah dan sekaligus
anak kesayanganku. Kemarilah!”
Demikianlah, laki-laki yang dulunya
menjadi raja, disembuhkan dari semua penyakitnya dan tubuhnya berubah
menjadi bentuk tubuh yang indah. Guru tersebut mengajarkan kepadanya
tentang keagungan dan kearifan Allah, dan menjadi sinar penerang bagi
kerajaan Allah. Sesudah menerima harta dan keagungan yang tidak pernah
habis, dia hidup sebagai anak kerajaan Allah, mampu melayani semua
makhluk dan menganggap mereka sebagai saudaranya sendiri. Dia melayani
jiwa, melayani Allah dan gurunya, dan dia juga melayani dunia dan semua
umat manusia. Dia tidak pernah lagi meminta kerajaannya, karena dia
tidak lagi menginginkannya.
Cucu-cucuku, baru sedikit yang
benar-benar diketahui raja setelah dia mengikuti gurunya masuk ke dalam
hutan, musuh-musuh menyerang kerajaannya dan membunuh semua menterinya.
Raja-raja dari jauh dan dekat datang untuk memperebutkan atap dan
pilar-pilar yang terbuat dari emas dalam ashram tadi. Mereka menjarah
apa saja yang bisa mereka bawa dan membawanya ke kerajaannya
masing-masing.
Gedung porak-poranda yang engkau lihat di
depanmu ini, cucu-cucuku, adalah ashram yang dibangun raja itu untuk
manusia bijak yang mengembara. Sekarang ashram tersebut telah hancur dan
rata dengan tanah bersama dengan siapa saja yang tewas dalam
pertempuran untuk merebut emas dan permata duniawi tersebut. Dan
lihatlah di sebelah sana istana saja! Istana itu juga runtuh, tidak ada
yang tersisa selain debu dan asap, tempat menyenangkan untuk
burung-burung dan kelelawar.
Renungkanlah cerita ini cucu-cucuku,
saudara-saudaraku, anak-anakku. Seperti halnya raja yang ingin membuat
emas, orang-orang berpendapat mereka perlu mencari kekayaan duniawi.
Sungguh lebih baik jika mereka ingin meraih kekayaan cinta dan sifat
Allah dan menunjukkannya kepada orang lain, yang mengangap kehidupan
setiap orang sebagai kehidupan mereka sendiri, akan mengetahui kebebasan
sejati. Siapa saja yang melayani orang lain dengan kasih sayang Allah,
akan menjadi tenang dan damai. Mereka akan menerima kekayaan abadi Allah
di dunia jiwa, di dunia ini dan di alam baqa. Tapi siapa saja yang
tidak mencari harta abadi Allah akan hancur, sebagaimana istana yang
hancur ini.
Berpikirlah tentang hal ini dan
berusahalah untuk mencari kekayaan Allah. Usaha yang kau lakukan dengan
mengumpulkan kekayaan duniawi, sangatlah sia-sia. Benda-benda duniwai
tidak akan berubah menjadi emas. Benda-benda itu adalah hiasan untuk
neraka. Pasrahlah kepada Allah dan persiapkan hatimu untuk menerima apa
saja yang Dia berikan dengan kesabaran dan pujian, baik di dunia ini dan
dunia yang akan datang. Berpuas dirilah untuk percaya bahwa apa saja
yang diberikan Allah kepadamu sudah cukup. Untuk meraih keyakinan ini,
engkau membutuhkan kearifan, pengetahuan Ilahiah ‘ilm dan keimanan,
kepastian dan ketetapan hati yang dikenal sebagai iman.
Kau tidak perlu menderita cucu-cucuku.
Penciptamu akan memberimu makanan yang diperlukan pada saat yang tepat,
tapi kau harus melakukan usahamu. Lihatlah binatang-binatang tersebut.
Lihatlah bagaimana ayam mendapatkan makanannya di pohon-pohon dan
rerumputan. Allah telah memberi semuanya untuk mereka. Dan melalui
usahamu sendiri kau juga harus menemukan makanan yang diizinkan Allah
yang telah Dia ciptakan untukmu.
Anak-anakku, ketika kau mencari Allah,
cobalah menjadi damai dan capailah keadaan dimana engkau bisa berbagi
kedamaian dengan orang lain. selalulah mengangap orang lain seperti
dirimu sendiri dan berbagi apa saja yang engkau terima kepada
tetangga-tetanggamu dan siapa saja yang lapar. Persiapkan hatimu untuk
melakukan tugas ini. Jadikanlah cintamu kepada Allah jelas dan ketika
kearifan dan kualitas-Nya masuk dalam dirimu, kau bisa mengubah dirimu
seperti yang dilakukan raja tadi. Jika engkau memperkuat imanmu, engkau
bisa menerima harta keagungan Allah dan berkuasa di tiga dunia. Itu
sudah pasti.
Cinta, perbuatan, tindakan dan
sifat-sifat yang baik memerintah kerajaan Allah. Allah memiliki seratus
sifat yang kuat yang adalah tugas-Nya. Dari seratus sifat ini, Dia
menjaga satu tugas untuk-Nya. Tapi sembilan puluh sembilan sifat lainnya
harus engkau sebarluaskan. Oleh karena itu, laksanakan tugas-tugasmu
dan cobalah untuk menemukan kearifan.
Engkau tidak pernah bisa menemukan
kedamaian abadi dengan mengumpulkan emas dan permata. Emas dan logam
mulia tidaklah permanen. sesungguhnya, isilah hatimu dengan sifat Allah,
dengan kedamainan dan ketenangan. Kedamaian, ketenangan dan sifat Allah
adalah kekayaan terbesar, harta keagungan, kearifan dan keadilan.
Salam sayangku padamu cucu-cucuku. Semoga
kau berpikir tentang hal ini. Allah adalah segala yang kita butuhkan
untuk kehidupan kita. Perkuat imanmu. Bersabarlah dan ridha. Bertakwalah
kepada Allah dan pujilah Dia. Berdoalah kepada Allah, berpasrahlah
kepada-Nya. Buatlah hal ini tegas dan jelas dalam kehidupanmu! Itu akan
sangat pasti bahwa kau akan menerima keindahan masa muda dan cahaya
rahmat-Nya, yang adalah harta keagungan-Nya yang penuh kebajikan.
Salam sayangku padamu, cucu-cucuku.
Mudah-mudahan engkau memiliki iman untuk membuat kehidupanmu sempurna
dan untuk menerima harta kedamaian yang tidak pernah berubah dan tidak
pernah berakhir. Semoga Allah membawa kesempurnaan sifat-sifatNya,
keindahan_Nya dan cahaya-Nya untuk menyinari hati dan wajahmu. Amin.
Semoga Dia memberimu pengetahuan Ilahiah yang disebut ‘Ilm. Amin ya
rabbal alamin. Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh. Terkabullah.
Terkabullah. Duhai Pengatur alam semesta. Semoga kedamaian Allah dan
berkahNya melimpah kepada kalian semua.
M. R. Bawa Muhaiyaddeen
********
Quotes From The Master
“Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu” (Barang siapa mengenal dirinya, niscaya ia mengenal Tuhannya).
- Al Hadits
- Al Hadits
“Ketahuilah wahai kekasih, manusia
tidaklah diciptakan dengan main-main, ataupun secara serampangan, namun
diciptakan secara mengagumkan untuk sebuah tujuan yang agung.”
- Imam Al Ghazali
“Suatu kali ada yang bertanya kepada
seorang syeikh tentang cara mencapai Tuhan. “Jalan menuju Tuhan,” syeikh
itu menerangkan, “sama banyaknya dengan jumlah mahluk ciptaan. Tapi ada
jalan terpendek dan termudah, yaitu melayani sesama, tidak mengganggu
orang lain, dan membuat mereka bahagia”.
- Sheikh Abu Sa’id Abil Khair
“Siapapun yang tidak menemukan hatinya
hadir di tiga tempat, pintu menuju pengetahuan akan tetap tertutup
baginya. Yaitu ketika membaca Al-Qur’an, ketika berzikir kepada Allah
dan ketika engkau sedang sholat.”
- Sheikh Ibrahim bin Adham
“Jika seseorang berkata: “Betapa mulianya engkau!” dan ini lebih menyenangkanmu dari pada perkataannya, “Betapa buruknya engkau!” ketahuilah bahwa engkau masih tetap seseorang yang buruk”
- Sheikh Sufyan Al Thawri
“Jika seseorang berkata: “Betapa mulianya engkau!” dan ini lebih menyenangkanmu dari pada perkataannya, “Betapa buruknya engkau!” ketahuilah bahwa engkau masih tetap seseorang yang buruk”
- Sheikh Sufyan Al Thawri
“Bergegaslah. Sapulah kamar di hatimu.
Persiapkan untuk rumah Sang Kekasih. Saat kau keluar, Ia akan masuk. Di
dalam dirimu, saat kau terbebas dari dirimu, Ia akan memperlihatkan
keindahanNya”
-Sheikh Shabistari
-Sheikh Shabistari
“Jika engkau memiliki keimanan kepada
‘Sumber Perbendaharaan’ yang merupakan Tuhan, kebenaran-Nya, dan
kekayaan akan rahmat-Nya, jika engkau menyematkan sifat-sifat dan
tindakan-tindakan-Nya, Tuhan akan selalu bersamamu. Baik ketika engkau
merasa bahagia ataupun sedih, dalam sakit ataupun sehat, dalam cerahnya
hari ataupun guyuran hujan, kekayaan-Nya akan selalu menjadi milikmu dan
akan selalu memberimu kedamaian, kebahagiaan, dan kekhusyukan kapanpun
engkau membutuhkannya. Hanya hal ini yang dapat melindungi dan
menjagamu. Tidak ada hal lainnya. Untuk itu, engkau harus memiliki
keimanan kepada Tuhan, ‘Sumber Perbendaharaan’, yang selalu bersamamu,
yang selalu menjagamu. Dia-lah tempatmu berteduh di kala teriknya
matahari. Dia-lah payungmu di kala hujan mengguyur dan kebahagianmu di
kala duka. Dia selalu berada disana untuk membantumu dalam situasi
apapun.”
- Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
- Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
“Jalan menuju Tuhan adalah sebanyak jumlah nafas manusia.”
-Syeikh Muhammad Nazim
-Syeikh Muhammad Nazim
“Ada beberapa diantara kamu yang
menginginkan dunia ini dan ada beberapa diantara kamu yang menginginkan
dunia selanjutnya (akhirat). Tetapi dimana Dia yang menginginkan Tuhan?”
-Sheikh Al Shibli
-Sheikh Al Shibli
“Wahai teman! tidak ada yang menghijabmu,
selain dirimu. Di jalanmu tidak ada duri ataupun penghalang, selain
dirimu. Kau berkata: haruskan aku mencapai Sang Kekasih atau tidak?
antara dirimu dan Sang Kekasih tidak ada siapapun, kecuali dirimu”
- Sheikh Awhad al-Din Kirmani
- Sheikh Awhad al-Din Kirmani
Suatu ketika aku menerima seorang
pelayan. Aku bertanya kepadanya: Bagaimana seharusnya aku memanggilmu?
Dia menjawab: Panggil sesukamu. Aku bertanya: Apa yang engkau makan? Dia
menjawab: Apapun yang engkau beri. Aku bertanya: Pakaian seperti apa
yang engkau inginkan? Dia menjawab: Pakaian apapun yang engkau berikan.
Aku bertanya: Apa yang ingin engkau lakukan? Dia berkata: Apapun yang
engkau perintahkan, aku tidak memiliki keinginan, aku adalah pengabdimu.
Aku berkata kepada diriku: apakah engkau pernah beribadah dan melayani
Tuhan sebagaimana orang ini melayanimu? Belajarlah darinya. Dan aku
begitu terharu hingga aku menangis karena mendengar pengakuan ini.
- Sheikh Ibrahim bin Adham
- Sheikh Ibrahim bin Adham
“Hingga engkau menjadi seseorang yang tidak mempercayai dirimu, engkau tidak bisa menjadi seseorang yang mempercayai Tuhan”
- Sheikh Abu Said Abil Khair
- Sheikh Abu Said Abil Khair
“Manusia yang bijak mengetahui bahwa
adalah penting untuk memperbaiki kesalahan mereka sendiri, sedangkan
bagi manusia yang tidak bijak adalah lebih penting untuk mencari
kesalahan-kesalahan orang lain. Manusia yang memiliki keteguhan iman
mengetahui bahwa adalah penting untuk membersihkan hati mereka,
sedangkan mereka yang imannya labil mencoba mencari-cari kekurangan pada
hati dan ibadah orang lain. Hal ini menjadi kebiasaan di dalam hidup
mereka. Tetapi mereka yang beribadah kepada Allah dengan keimanan,
ketetapan hati, dan keyakinan mengetahui bahwa apa yang paling penting
di dalam hidup adalah menyerahkan hati mereka kepada Allah.”
- Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
- Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Suatu ketika, Nabi Ibrahim AS tumbuh
dikalangan kaum penyembah berhala. Dia berusaha untuk menemukan Tuhan.
Dia memandang pada bintang-bintang yang paling terang dan berkata,
“Engkau adalah Tuhanku.” Lalu bulan purnama muncul. Ia jauh lebih besar
dan lebih terang daripada bintang-bintang yang ada. Ibrahim memandang
bulan dan berkata, “Engkau adalah Tuhanku.” Kemudian matahari terbit;
rembulan dan bintang-bintang menghilang. Ibrahim berkata, “Engkau adalah
yang terbesar, Engkau adalah Tuhanku.” Kemudian malam tiba, dan
matahari menghilang.
Ibrahim berkata, “Tuhanku adalah Dia yang
mengubah segala sesuatu dan mengembalikannya kembali. Tuhanku adalah
Dia yang berada dibalik segala perubahan.”
- Sheikh Muzaffer Ozak Al-Jerrahi
- Sheikh Muzaffer Ozak Al-Jerrahi
Ketika “aku” ada, Tuhan tidak ada. Ketika Tuhan ada, “aku” tidak ada.
Jika Tuhan adalah sumber kehidupan,
bukankah seharusnya kita bisa menemukan sumber esensi dari kehidupan
kita? Lalu ketika kita meneliti hidup kita, di bagian mana kita
menemukan Tuhan? Bagian mana adalah “aku”? Tuhan adalah cinta,
kedamaian, keberlimpahan, keagungan, kekuatan, ampunan, kebenaran,
keseimbangan, dan kebahagiaan. Bagi kebanyakan dari kita, hidup adalah
kekurangan, keterbatasan, perselisihan, stres, kekacauan, bimbang,
penindasan, dan kebencian. Bangsamu, bangsaku; tujuan-tujuan mereka,
tujuan-tujuan kita, agamamu, agamaku, telah menggantikan rasa
kebersamaan yang dikenal sebagai Tuhan. Apakah Tuhan menciptakan
kekacauan ini? Tidak. “aku” yang melakukannya. Bagian kecil dari “aku”
yang ingin mengatur dan berkuasa. “aku” adalah ketakutan, kesombongan,
amarah dan berbangga diri. “aku” yang berpegang pada kesengsaraan karena
“aku” tidak mengetahui apa yang harus dilakukan. “aku” ingin melakukan
caranya karena “aku” bisa menjaga diriku. “aku” yang tidak bisa mengenal
bagian mana yang merupakan Tuhan dan bagian mana yang merupakan “aku”
karena “aku” telah melupakan bahwa semua bagian Tuhan adalah bagian ku.
Jika saja “aku” mengizinkan Tuhan melakukan bagianNya, kita akan
baik-baik saja.
- Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
- Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
“Anakku, seluruh hidupmu bisa berisi dua
kata: alhamdulillah dan tawakal kepada Allah, memberikan pujian kepada
Tuhan untuk semuanya, yakin sepenuhnya dan berserah diri kepada Tuhan.
Katakan, “Alhamdulillah,” dan pujilah Tuhan atas apa yang terjadi saat
ini. Katakan, “Tawakal kepada Allah,” dan serahkan tanggungjawab kepada
Tuhan atas apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Semoga engkau
melaksanakan dua kewajiban ini tanpa keterikatan sebagaimana Tuhan
melakukan kewajibanNya.
Buatlah hidupmu lengkap dengan dua kata
ini. Setelah itu, raihlah sifat-sifat Tuhan, laksanakan tindakanNya,
berbuatlah sesuai dengan perbuatanNya, tanamkan kasih sayangNya ke dalam
hatimu, dan rasakan semua kelaparan adalah kelaparanmu dan semua
penderitaan adalah penderitaanmu. Layani hidup orang lain dan
menyamankan hati mereka sebagaimana yang dilakukan Tuhan. Kewajiban itu
akan menjadikan mulia kearifanmu, ibadahmu dan meditasimu.”
- Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
- Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
“Cinta adalah melihat apa yang baik dan
indah dalam segala sesuatu. Mencintai adalah belajar dari segala
sesuatu, melihat anugerah Allah dan kemurahan Allah dalam segala
sesuatunya. Mencintai adalah mensyukuri segala rahmat Allah.
Ini adalah langkah awal pada jalan ini
untuk mencintai Allah. Ini hanyalah benih dari cinta. Sepanjang waktu,
benih akan tumbuh dan menjadi pohon dan berbuah. Selanjutnya, siapapun
yang merasakan buah itu akan mengetahui apa itu cinta sejati. Cinta
tersebut akan berbeda bagi mereka yang telah merasakannya dengan mereka
yang belum merasakannya.”
- Sheikh Muzaffer Ozak Al-Jerrahi
“Kau tidak akan menjadi seseorang yang suci hingga kau laksana bumi, baik kaum saleh maupun kaum pendosa diperlakukan sama, dan hingga kau laksana awan, yang menaungi segala sesuatu, dan hingga kau bagaikan hujan, yang mengairi segala sesuatu, walaupun mereka mencintainya atau tidak.”
- Sheikh Abu Yazid al-Bisthami
- Sheikh Muzaffer Ozak Al-Jerrahi
“Kau tidak akan menjadi seseorang yang suci hingga kau laksana bumi, baik kaum saleh maupun kaum pendosa diperlakukan sama, dan hingga kau laksana awan, yang menaungi segala sesuatu, dan hingga kau bagaikan hujan, yang mengairi segala sesuatu, walaupun mereka mencintainya atau tidak.”
- Sheikh Abu Yazid al-Bisthami
“Kebenaran tertanam dipusat hatimu,
dipercayakan oleh Allah kepadamu untuk menjaganya. Ia akan terwujud
dengan taubat yang tulus dan usaha yang sungguh-sungguh. Keindahannya
memancar kepermukaan saat kau mengingat Allah dan berzikir. Pada mulanya
kau menyebut Asma Allah dengan lidahmu. Lalu, ketika hatimu hidup, kau
berzikir dengan hatimu.”
- Syeikh Abdul Qadir al-Jilani
- Syeikh Abdul Qadir al-Jilani
“Sekali waktu engkau pernah mengira bahwa
segala yang engkau pelajari dan cermati adalah kebenaran. Tetapi
kemudian engkau maju ke langkah berikutnya, dan menemukan bahwa semua
yang telah engkau pelajari bukanlah kebenaran. Dan pada masa yang akan
datang ketika engkau masih melangkah lebih berikutnya dan memandang
kembali semua yang sekarang engkau anggap benar, ternyata engkau juga
akan melihatnya sebagai kepalsuan. Dengan cara ini, setiap kali engkau
melangkah maju ke tingkat yang baru, maka engkau akan menemukan bahwa
semua yang engkau pelajari pada masa lalu adalah kepalsuan (salah).
Akhirnya, ketika engkau mencapai maqam (keadaan) Tuhan dan maqam
kearifan-Nya, maka engkau akan menyadari bahwa semua pemikiran engkau
adalah keliru. Semuanya keliru. Hanya Dialah kebenaran. Kebijakan-Nya
adalah kebenaran sejati, dan sifat-sifatNya adalah emas kekayaan yang
sesungguhnya.
Apabila engkau memahami hal ini, maka
engkau akan memohon ampunan-Nya atas segala kesalahan yang engkau
lakukan pada masa yang lalu. Engkau akan melihat dengan jelas dan pasti
bahwa hanya ada satu keluarga, satu doa dan satu Tuhan. Kita harus
memikirkan hal ini. Ini adalah kearifan yang berharga, hikmah
kebenaran.”
- Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
- Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
“Apabila engkau menggali sumur, engkau
harus menggalinya jauh ke dalam sampai engkau menemukan sumber mata
airnya. Dapatkah sumur itu penuh tanpa mencapai sumber yang dalam itu?
Bila engkau bergantung pada hujan atau sumber luar lain untuk mengisi
sumur itu, maka air itu hanya akan menguap atau diserap oleh tanah.
Lalu, bagaimana engkau dapat membasuh dirimu atau menghilangkan
dahagamu? Hanya jika engkau menggali cukup dalam untuk mendapatkan mata
air, maka engkau akan sampai pada sumber air yang tak habis-habisnya.
Demikian juga halnya, jika engkau hanya membaca ayat-ayat dari kitab
suci, tanpa menggali lebih dalam untuk mencari maknanya, hal itu seperti
menggali sebuah sumur tanpa mencapai mata airnya atau seperti mencoba
mengisinya dengan air hujan. Kedua cara ini tidak akan memadai. Hanya
apabila engkau membuka mata air yang ada di dalamnya dan ilmu Tuhan
mengalir dari sana, maka mata air sifat-sifat Tuhan akan mengisi hatimu.
Hanya setelah itu engkau dapat menerima kekayaan-Nya. Hanya setelah itu
engkau akan mendapatkan kedamaian dan ketenangan. Kearifan dan ilmu
Tuhan ini harus timbul dari dalam dirimu; kisah Tuhan dan doa mesti
dipahami dari sisi batin. Maka engkau akan memperoleh semua yang engkau
butuhkan untuk dirimu, dan engkau juga akan merasa cukup untuk berbagi
dengan orang lain.”
- Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
- Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Sejak kudengar tentang dunia Cinta,
Kumanfaatkan hidupku, hatiku
Dan mataku di jalan ini.
Aku mengira bahwa Cinta
Dan yang dicintai adalah berbeda.
Kini aku mengerti bahwa keduanya sama.
- Jalaluddin Rumi
Kumanfaatkan hidupku, hatiku
Dan mataku di jalan ini.
Aku mengira bahwa Cinta
Dan yang dicintai adalah berbeda.
Kini aku mengerti bahwa keduanya sama.
- Jalaluddin Rumi
IBARAT MENGGALI SUMUR
Apabila Anda menggali sumur, Anda harus
menggalinya jauh ke dalam sampai Anda menemukan sumber mata airnya.
Dapatkah sumur itu penuh tanpa mencapai sumber yang dalam itu? Bila Anda
bergantung pada hujan atau sumber luar lain untuk mengisi sumur itu,
maka air itu hanya akan menguap atau diserap oleh tanah. Lalu, bagaimana
Anda dapat membasuh diri Anda atau menghilangkan dahaga Anda? Hanya
jika Anda menggali cukup dalam untuk mendapatkan mata air, maka Anda
akan sampai pada sumber air yang tak habis-habisnya.
Demikian juga halnya, jika Anda hanya membaca ayat-ayat dari kitab suci, tanpa menggali lebih dalam untuk mencari maknanya, hal itu seperti menggali sebuah sumur tanpa mencapai mata airnya atau seperti mencoba mengisinya dengan air hujan. Kedua cara ini tidak akan memadai. Hanya apabila Anda membuka mata air yang ada di dalamnya dan ilmu Tuhan mengalir dari sana, maka mata air sifat-sifat Tuhan akan mengisi hatimu. Hanya setelah itu Anda dapat menerima kekayaan-Nya. Hanya setelah itu Anda akan mendapatkan kedamaian dan ketenangan. Kearifan dan ilmu Tuhan ini harus timbul dari dalam diri Anda; kisah Tuhan dan doa mesti dipahami dari sisi batin. Maka Anda akan memperoleh semua yang Anda butuhkan untuk diri Anda, dan Anda juga akan merasa cukup untuk berbagi dengan orang lain.
Demikian juga halnya, jika Anda hanya membaca ayat-ayat dari kitab suci, tanpa menggali lebih dalam untuk mencari maknanya, hal itu seperti menggali sebuah sumur tanpa mencapai mata airnya atau seperti mencoba mengisinya dengan air hujan. Kedua cara ini tidak akan memadai. Hanya apabila Anda membuka mata air yang ada di dalamnya dan ilmu Tuhan mengalir dari sana, maka mata air sifat-sifat Tuhan akan mengisi hatimu. Hanya setelah itu Anda dapat menerima kekayaan-Nya. Hanya setelah itu Anda akan mendapatkan kedamaian dan ketenangan. Kearifan dan ilmu Tuhan ini harus timbul dari dalam diri Anda; kisah Tuhan dan doa mesti dipahami dari sisi batin. Maka Anda akan memperoleh semua yang Anda butuhkan untuk diri Anda, dan Anda juga akan merasa cukup untuk berbagi dengan orang lain.
M .R . Bawa Muhaiyaddeen
SEPERTI SEMUANYA SALAH
Sekali waktu Anda pernah mengira bahwa
segala yang Anda pelajari dan cermati adalah kebenaran. Tetapi kemudian
Anda maju ke langkah berikutnya, dan menemukan bahwa semua yang telah
Anda pelajari bukanlah kebenaran. Dan pada masa yang akan datang ketika
Anda masih melangkah lebih berikutnya dan memandang kembali semua yang
sekarang Anda anggap benar, ternyata Anda juga akan melihatnya sebagai
kepalsuan. Dengan cara ini, setiap kali Anda melangkah maju ke level
yang baru, maka Anda akan menemukan bahwa semua yang Anda pelajari pada
masa lalu adalah kepalsuan (salah). Akhirnya, ketika Anda mencapai maqam
(keadaan) Tuhan dan maqam kearifan-Nya, maka Anda akan menyadari bahwa
semua pemikiran Anda adalah keliru. Semuanya keliru. Hanya Dialah
kebenaran. Kebijakan-Nya adalah kebenaran sejati, dan sifat-sifat-Nya
adalah emas kekayaan yang sesungguhnya.
Apabila Anda memahami hal ini, maka Anda akan memohon ampunan-Nya atas segala kesalahan yang Anda lakukan pada masa yang lalu. Anda akan melihat dengan jelas dan pasti bahwa hanya ada satu keluarga, satu doa dan satu Tuhan. Kita harus memikirkan hal ini. Ini adalah kearifan yang berharga, hikmah kebenaran.
Apabila Anda memahami hal ini, maka Anda akan memohon ampunan-Nya atas segala kesalahan yang Anda lakukan pada masa yang lalu. Anda akan melihat dengan jelas dan pasti bahwa hanya ada satu keluarga, satu doa dan satu Tuhan. Kita harus memikirkan hal ini. Ini adalah kearifan yang berharga, hikmah kebenaran.
M .R . Bawa Muhaiyaddeen
SEPERTI PENAMBANG EMAS
Apabila seorang penambang mencari emas,
dia harus mengayak tanah untuk menyaring logam yang berharga itu. Dia
memungut yang berharga dan membuang sisanya. Demikian pula, di mana pun
Anda mencari, apakah itu di timur, barat, utara, atau selatan, apakah
itu umat Hindu, Zoroaster, Kristen, Yahudi, atau Islam, Anda harus
mencari dan memungut hanya suatu yang bernilai, yaitu emas, khazanah
Tuhan, yaitu kebenaran.
Selama Anda mencari melalui semua kitab suci, Anda harus menyisihkan apa pun yang lainnya, seperti penambang emas membuang kotoran dan batu-batu. Hanya kekayaan Tuhan yang Anda butuhkan untuk kehidupan Anda dan untuk kecerahan jiwa Anda.
Selama Anda mencari melalui semua kitab suci, Anda harus menyisihkan apa pun yang lainnya, seperti penambang emas membuang kotoran dan batu-batu. Hanya kekayaan Tuhan yang Anda butuhkan untuk kehidupan Anda dan untuk kecerahan jiwa Anda.
- M .R . Bawa Muhaiyaddeen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar